Jakarta, Mata4.com — Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling banyak dialami di Indonesia dan dunia. Menurut data WHO, sekitar 1 dari 3 orang dewasa mengalami hipertensi, dan kondisi ini menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit kardiovaskular. Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena biasanya tidak menunjukkan gejala jelas pada tahap awal, sehingga banyak penderita yang tidak menyadari tekanan darahnya tinggi hingga terjadi komplikasi serius.
Meski hipertensi dapat diatasi dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup, ada kalanya kondisi ini menjadi “membandel” atau resisten, di mana tekanan darah tetap tinggi meskipun pasien sudah menjalani terapi yang dianjurkan. Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga medis maupun pasien. Apa sebenarnya ciri hipertensi membandel? Bagaimana penyebabnya? Dan langkah apa yang harus ditempuh agar tekanan darah dapat kembali terkontrol? Berikut penjelasan lengkap dari para ahli.
Apa Itu Hipertensi Membandel?
Hipertensi membandel, atau yang dalam istilah medis disebut hipertensi resisten, merupakan kondisi di mana tekanan darah tidak kunjung turun di bawah angka 140/90 mmHg meski pasien sudah minum obat antihipertensi dari minimal tiga jenis obat dalam dosis optimal, termasuk satu obat diuretik. Menurut Prof. Dr. Budi Santoso, Sp.JP, ahli jantung dari RSUP Nasional, kondisi ini perlu evaluasi medis lebih mendalam karena risiko komplikasi jantung, pembuluh darah, dan ginjal meningkat secara signifikan.
Ciri-Ciri Hipertensi Membandel yang Harus Diwaspadai
Hipertensi pada umumnya tidak menimbulkan gejala yang spesifik, sehingga seringkali tidak disadari. Namun pada hipertensi membandel, gejala berikut dapat muncul akibat tekanan darah yang terus tinggi:
- Tekanan darah tinggi yang bertahan lama walaupun sudah mengonsumsi obat dan menjalani gaya hidup sehat.
- Sakit kepala berat dan sering muncul, terutama di bagian belakang kepala atau sekitar pelipis.
- Pusing hingga vertigo yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Penglihatan kabur, gangguan penglihatan, atau melihat bintik-bintik.
- Sesak napas dan nyeri dada, tanda adanya komplikasi pada jantung.
- Mudah lelah, sulit konsentrasi, dan gangguan tidur.
Gejala tersebut menandakan perlunya pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut agar kondisi tidak bertambah parah.
Faktor Penyebab Hipertensi Membandel
Berbagai faktor dapat menyebabkan hipertensi menjadi membandel, di antaranya:
- Ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan
Beberapa pasien sering lupa atau sengaja menghentikan pengobatan karena merasa sudah membaik atau khawatir efek samping obat. - Gaya hidup yang belum sepenuhnya berubah
Masih mengonsumsi makanan tinggi garam, kurang olahraga, merokok, stres yang tidak terkelola, serta konsumsi alkohol berlebihan. - Penyakit penyerta (secondary hypertension)
Penyakit ginjal kronis, gangguan hormon seperti hiperaldosteronisme, hipotiroidisme atau hipertiroidisme, serta sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur) dapat menjadi penyebab tekanan darah tinggi yang sulit diatasi. - Interaksi dan efek samping obat lain
Obat-obatan tertentu, seperti pil kontrasepsi, kortikosteroid, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau obat flu, dapat memengaruhi efektivitas obat antihipertensi. - Faktor genetik dan usia
Beberapa individu memiliki predisposisi genetik yang membuat mereka lebih sulit mengendalikan tekanan darah, apalagi seiring bertambahnya usia.
Langkah-Langkah Mengatasi Hipertensi Membandel
Penanganan hipertensi membandel membutuhkan pendekatan komprehensif dan kolaborasi erat antara pasien dan tenaga medis:
- Evaluasi medis menyeluruh
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan berbagai tes penunjang seperti tes darah, urin, elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan fungsi ginjal untuk menemukan penyebab sekunder hipertensi serta menilai komplikasi yang sudah terjadi. - Penyesuaian terapi obat
Berdasarkan hasil evaluasi, dokter mungkin akan mengubah atau menambah jenis obat antihipertensi, menggunakan kombinasi obat yang lebih efektif, dan menyesuaikan dosis secara personal. - Perubahan gaya hidup
Menurunkan asupan garam menjadi kurang dari 2 gram per hari, memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan makanan tinggi serat, rutin berolahraga minimal 30 menit setiap hari, menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, mengurangi stres dengan teknik relaksasi atau meditasi, serta membatasi konsumsi alkohol. - Pemantauan tekanan darah secara berkala
Pasien disarankan untuk rutin mengukur tekanan darah di rumah dan melaporkan hasilnya ke dokter guna evaluasi efektivitas terapi. - Mengelola penyakit penyerta
Jika hipertensi disebabkan oleh penyakit lain, pengobatan kondisi tersebut harus dilakukan bersamaan untuk mengoptimalkan kontrol tekanan darah. - Edukasi dan dukungan psikososial
Penting bagi pasien untuk mendapatkan edukasi lengkap mengenai pentingnya kepatuhan pada pengobatan dan gaya hidup sehat, serta dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan agar motivasi tetap terjaga.
Komplikasi Jika Hipertensi Membandel Tidak Ditangani
Jika hipertensi membandel tidak ditangani dengan baik, risiko komplikasi serius meningkat secara signifikan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:
- Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
- Stroke iskemik dan hemoragik
- Gagal ginjal kronis
- Gangguan penglihatan permanen akibat kerusakan retina
- Aneurisma aorta dan gangguan pembuluh darah lainnya
Oleh sebab itu, kontrol tekanan darah yang baik sangat penting untuk mencegah kerusakan organ-organ vital.
Pentingnya Konsultasi dan Peran Dokter
Menjaga komunikasi rutin dengan dokter sangat krusial agar setiap perubahan kondisi dapat segera ditangani. Pasien tidak dianjurkan menghentikan obat tanpa seizin dokter karena dapat memperburuk kondisi. Menurut Prof. Budi Santoso, “Pengobatan hipertensi membandel membutuhkan kesabaran dan kesadaran pasien. Tim medis akan selalu berusaha memberikan terapi terbaik, namun keberhasilan sangat tergantung pada kepatuhan dan komitmen pasien dalam menjalani pengobatan dan gaya hidup sehat.”
Kesimpulan
Hipertensi membandel merupakan kondisi yang serius dan memerlukan penanganan intensif agar risiko komplikasi dapat ditekan. Mengenali ciri-ciri awal, mengetahui faktor penyebab, serta disiplin menjalani pengobatan dan perubahan gaya hidup adalah kunci utama keberhasilan terapi. Pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi berkala dengan dokter sangat dianjurkan agar hipertensi dapat dikelola dengan baik dan kualitas hidup tetap terjaga.

