
Jakarta, Mata4.com — Kematian mengenaskan Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Pembantu (KCP) Bank BRI Cempaka Putih, telah menggemparkan publik dan menimbulkan gelombang pertanyaan yang hingga kini belum sepenuhnya terjawab. Diculik secara brutal di area publik dan ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, kasus ini menyisakan banyak misteri yang belum terkuak. Siapa yang menjadi dalang? Apa motifnya? Dan mengapa korban yang dikenal sebagai sosok baik justru menjadi target kekerasan keji?
Kronologi Penculikan yang Mencekam
Rabu malam, 20 Agustus 2025, menjadi hari yang tidak akan dilupakan oleh keluarga Ilham dan masyarakat luas. Sekitar pukul 19.00 WIB, Ilham yang baru saja selesai dari aktivitas pekerjaannya, menuju area parkir Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tanpa disadari, sebuah mobil putih yang telah mengawasi pergerakannya langsung menghampiri.
Sejumlah pria bertubuh tegap keluar dari mobil tersebut dan dengan cepat menciduk Ilham. Ia diseret secara paksa ke dalam mobil dan dibawa pergi. Aksi ini terjadi dalam hitungan detik. Ironisnya, meskipun lokasi berada di tempat umum yang ramai dan diawasi CCTV, tidak ada satu pun yang mampu menghentikan atau menolong.
Penemuan Jasad dan Keadaan Tragis Korban
Keesokan paginya, Kamis 21 Agustus 2025, warga Kampung Karang Sambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, digemparkan oleh penemuan jasad pria dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Ditemukan oleh seorang penggembala sapi di semak-semak, tubuh korban dalam keadaan tangan, kaki, dan matanya dilakban. Identitasnya segera dikenali sebagai Ilham Pradipta.
Kondisi jenazah menunjukkan adanya tanda-tanda penyiksaan sebelum dibunuh. Tindakan ini bukan hanya kriminal, tetapi juga mengarah pada perencanaan matang dan tindakan keji yang diduga kuat melibatkan lebih dari satu pihak.
Empat Pelaku Diringkus, Namun Dalang Masih Misterius
Pihak Kepolisian bergerak cepat. Dalam waktu kurang dari seminggu, empat orang berhasil diamankan: AT, RS, RAH, dan EW. Tiga pelaku ditangkap di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, sementara satu lainnya ditangkap saat hendak melarikan diri melalui Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Keempat pelaku ini mengaku hanya sebagai “pelaksana lapangan” yang bertugas menculik. Mereka mengklaim tidak mengetahui siapa yang memberikan perintah ataupun tujuan akhir dari penculikan tersebut. Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan bukti bahwa mereka mengenal korban secara pribadi, memperkuat dugaan bahwa aksi ini telah dipesan oleh “aktor intelektual” di balik layar.
Pertanyaan yang Belum Terjawab: Motif dan Identitas Dalang
Meski telah ada penangkapan, penyelidikan masih jauh dari selesai. Hingga saat ini, motif pembunuhan belum diungkap secara resmi. Polisi menyatakan bahwa mereka masih mendalami kemungkinan latar belakang profesional, personal, hingga kemungkinan konflik internal atau eksternal yang melibatkan korban.
Beberapa spekulasi muncul:
- Apakah Ilham mengetahui informasi sensitif dalam pekerjaannya sebagai kepala cabang bank?
- Adakah pihak yang merasa terancam oleh tindakan atau keputusan profesionalnya?
- Apakah ini bagian dari upaya pembungkaman terhadap seseorang yang dianggap “terlalu bersih” atau terlalu tahu banyak?
Namun sejauh ini, semua masih berupa dugaan tanpa konfirmasi dari pihak kepolisian.
Kejanggalan-kejanggalan yang Menguatkan Teori Konspirasi
Masyarakat mempertanyakan sejumlah kejanggalan dalam kasus ini:
- Lokasi Penculikan di Area Publik
Penculikan di tempat umum seperti Lotte Grosir yang memiliki banyak CCTV dan pengunjung seharusnya membuat tindakan ini sulit dilakukan. Namun pelaku tampak sangat tenang dan profesional. - Rekam Jejak Korban yang Baik
Ilham dikenal sebagai sosok pekerja keras, ramah, dan tanpa musuh. Istri dan keluarga menyatakan bahwa ia tidak pernah memiliki masalah serius baik secara pribadi maupun dalam pekerjaan. Ini justru memperkuat dugaan bahwa motif berasal dari luar kehidupan pribadinya. - Kesadisan Pembunuhan
Cara korban dihabisi—dengan tubuh diikat dan wajah ditutup lakban—menunjukkan unsur intimidasi atau pesan khusus. Apakah ini pesan untuk seseorang? Apakah Ilham adalah korban salah sasaran? - Pelaku Tidak Mengenal Korban
Keempat pelaku tidak memiliki hubungan apa pun dengan korban, sehingga tindakan mereka jelas bukan karena dendam pribadi. Semua ini mengarah pada peran pihak ketiga sebagai pengendali operasi.

www.service-ac.id
Reaksi Keluarga: Tangis, Penolakan, dan Tuntutan Keadilan
Puspita Aulia, istri Ilham, menyampaikan perasaan syok dan tidak percaya bahwa suaminya mengalami akhir hidup seperti ini. Dalam wawancaranya dengan media, ia menggambarkan Ilham sebagai suami yang penuh kasih, ayah yang penyayang, dan pekerja berdedikasi.
“Apa salah suami saya? Dia tidak pernah menyakiti siapa pun. Dia hanya bekerja untuk keluarganya,” ujarnya sambil menangis.
Ia meminta aparat penegak hukum untuk tidak hanya berhenti pada pelaku lapangan, tetapi juga menggali lebih dalam hingga aktor intelektualnya ditemukan dan dihukum seberat-beratnya.
Tuntutan Publik: Usut Tuntas, Buka Motif, Tangkap Otak Pelaku
Kasus ini telah memicu kemarahan dan simpati luas dari masyarakat. Di media sosial, tagar seperti #UsutTuntasIlham dan #KeadilanUntukIlham sempat menjadi trending. Banyak yang khawatir bahwa kasus ini bisa menguap begitu saja jika pelaku intelektual tidak segera diungkap.
Berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat dan pengamat hukum, menilai bahwa penyelidikan harus dilakukan secara independen dan transparan. Ada kekhawatiran bahwa jika kasus ini melibatkan orang-orang “berkuasa”, maka proses hukum akan berjalan lambat atau bahkan disabotase.
Harapan Akan Titik Terang
Hingga saat ini, pihak Polda Metro Jaya terus menggali informasi dari para tersangka dan mengembangkan kasus dengan berbagai kemungkinan. Mereka telah membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas kasus ini dan menjamin kepada publik bahwa proses penyidikan akan terus berlanjut tanpa intervensi.
Namun tekanan tetap tinggi. Masyarakat, media, dan terutama keluarga korban masih menanti dengan harap-harap cemas: Siapa yang merencanakan penculikan ini? Apa motif di balik pembunuhan keji ini? Dan kapan keadilan benar-benar ditegakkan?
Penutup: Menolak Lupa
Tragedi yang menimpa Ilham Pradipta adalah potret kelam dari betapa rapuhnya rasa aman masyarakat, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki musuh atau masalah terbuka. Ia adalah seorang suami, ayah, dan pekerja yang pulang dari kerja—namun tidak pernah sampai di rumah.
Masyarakat menolak lupa. Kasus ini harus menjadi pengingat bahwa kejahatan terorganisir tidak boleh dibiarkan mengaburkan keadilan. Dan bahwa setiap nyawa yang direnggut secara tidak manusiawi harus mendapatkan keadilan, seberat-beratnya.