Jakarta, 30 Juni 2025 – Indonesia mencatatkan pencapaian gemilang dalam sektor peternakan unggas. Berdasarkan data resmi dari Kementerian Pertanian (Kementan), Indonesia kini menjadi produsen telur ayam ras terbesar ketiga di dunia, hanya berada di bawah China dan Jepang. Sepanjang tahun 2025, produksi nasional mencapai 6,52 juta ton, yang setara dengan lebih dari 104 miliar butir telur per tahun.
Pencapaian ini tidak hanya menunjukkan kemajuan dalam sektor agribisnis dan peternakan, tetapi juga membuka peluang ekspor besar ke berbagai negara serta memperkuat ketahanan pangan nasional.
Produksi telur Indonesia saat ini melebihi kebutuhan domestik. Dari kebutuhan nasional yang diperkirakan berada di angka 6,22 juta ton, Indonesia memiliki surplus sekitar 295 ribu ton, atau sekitar 4,5 persen dari total produksi nasional. Jika dikonversi, itu setara dengan lebih dari 5 juta butir telur per bulan sebagai kelebihan produksi.
Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, surplus ini menunjukkan efisiensi tinggi dalam rantai produksi nasional dan sinyal positif untuk ekspansi ke pasar ekspor.
“Surplus produksi telur nasional ini harus dimanfaatkan sebagai peluang, bukan sekadar angka. Kita dorong ekspor dan jaga harga di tingkat peternak agar tidak jatuh,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (30/6).
PRODUKSI MELONJAK, INDONESIA ALAMI SURPLUS NASIONAL
Produksi telur Indonesia saat ini melebihi kebutuhan domestik. Dari kebutuhan nasional yang diperkirakan berada di angka 6,22 juta ton, Indonesia memiliki surplus sekitar 295 ribu ton, atau sekitar 4,5 persen dari total produksi nasional. Jika dikonversi, itu setara dengan lebih dari 5 juta butir telur per bulan sebagai kelebihan produksi.
Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, surplus ini menunjukkan efisiensi tinggi dalam rantai produksi nasional dan sinyal positif untuk ekspansi ke pasar ekspor.
“Surplus produksi telur nasional ini harus dimanfaatkan sebagai peluang, bukan sekadar angka. Kita dorong ekspor dan jaga harga di tingkat peternak agar tidak jatuh,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (30/6).
PERMINTAAN EKSPOR MELONJAK DARI TIMUR TENGAH DAN ASEAN
Dengan posisi Indonesia sebagai produsen besar, permintaan dari luar negeri mulai berdatangan. Negara-negara seperti Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, hingga Singapura dan negara ASEAN lainnya mulai menjajaki kerja sama dagang dengan Indonesia untuk pasokan telur konsumsi maupun telur industri.
Lebih lanjut, Indonesia juga sedang dalam proses negosiasi ekspor ke Amerika Serikat, yang saat ini tengah mengalami krisis suplai telur akibat wabah flu burung (HPAI).
“Kita menargetkan pengiriman 1,6 juta butir telur per bulan ke AS. Ini peluang besar mengingat kebutuhan mereka sangat tinggi,” ujar perwakilan dari Kementan.
Selain itu, pemerintah juga mengarahkan BUMN Pangan dan swasta besar untuk menjajaki logistik ekspor berbasis kontainer berpendingin demi menjaga kualitas produk.
FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PRODUKSI TELUR
Beberapa faktor kunci yang mendorong produksi telur Indonesia mencapai level global:
Peningkatan teknologi kandang tertutup (closed house), yang lebih higienis, efisien, dan meningkatkan produktivitas ayam petelur.
Perbaikan genetik ayam layer yang lebih tahan penyakit dan produktif.
Penguatan peran peternak rakyat dan UMKM, termasuk program integrasi pakan dan bibit oleh Dinas Peternakan setempat.
Sistem monitoring penyakit unggas nasional, yang menekan angka kematian dan menstabilkan populasi ayam.
STABILISASI HARGA DAN INTERVENSI PEMERINTAH
Meskipun surplus produksi merupakan kabar baik, pemerintah tetap mewaspadai potensi gejolak harga di tingkat peternak. Harga telur bisa anjlok jika distribusi tidak diatur dengan baik.
Untuk itu, Kementan menerbitkan Surat Edaran 11 April 2025 yang membatasi penjualan telur fertil (telur yang seharusnya digunakan untuk pembibitan), serta meminta pelaku industri untuk menyerap telur dari peternak rakyat agar harga tetap stabil.
Telur-telur surplus ini juga dialokasikan ke dalam beberapa program penting:
Program Cadangan Pangan Pemerintah (CPP)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk sekolah-sekolah
Distribusi ke instansi pemerintahan dan koperasi daerah
Pemerintah juga bekerja sama dengan perusahaan pakan (feedmill) besar untuk melakukan pembelian langsung dari peternak kecil sebagai langkah intervensi pasar.
KONDISI DI JAWA BARAT: BERPELUANG MENJADI PUSAT EKSPOR
Sebagai salah satu provinsi dengan populasi ayam petelur terbanyak di Pulau Jawa, Jawa Barat ikut merasakan dampak positif dari lonjakan produksi nasional. Daerah seperti Subang, Purwakarta, Sukabumi, Ciamis, dan Garut dikenal sebagai sentra peternakan unggas yang mampu memasok ribuan ton telur setiap bulannya.
Dengan dukungan infrastruktur dan SDM yang memadai, Jawa Barat berpotensi menjadi pusat ekspor telur nasional. Namun, peternak kecil perlu dibantu dalam hal sertifikasi, standar ekspor, dan logistik rantai dingin.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar:
“Kami siap memfasilitasi peternak untuk memenuhi standar ekspor. Kami juga aktif berkoordinasi dengan BUMN Pangan agar hasil produksi dari Jawa Barat bisa langsung masuk pasar internasional.”
