Bekasi, Mata4.com – Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, mendesak komunitas internasional segera menekan Israel. Desakan ini muncul menyusul dugaan pelanggaran berulang yang dilakukan Tel Aviv terhadap komitmen gencatan senjata di Jalur Gaza.
Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, menyatakan pihaknya telah mematuhi seluruh rincian perjanjian, terutama pada fase awal.
“Hamas mematuhi seluruh rincian perjanjian gencatan senjata di Gaza, khususnya pada fase pertama dengan menyerahkan seluruh sandera yang masih hidup secara sekaligus,” tegas Qassem.
Sejauh ini, Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 13 sandera lain sebagai bagian dari pertukaran dengan hampir 2.000 tahanan Palestina. Kesepakatan gencatan senjata ini mulai berlaku sejak 10 Oktober, sesuai rencana bertahap yang diajukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Hambatan Penyerahan Jenazah
Qassem menyebut, proses penyerahan jenazah sandera terkendala kerusakan parah infrastruktur dan bangunan di Gaza akibat konflik. Ia menuding Israel sengaja mengebom area tempat sandera ditahan, sehingga alat berat untuk mengangkat puing-puing tidak tersedia.

“Salah satu hambatan utama dalam penyerahan jenazah adalah tidak tersedianya alat berat untuk mengangkat puing-puing bangunan. Kami telah menjelaskan hal ini kepada para mediator,” ujar Qassem.
Hamas terus berkomunikasi dengan mediator, termasuk Amerika Serikat, terkait pelanggaran gencatan senjata oleh Israel.
Baca Juga:
ppp nonaktifkan anggota dprd blitar
Kelaparan sebagai Alat Pemerasan
Qassem menuding Israel memanfaatkan isu bantuan kemanusiaan untuk melakukan pemerasan politik, yang mengancam rakyat Palestina dengan kelaparan.
“Semua pihak yang menginginkan ketenangan di kawasan harus menekan pihak pendudukan (Israel) agar memenuhi komitmen gencatan senjatanya,” serunya.
Sejak kesepakatan berlaku pada 10 Oktober, kantor media pemerintah Gaza melaporkan sudah terjadi 80 pelanggaran oleh Israel, menewaskan 97 warga Palestina dan melukai 230 lainnya.
Data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, sejak Oktober 2023, konflik telah menewaskan lebih dari 68.200 orang dan melukai lebih dari 170.000 orang.
