Jakarta, Mata4.com — Penanganan kanker payudara tidak bisa dilakukan hanya oleh satu dokter. Para ahli menegaskan bahwa setiap pasien membutuhkan penanganan dari tim multidisiplin agar hasil pengobatan lebih efektif, aman, dan menyeluruh.
Tim multidisiplin biasanya terdiri dari dokter bedah payudara, onkolog medis (kemoterapi), radioterapis, radiolog, patolog, hingga psikolog dan perawat pendamping. Kolaborasi ini penting karena setiap pasien memiliki kondisi berbeda—mulai dari ukuran tumor, tingkat penyebaran, hingga status hormon dan genetik.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa kerja sama antarspesialis membantu mempercepat diagnosis dan menentukan terapi terbaik bagi pasien.
“Dengan tim yang solid, keputusan medis bisa lebih akurat dan risiko kesalahan dapat diminimalkan,” ujarnya.
Pendekatan tim ini juga terbukti meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup pasien, karena setiap aspek baik medis maupun psikologis ditangani secara terkoordinasi.
Namun, di Indonesia penerapan sistem ini masih menghadapi tantangan, terutama terbatasnya tenaga onkologi dan fasilitas kanker di daerah. Meski demikian, pemerintah terus berupaya memperluas layanan kanker berbasis tim terpadu di rumah sakit rujukan nasional dan daerah.
Pasien dan keluarga dianjurkan untuk memilih rumah sakit yang memiliki tim kanker lengkap serta aktif berdiskusi dengan dokter mengenai rencana perawatan, efek samping, dan proses pemulihan.
