
Mata4.com | 29 Juni 2025 – Siapa sangka, kekayaan luar biasa yang dulu dimiliki oleh keluarga bangsawan Batak bukan berasal dari tambang emas, minyak, atau kerajaan properti, melainkan dari tanaman yang disebut langsung dalam Al-Qur’an. Tanaman itu adalah kapur barus, yang dalam sejarah Islam disebut sebagai “kafur”, tercantum dalam Surat Al-Insan ayat 5.
Sosok yang berjaya melalui perdagangan kapur barus adalah Sisingamangaraja, penguasa spiritual sekaligus pemimpin adat di Tanah Batak. Menariknya, Sisingamangaraja bukan satu orang, melainkan gelar turun-temurun yang dimulai dari Sisingamangaraja I (tahun 1530) hingga Sisingamangaraja XII (gugur tahun 1907).
Disebut Langsung dalam Al-Qur’an
Kapur barus atau camphor dalam bahasa Inggris, merupakan bahan beraroma khas yang digunakan sejak ribuan tahun lalu untuk keperluan pengobatan, pengawetan, parfum, hingga ritual keagamaan.
Allah SWT menyebut “air kafur” dalam Surat Al-Insan ayat 5, sebagai bentuk kenikmatan yang disediakan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan:
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas yang campurannya adalah kafur (kapur barus).”
(QS. Al-Insan: 5)
Dalam konteks sejarah, kapur barus dari Barus—wilayah pesisir barat Sumatra yang kala itu menjadi pusat ekspor kapur barus dunia—sangat langka dan bernilai setara emas atau berlian. Wilayah Barus berada dalam pengaruh dan kendali penguasa dari kawasan Danau Toba, yakni para Sisingamangaraja.
Monopoli Perdagangan Internasional
Selama berabad-abad, keluarga Sisingamangaraja memiliki hak absolut atas produksi dan perdagangan kapur barus. Mereka mengekspor komoditas ini ke Timur Tengah, India, China, hingga Eropa melalui para pedagang Arab dan Gujarat.
“Dulu, satu karung kapur barus nilainya bisa setara satu peti emas,” kata salah satu sejarawan lokal. Bahkan, dalam catatan perjalanan para pedagang Islam, nama Barus tercatat sebagai pelabuhan paling awal yang dikenal dunia Islam di Asia Tenggara.
Dengan kendali penuh atas komoditas yang disebut dalam kitab suci, tak heran bila kekayaan keluarga Sisingamangaraja kala itu ditaksir setara triliunan rupiah jika dikonversi ke nilai sekarang.
Warisan Budaya dan Sejarah
Kini, kapur barus memang tidak lagi menjadi primadona dunia seperti dulu. Namun, warisan sejarahnya tetap hidup dalam narasi budaya dan spiritualitas masyarakat Batak dan Nusantara. Kisah kejayaan Sisingamangaraja dan kapur barus menjadi bukti bahwa Indonesia punya jejak emas dalam peradaban dunia.
Fakta Menarik:
- Kapur barus berasal dari pohon bernama Dryobalanops aromatica yang hanya tumbuh di wilayah tertentu Sumatra.
- Nama “Camphor” dalam bahasa Eropa berasal dari kata Arab “Kafur”, yang merujuk pada kapur barus dari Barus.
- Barus disebut sebagai “kota tertua di Indonesia yang dikenal dunia luar” sejak abad ke-7 Masehi.
Kekayaan tidak selalu datang dari tambang. Dalam sejarah Nusantara, kekayaan bisa datang dari rempah, kayu, hingga kapur barus—tanaman yang disebut Tuhan dalam kitab-Nya.