Jakarta, Mata4.com — Dalam interaksi sehari-hari, kita sering mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat “nggak apa-apa” ketika ditanya mengenai keadaan diri, perasaan, atau masalah yang sedang dialami. Kalimat sederhana ini kerap digunakan untuk menenangkan lawan bicara atau menyembunyikan perasaan sebenarnya. Namun, kebiasaan mengucapkan “nggak apa-apa” secara terus-menerus ternyata bisa membawa dampak negatif yang serius, terutama bagi kesehatan mental dan fisik seseorang.
Mengapa “Nggak Apa-Apa” Bisa Berbahaya?
Menurut para psikolog, ungkapan “nggak apa-apa” yang sering kali digunakan sebagai bentuk penyangkalan atas perasaan sebenarnya merupakan mekanisme koping yang kurang sehat. Ketika seseorang menolak atau mengabaikan emosinya, perasaan tersebut tidak benar-benar hilang, melainkan tertahan dan menumpuk dalam pikiran.
Psikolog klinis, Dr. Rina Hartati, menjelaskan, “Ketika seseorang terus menerus bilang ‘nggak apa-apa’ padahal sebenarnya sedang mengalami tekanan emosional, itu berarti mereka menekan perasaan tersebut. Lama-kelamaan, penekanan ini bisa menyebabkan gangguan psikologis karena tidak ada ruang bagi mereka untuk mengekspresikan atau memproses emosinya secara sehat.”
Risiko Gangguan Kesehatan Mental
Stres yang tidak tersalurkan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan kelelahan emosional. Dr. Rina menambahkan, “Seseorang yang terus memendam perasaan cenderung mengalami isolasi sosial, merasa sendiri, dan kesulitan untuk meminta bantuan. Hal ini memperburuk kondisi mentalnya dan bahkan bisa memicu pikiran-pikiran negatif yang berbahaya.”
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan merupakan salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. Sayangnya, stigma terkait kesehatan mental masih menjadi penghalang bagi banyak orang untuk mengungkapkan perasaan dan mencari bantuan.
Dampak Fisik yang Mengintai
Tidak hanya mental, kesehatan fisik juga dapat terganggu akibat kebiasaan menyembunyikan perasaan. Ketika stres dan tekanan emosional berkepanjangan, tubuh akan mengalami peningkatan kadar hormon kortisol yang dapat menurunkan sistem imun dan menyebabkan gangguan metabolisme.
dr. Andi Prasetyo, dokter spesialis penyakit dalam, menjelaskan, “Stres kronis dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem tubuh, seperti gangguan pencernaan, hipertensi, gangguan tidur, bahkan meningkatkan risiko penyakit jantung. Jadi, menekan emosi secara terus-menerus bukan hanya berdampak pada psikologis, tapi juga kesehatan fisik secara keseluruhan.”
Pentingnya Komunikasi Terbuka
Kunci utama untuk menghindari dampak buruk kebiasaan bilang “nggak apa-apa” adalah dengan membiasakan diri untuk terbuka dan jujur mengenai perasaan. Baik itu kepada keluarga, teman dekat, maupun tenaga profesional seperti psikolog atau konselor.
Dr. Rina menekankan, “Mengungkapkan perasaan bukan berarti menunjukkan kelemahan. Justru, itu merupakan tanda kekuatan dan keberanian. Dengan berbagi, seseorang bisa mendapatkan dukungan yang sangat dibutuhkan dan menemukan solusi atas masalahnya.”
Peran Keluarga dan Lingkungan Sosial
Selain individu, keluarga dan lingkungan sosial memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang aman untuk berbicara terbuka. Seringkali, orang yang merasa takut atau malu mengungkapkan masalahnya karena khawatir akan dihakimi atau dianggap lemah.
Menurut psikolog keluarga, Sari Dewi, “Masyarakat harus belajar mendengarkan tanpa menghakimi. Memberi ruang bagi orang lain untuk bercerita dan menunjukkan empati adalah langkah awal untuk membantu mereka keluar dari tekanan mental.”
Tips Mengelola Emosi dengan Sehat
Para ahli merekomendasikan beberapa cara untuk mengelola emosi dengan lebih sehat, antara lain:
- Mengenali dan menerima perasaan sendiri tanpa menilai atau menekan
- Melakukan aktivitas fisik secara rutin untuk mengurangi stres
- Mencari waktu untuk beristirahat dan melakukan hobi yang menyenangkan
- Berlatih teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam
- Mencari bantuan profesional jika merasa kesulitan mengelola tekanan
Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan Kesehatan Mental
Penting bagi pemerintah, lembaga kesehatan, dan komunitas untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental. Kampanye anti-stigma dan penyuluhan tentang cara mengelola stres dapat membantu mengurangi kebiasaan menyembunyikan masalah di balik ucapan “nggak apa-apa”.
Program-program seperti layanan konseling gratis di sekolah, kampus, dan tempat kerja kini mulai banyak tersedia, sebagai bentuk dukungan agar masyarakat lebih mudah mengakses bantuan psikologis.
Kesimpulan
Ungkapan “nggak apa-apa” yang kerap digunakan sebagai respons otomatis dalam berbagai situasi ternyata bisa menjadi alarm bahaya jika menjadi kebiasaan menutup perasaan. Dampak negatifnya tidak hanya terbatas pada kesehatan mental, tetapi juga menyasar fisik, yang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.
Masyarakat didorong untuk lebih terbuka dalam berkomunikasi, mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya, dan mencari bantuan ketika menghadapi tekanan hidup. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental harus terus ditingkatkan agar setiap individu bisa menjalani hidup yang lebih sehat dan bermakna.
