Jakarta, Mata4.com — Di balik logo pria berjanggut putih yang terpampang di berbagai produk rumah tangga Indonesia, tersimpan kisah panjang tentang keluarga Taipan Djojonegoro. Sosok di balik kejayaan itu adalah Hamid Djojonegoro, pewaris generasi kedua dari Orang Tua Group (OT), perusahaan yang berdiri sejak 1948.
Di bawah kepemimpinan Hamid, OT Group menjelma menjadi salah satu raksasa industri FMCG (Fast-Moving Consumer Goods) terbesar di Indonesia, dengan portofolio produk yang menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat.
Anak Pendiri yang Tumbuh Jadi Pemimpin Besar
Hamid Djojonegoro merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pendiri Orang Tua Group, Chandra Djojonegoro atau Chu Sam Yak.
Ia memiliki dua saudara laki-laki, Husain Djojonegoro dan Chu Jang Lie, serta seorang adik bernama Pudjiono Djojonegoro.
Lahir di Surabaya pada tahun 1954, Hamid tumbuh dalam lingkungan bisnis keluarga yang disiplin dan berorientasi pada kualitas.
Sejak muda, ia telah melihat bagaimana ayahnya membangun usaha kecil di bidang minuman kesehatan tradisional, cikal bakal berdirinya Orang Tua Group.
Perjalanan Panjang Membangun OT Group
Perjalanan bisnis OT dimulai dari produksi minuman kesehatan yang dijual secara tradisional pada akhir 1940-an.
Namun, seiring perubahan zaman, perusahaan mulai merambah sektor barang konsumsi cepat saji dengan meluncurkan produk ikonik seperti pasta dan sikat gigi Formula — yang hingga kini masih menjadi merek unggulan di pasaran.
Hamid bergabung secara resmi ke perusahaan pada 1977 sebagai Direktur Pemasaran.
Meski merupakan anak pendiri, Hamid berhasil membuktikan kemampuannya melalui strategi promosi dan ekspansi pasar yang agresif.
Kinerjanya yang gemilang membuatnya dipercaya menjadi Presiden Direktur OT Group setelah ayahnya wafat pada tahun 1997.

Ekspansi Besar ke Dunia FMCG
Di bawah kepemimpinannya, Hamid memperluas lini bisnis OT Group ke berbagai sektor FMCG, mulai dari makanan ringan, minuman, hingga produk perawatan pribadi.
Merek-merek seperti Kispray, Tango, MintZ, Oops, Sari Murni, dan Teh Gelas menjadi bagian dari perjalanan sukses perusahaan.
Tak hanya itu, bersama ketiga saudaranya, Hamid juga mendirikan Grup ABC, produsen baterai yang sempat mendominasi pasar Indonesia pada era 1990-an.
Produk baterai ABC menjadi barang wajib di rumah tangga Indonesia, memperkuat posisi keluarga Djojonegoro sebagai pemain besar di industri manufaktur nasional.
Pada 1995, nama perusahaan ADA (Attention, Direction, Action) resmi berubah menjadi Orang Tua Group, bersamaan dengan peluncuran logo baru yang menggambarkan sosok pria berjanggut putih — simbol kepercayaan dan tradisi.
Kekayaan dan Pengaruh di Dunia Bisnis
Kerja keras Hamid membuahkan hasil.
Kini, OT Group menjadi salah satu perusahaan FMCG lokal terbesar yang bersaing dengan raksasa global seperti Unilever dan Nestlé.
Menurut Forbes (November 2024), kekayaan bersih Hamid Djojonegoro dan keluarga mencapai US$1,33 miliar atau setara Rp22,1 triliun (kurs Rp16.618 per dolar AS).
Angka ini menempatkannya dalam daftar orang terkaya di Indonesia, membuktikan bagaimana warisan keluarga bisa tumbuh menjadi imperium bisnis modern.
Warisan yang Terus Hidup
Di balik kesuksesan materi, Hamid dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan disiplin.
Ia berpegang pada prinsip bahwa keberhasilan bisnis harus disertai inovasi dan tanggung jawab sosial, dua hal yang menjadi fondasi keberlangsungan OT Group hingga kini.
Produk-produk keluaran OT Group kini tak hanya mendominasi pasar domestik, tetapi juga menembus ekspor ke berbagai negara Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Perjalanan panjang Hamid Djojonegoro menjadi contoh nyata bagaimana bisnis keluarga lokal bisa berevolusi menjadi kekuatan global.
