Jakarta, Mata4.com — Harga emas perhiasan di sejumlah toko dan gerai emas nasional tercatat mengalami penurunan signifikan pada perdagangan hari ini, Senin (10/11). Penurunan tersebut terjadi seiring melemahnya harga emas dunia dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang menjadi salah satu faktor utama penekan harga emas di pasar domestik.
Berdasarkan data dari beberapa toko emas besar di Jakarta, Surabaya, dan Medan, harga emas perhiasan hari ini turun antara Rp5.000 hingga Rp15.000 per gram dibandingkan posisi akhir pekan lalu. Penurunan ini dinilai cukup tajam mengingat harga emas sempat bertahan tinggi selama dua pekan terakhir.
Harga emas perhiasan kadar 24 karat kini dijual di kisaran Rp1.090.000 per gram, sementara kadar 22 karat berada pada level Rp950.000 per gram. Untuk kadar 18 karat, harganya turun menjadi sekitar Rp820.000 per gram. Adapun harga buyback emas Antam turun ke level Rp1.050.000 per gram.
Dampak Pasar Global
Penurunan harga emas domestik ini tidak terlepas dari perkembangan di pasar global. Mengutip data dari Kitco Metals, harga emas dunia pada Senin pagi (10/11) melemah ke level USD 2.330 per troy ounce, setelah sebelumnya sempat menembus USD 2.355 per troy ounce pada pekan lalu.
Analis komoditas dari IndoGold Research, Riza Prasetyo, mengatakan, pelemahan harga emas dunia terjadi karena sentimen positif dari data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan inflasi mulai melandai dan pertumbuhan tenaga kerja stabil.
“Investor global kembali percaya diri terhadap pasar saham dan obligasi. Akibatnya, permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai menurun, sehingga harga terkoreksi,” ujar Riza saat dihubungi, Senin (10/11).
Ia juga menjelaskan bahwa faktor penguatan dolar AS dan penurunan permintaan dari Tiongkok turut menekan harga emas dunia. Tiongkok merupakan salah satu konsumen emas terbesar di dunia, terutama untuk keperluan perhiasan dan investasi.
Penguatan Rupiah dan Dampaknya
Selain faktor eksternal, penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi faktor penting dalam penurunan harga emas domestik. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah tercatat menguat ke level Rp15.400 per dolar AS, naik dibanding posisi minggu sebelumnya di sekitar Rp15.520.
“Kenaikan nilai tukar rupiah menyebabkan harga emas lokal ikut terkoreksi karena emas diimpor menggunakan dolar AS. Jadi, ketika dolar melemah, harga emas di pasar domestik otomatis menurun,” jelas Riza.
Penguatan rupiah sendiri didorong oleh masuknya arus modal asing ke pasar obligasi dan saham domestik setelah pemerintah mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga yang stabil di kisaran 5,2 persen.
Respons Pasar Domestik: Pembelian Naik
Meski harga emas turun, justru terjadi peningkatan minat beli di pasar perhiasan. Para pedagang di kawasan Cikini, Tanah Abang, hingga Surabaya melaporkan kenaikan penjualan emas perhiasan antara 15 hingga 25 persen dalam dua hari terakhir.
Yuni Kartika, pemilik toko emas di Pasar Cikini, mengatakan penurunan harga menjadi momentum bagi masyarakat untuk kembali berbelanja emas, baik untuk investasi kecil maupun kebutuhan pribadi.
“Begitu harga turun, pembeli langsung ramai. Banyak yang memanfaatkan momen ini untuk membeli cincin atau gelang emas, ada juga yang membeli logam mulia. Biasanya, kalau harga turun begini, pasar ramai hingga akhir pekan,” ungkap Yuni.
Sementara itu, pengrajin emas di Surabaya dan Denpasar mengaku kenaikan permintaan perhiasan emas menjelang akhir tahun sudah mulai terasa. Penurunan harga membantu mereka meningkatkan produksi dan penjualan.
Prediksi Analis: Emas Masih Berpotensi Fluktuatif
Menurut beberapa analis pasar, harga emas masih berpotensi bergerak fluktuatif dalam beberapa minggu ke depan. Faktor utama yang akan memengaruhi pergerakan harga antara lain keputusan Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunga serta perkembangan geopolitik global.
“Jika The Fed menahan suku bunga tinggi, emas bisa terus melemah. Namun, bila ada sinyal pelonggaran, harga emas kemungkinan kembali menguat,” kata Hendra Gunawan, analis dari PT Sinarmas Sekuritas.
Ia menambahkan, permintaan emas di Asia, khususnya dari India yang sedang memasuki musim pernikahan, bisa menjadi faktor penahan agar harga tidak turun terlalu dalam.
“Permintaan emas perhiasan di India dan Asia Tenggara biasanya meningkat pada akhir tahun, sehingga bisa menopang harga di pasar regional,” ujar Hendra.
Pandangan Ekonom: Momen Tepat untuk Investasi
Ekonom sekaligus konsultan keuangan pribadi, Nina Lestari, menilai penurunan harga emas saat ini dapat menjadi peluang bagi masyarakat yang ingin menambah portofolio investasi jangka panjang.
“Harga emas memang fluktuatif dalam jangka pendek, tapi tren jangka panjang masih positif. Emas tetap menjadi instrumen lindung nilai terhadap inflasi,” ujar Nina.
Ia menyarankan masyarakat membeli emas di tempat resmi yang memiliki sertifikasi keaslian dan menyimpan bukti transaksi. Selain itu, Nina mengingatkan agar masyarakat tidak terburu-buru menjual emas hanya karena harga sedang turun.
“Justru ketika harga turun, ini saat yang tepat untuk membeli. Tapi lakukan dengan bijak, jangan berutang hanya untuk investasi,” tambahnya.
Kondisi Pasar dan Prospek Akhir Tahun
Memasuki kuartal terakhir tahun 2025, pasar emas nasional masih menunjukkan daya tahan yang kuat. Meskipun harga sempat terkoreksi, permintaan dari sektor perhiasan dan investor ritel tetap tinggi.
Data dari Asosiasi Pedagang Emas dan Permata Indonesia (APEPI) menunjukkan, penjualan emas di dalam negeri tumbuh 6 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal ketiga tahun ini, menandakan minat masyarakat terhadap emas masih stabil.
“Tren pembelian emas akan terus meningkat menjelang Natal dan Tahun Baru. Kami perkirakan harga bisa kembali naik secara bertahap jika kondisi global mulai tenang,” ujar Ketua APEPI, Slamet Riyanto.
Penutup
Penurunan harga emas perhiasan pada 10 November 2025 mencerminkan dinamika pasar komoditas global yang masih sensitif terhadap kebijakan moneter dan nilai tukar mata uang utama dunia.
Meskipun begitu, emas tetap menjadi aset investasi yang diminati karena nilainya yang relatif stabil dalam jangka panjang.
Pemerintah dan pelaku industri diharapkan terus menjaga stabilitas pasokan emas serta mendorong masyarakat berinvestasi secara bijak dan aman.

