
Denpasar, Mata4.com — Kongres ke-VI Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berlangsung di Bali, kembali menegaskan posisi Megawati Soekarnoputri sebagai figur sentral dalam tubuh partai berlambang banteng tersebut. Dalam sidang pleno yang digelar pada puncak kongres, seluruh peserta secara aklamasi menetapkan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP periode 2025–2030, memperpanjang kepemimpinannya yang sudah berlangsung lebih dari dua dekade.
Kongres yang dibuka pada Kamis (1/8) di Bali Nusa Dua Convention Center ini dihadiri oleh jajaran pengurus pusat (DPP), dewan pimpinan daerah (DPD), dan dewan pimpinan cabang (DPC) dari seluruh Indonesia. Atmosfer kongres mencerminkan loyalitas dan kedisiplinan ideologis yang menjadi ciri khas PDIP selama ini.
Dukungan Penuh Tanpa Syarat
Dalam proses pemilihan Ketua Umum, tak ada satu pun nama yang diajukan selain Megawati. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya dukungan internal terhadap dirinya sebagai figur pemersatu dan simbol ideologis partai. Ketua sidang kongres, Komarudin Watubun, menegaskan bahwa keputusan aklamasi mencerminkan suara bulat seluruh kader PDIP.
“Ini bukan soal personalitas semata, tapi menyangkut keberlangsungan ideologi partai. Bu Megawati bukan hanya pemimpin formal, tapi juga penjaga roh dan arah perjuangan PDIP,” kata Komarudin.
Pidato Megawati: Tegas, Menyentuh, dan Reflektif
Usai dikukuhkan, Megawati menyampaikan pidato politik yang mengandung pesan mendalam tentang arah perjuangan PDIP ke depan. Ia mengingatkan seluruh kader agar tidak terjebak pada euforia kemenangan elektoral semata, melainkan terus mengakar di tengah-tengah rakyat.
“Kita ini bukan partai kekuasaan semata. Kita adalah partai ideologis. Jangan pernah lelah membela wong cilik, jangan pernah ragu menegakkan Pancasila,” tegas Megawati dalam pidatonya yang disambut tepuk tangan panjang.
Ia juga menyinggung tantangan zaman, terutama derasnya arus pragmatisme dalam politik. Menurutnya, kemajuan teknologi dan tekanan geopolitik global tidak boleh membuat PDIP kehilangan jati diri sebagai partai nasionalis, kerakyatan, dan berhaluan ideologi Pancasila.
Seruan tentang Regenerasi dan Kaderisasi
Meski dikukuhkan kembali sebagai ketua umum, Megawati tak menutup mata terhadap pentingnya regenerasi di tubuh partai. Namun, ia memberi penekanan bahwa regenerasi tidak boleh dilakukan secara instan atau karena kepentingan sesaat.
“Saya ini sudah tidak muda lagi. Tapi regenerasi itu bukan soal umur, melainkan kematangan ideologi dan kesiapan mental. Jangan sembarangan tunjuk orang yang hanya populer di media sosial,” sindirnya, disambut tawa para kader.
Dalam sesi terpisah, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa partai akan memperkuat sekolah partai sebagai pusat pembinaan calon pemimpin masa depan. Hasto juga memastikan bahwa kaderisasi akan berbasis meritokrasi dan ideologi, bukan semata-mata elektabilitas.

www.service-ac.id
Konsolidasi Menuju 2029: PDIP Siap Bertarung
Kongres ke-VI ini juga menjadi momentum strategis PDIP untuk melakukan konsolidasi internal menuju Pemilu 2029. Evaluasi terhadap hasil Pemilu 2024 dibahas secara mendalam, termasuk analisis kekuatan dan kelemahan mesin partai di lapangan.
Beberapa rekomendasi utama yang dihasilkan kongres antara lain:
- Penguatan pendidikan politik ideologis untuk kader baru
- Digitalisasi sistem informasi dan komunikasi partai
- Penguatan struktur partai hingga tingkat ranting
- Peningkatan peran perempuan dan generasi muda dalam kepemimpinan
Hasto juga menegaskan bahwa meski kepemimpinan Megawati berlanjut, partai tetap terbuka terhadap pemikiran-pemikiran progresif dari generasi muda asalkan tetap sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan semangat Trisakti Bung Karno.
Suara dari Daerah: Megawati Masih yang Terbaik
Kader-kader dari berbagai daerah menyuarakan dukungan serupa. Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono, menilai Megawati masih menjadi sosok yang paling tepat memimpin partai dalam periode krusial ini.
“Bu Mega bukan hanya simbol. Beliau adalah tokoh yang terus menjaga marwah partai di tengah turbulensi politik nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, mengatakan bahwa Megawati memiliki legitimasi historis dan ideologis yang tak bisa disamai oleh siapa pun.
“Dukungan kami bukan soal pribadi, tapi soal keberlanjutan ideologi dan arah perjuangan. Beliau tetap jadi mercusuar politik PDIP,” ujarnya.
Kesimpulan: Ketokohan yang Masih Dibutuhkan
Dengan dikukuhkannya Megawati Soekarnoputri kembali sebagai Ketua Umum PDIP dalam Kongres ke-VI di Denpasar, Bali, partai ini mengirim sinyal kuat bahwa kesinambungan ideologi dan kepemimpinan adalah prioritas utama. Meski regenerasi menjadi perhatian, ketokohan Megawati masih dianggap sebagai jangkar utama dalam menjaga stabilitas dan arah perjuangan partai menuju Pemilu 2029.
Megawati, yang sudah memimpin PDIP sejak tahun 1999, kini melanjutkan kepemimpinan untuk periode kelima, menegaskan bahwa dalam tubuh PDIP, belum ada yang mampu menyamai warisan ideologis, pengalaman, dan kharisma politiknya