
Jakarta, 27 Juli 2025 — Sebuah fenomena yang tak biasa tengah menarik perhatian publik: warga dari berbagai negara Arab berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk satu tujuan unik — mencari dan meneliti tanaman-tanaman yang disebut dalam Al-Qur’an. Kunjungan mereka bukan sekadar wisata biasa, tapi perpaduan antara riset ilmiah, perjalanan spiritual, serta pencarian khasiat kesehatan alami.
Tanaman-tanaman seperti zaitun, tin (buah ara), delima, kurma, habbatussauda (jinten hitam), daun bidara, siwak, hingga rumput-rumputan tertentu yang disebut dalam literatur Islam, menjadi incaran para pengunjung dari Timur Tengah. Tak sedikit dari mereka datang sebagai ilmuwan, herbalis, akademisi, bahkan pelaku pengobatan alternatif Islami.
Kenapa Indonesia?
Bagi sebagian orang Timur Tengah, Indonesia mungkin lebih dikenal karena keindahan Bali atau kekayaan kulinernya. Namun kini, para pengunjung dari Arab mulai melirik sisi lain Nusantara: kekayaan hayati yang ternyata sangat relevan dengan teks-teks suci Al-Qur’an dan hadis.
Meski sebagian besar tanaman tersebut berasal dari Timur Tengah, ternyata banyak yang tumbuh subur di wilayah-wilayah Indonesia, baik secara alami maupun karena hasil budidaya. Iklim tropis yang kaya sinar matahari dan kelembapan tinggi membuat tanah Nusantara sangat ramah bagi tanaman seperti tin, zaitun, dan delima.
“Saya tidak menyangka bisa menemukan tanaman zaitun asli tumbuh di dataran tinggi Malang, dan tin segar di Bogor,” ungkap Dr. Abdul Rahman, peneliti dari Universitas Madinah, saat berkunjung ke kebun herbal milik pesantren di Jawa Barat. Ia menyebutkan bahwa kualitas tanaman herbal Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, bahkan diekspor kembali ke Timur Tengah.
Tanaman Al-Qur’an yang Dicari
Beberapa tanaman yang menjadi fokus utama para pengunjung ini antara lain:
- Zaitun (Olea europaea)
Disebut dalam Surah At-Tin dan Surah An-Nur, zaitun dipercaya mengandung berkah dan manfaat luar biasa untuk kesehatan jantung, kulit, dan sistem imun. - Tin (Ficus carica)
Buah tin sangat jarang ditemukan di alam liar di Timur Tengah. Namun kini banyak petani di Indonesia berhasil membudidayakannya di dataran tinggi. - Delima (Punica granatum)
Delima adalah simbol surga dalam banyak ayat. Kaya antioksidan dan vitamin, delima kini menjadi buah yang banyak ditanam di Indonesia sebagai tanaman obat. - Kurma (Phoenix dactylifera)
Meski tidak tumbuh alami di Indonesia, beberapa varietas kurma kini telah berhasil dikembangkan di wilayah NTB dan Kalimantan Selatan. - Habbatussauda (Nigella sativa)
Jinten hitam disebut Nabi Muhammad SAW sebagai “obat segala penyakit kecuali kematian”. Di Indonesia, tanaman ini mulai banyak dibudidayakan dan diolah menjadi minyak. - Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)
Dikenal dalam pengobatan ruqyah dan tradisi pemulasaran jenazah, bidara menjadi tanaman spiritual yang sangat dicari. - Siwak (Salvadora persica)
Batang pohon siwak digunakan sebagai alat pembersih gigi alami sejak zaman Nabi. Kini banyak ditemukan di pesantren-pesantren salaf di Jawa Timur.
Kombinasi Wisata, Riset, dan Spiritualitas
Menariknya, kunjungan warga Arab ini bukan hanya untuk membeli produk atau benih. Banyak dari mereka datang dengan misi khusus: melihat langsung bagaimana masyarakat Indonesia menanam, merawat, dan mengolah tanaman-tanaman tersebut, baik untuk pengobatan, makanan, maupun keperluan ibadah.
Beberapa dari mereka juga mengunjungi pesantren tradisional, komunitas pengobatan herbal Islam, hingga ladang-ladang petani lokal. Di pesantren, mereka belajar bagaimana bidara digunakan dalam ruqyah, atau bagaimana minyak zaitun lokal diolah secara tradisional tanpa mesin industri.
“Bagi kami, ini bukan hanya tentang kesehatan, tapi tentang menghidupkan kembali nilai-nilai Al-Qur’an melalui tanaman-tanaman yang disebut dalam wahyu. Apa yang tumbuh di bumi Indonesia bisa jadi bagian dari misi spiritual kami,” kata Sheikh Omar Al-Baridi dari Kuwait.
Potensi Ekonomi dan Budaya bagi Indonesia
Fenomena ini membuka peluang besar bagi Indonesia, tidak hanya dalam sektor pertanian herbal dan ekspor tanaman, tetapi juga dalam pengembangan wisata halal dan diplomasi budaya Islam.
Beberapa daerah seperti Bogor, Magelang, Aceh, dan Lombok mulai dilirik sebagai lokasi pengembangan eco-religious tourism, di mana wisatawan Muslim dari Timur Tengah dapat merasakan pengalaman berkebun, belajar pengobatan herbal Islami, hingga melakukan ziarah alam.
“Kita punya potensi besar untuk menjadi pusat tanaman herbal Islam di Asia Tenggara, bahkan dunia,” ujar Syaiful Anwar, Ketua Asosiasi Toga (Tanaman Obat Keluarga) Indonesia. “Tapi ini butuh dukungan dari pemerintah dan pelaku wisata.”
Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pertanian dikabarkan tengah merancang program khusus untuk mendukung promosi Tanaman Al-Qur’an Nusantara, termasuk pelatihan petani, sertifikasi halal, dan kerja sama ekspor dengan negara-negara OKI.
Tanaman, Iman, dan Sains
Fenomena ini sekaligus menegaskan bahwa agama, sains, dan alam tidak terpisahkan. Tanaman-tanaman yang disebut dalam Al-Qur’an bukan hanya simbol, melainkan nyata, hidup, dan bermanfaat.
“Jika Allah menyebut sesuatu dalam wahyu-Nya, pasti ada hikmah besar di dalamnya,” ujar Ustaz Husain, pengasuh pondok herbal di Solo. “Tugas kita sebagai umat Islam adalah mempelajari, menjaga, dan memanfaatkannya dengan bijak.”
Penutup
Kedatangan warga Arab ke Indonesia demi tanaman-tanaman Al-Qur’an adalah bukti nyata bahwa kekayaan alam Nusantara menyimpan nilai spiritual dan ilmiah yang luar biasa. Ini bukan hanya soal bisnis, bukan sekadar wisata, tapi tentang menghidupkan ayat-ayat Allah melalui ciptaan-Nya yang tumbuh dari tanah kita sendiri.
Indonesia punya modal alam dan budaya yang kuat untuk tampil di panggung dunia — bukan hanya sebagai negara agraris, tapi juga sebagai jantung spiritual dunia Muslim. Maka tugas kita sekarang adalah merawatnya, mengembangkannya, dan membagikannya kepada dunia dengan penuh tanggung jawab.