
Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, 25 Juli 2025 — Viral di media sosial video seorang siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) yang dikabarkan berhenti sekolah lantaran tidak mampu membayar biaya rekreasi sekolah. Berita tersebut memicu keprihatinan luas dari masyarakat dan perhatian berbagai kalangan, termasuk aktivis pendidikan dan pemerintah daerah.
Namun, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Labusel segera memberikan klarifikasi resmi untuk meluruskan informasi yang beredar agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan keresahan di tengah masyarakat.
Penelusuran Fakta oleh Kemenag Labusel
Menurut Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Labusel, H. Ahmad Nasution, pihaknya langsung turun ke lapangan untuk melakukan investigasi menyeluruh. Tim Kemenag berkoordinasi dengan pihak sekolah, guru, dan orang tua siswi yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai situasi sebenarnya.
“Dari hasil klarifikasi, kami mendapatkan informasi bahwa alasan siswi tersebut berhenti sekolah bukanlah karena tidak mampu membayar biaya rekreasi, seperti yang viral di media sosial. Melainkan lebih pada faktor internal keluarga dan alasan pribadi yang cukup kompleks,” jelas Ahmad Nasution dalam konferensi pers, Kamis (24/7).
Ahmad menambahkan, kegiatan rekreasi sekolah yang dimaksud sebenarnya merupakan kegiatan opsional dan tidak menjadi syarat wajib bagi kelulusan atau penilaian akademik. Biaya yang dikenakan pun telah disosialisasikan kepada orang tua murid secara transparan jauh sebelum kegiatan dilaksanakan.
Kegiatan Rekreasi: Pilihan dan Dukungan Sekolah
Kepala madrasah tempat siswi belajar juga mengonfirmasi bahwa kegiatan rekreasi yang menjadi sorotan tersebut tidak pernah dipaksa atau diwajibkan bagi semua siswa. Pihak sekolah bahkan membuka mekanisme subsidi silang bagi siswa yang tidak mampu secara ekonomi agar tetap dapat mengikuti kegiatan dengan biaya ringan atau gratis.
“Kami menempatkan kegiatan rekreasi sebagai bagian dari pengayaan pendidikan dan hiburan untuk siswa. Tidak ada tekanan atau paksaan kepada siswa yang tidak mampu. Bahkan kami melakukan pendataan kebutuhan agar tidak ada siswa yang merasa terbebani,” terang kepala madrasah tersebut.
Lebih jauh, sekolah menyebut bahwa siswi yang bersangkutan telah menunjukkan tanda-tanda ketidaksesuaian dengan lingkungan sekolah beberapa waktu terakhir dan sempat menyampaikan keinginannya untuk berhenti sekolah atas alasan keluarga.
Faktor Keluarga dan Dukungan Emosional
Pihak keluarga siswi juga memberikan klarifikasi bahwa keputusan untuk berhenti sekolah lebih didasari oleh situasi keluarga yang sedang menghadapi sejumlah tantangan pribadi, bukan karena faktor biaya rekreasi.
“Keluarga kami sedang menghadapi kondisi yang sulit, dan anak kami memang membutuhkan waktu untuk fokus pada hal-hal lain. Kami berharap masyarakat memahami bahwa ini bukan masalah biaya sekolah, tapi masalah internal keluarga yang harus kami prioritaskan,” ungkap orang tua siswi dalam pertemuan dengan Kemenag.
Kemenag Labusel bersama pihak sekolah juga berkomitmen memberikan pendampingan psikososial agar siswi tersebut bisa mendapatkan bimbingan yang diperlukan, baik dari segi pendidikan maupun kesejahteraan mental.
Imbauan Kemenag untuk Bijak Bermedia Sosial
Kemenag Labusel mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi, khususnya di media sosial. Berita yang belum jelas kebenarannya dapat menimbulkan keresahan yang tidak perlu dan merugikan berbagai pihak.
“Kami mengimbau semua pihak untuk memverifikasi berita sebelum membagikan, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Jangan sampai informasi yang tidak lengkap atau keliru malah memperkeruh situasi dan merugikan siswa, sekolah, maupun keluarga,” kata Ahmad Nasution.
Pihak Kemenag juga berjanji akan terus meningkatkan komunikasi dan transparansi terkait segala kegiatan di madrasah sehingga tidak ada ruang bagi misinformasi yang bisa memicu kesalahpahaman.
Komitmen Kemenag Labusel dalam Mendukung Pendidikan
Sebagai lembaga yang membawahi pendidikan agama dan madrasah di daerah, Kemenag Labusel menegaskan komitmennya untuk mendukung semua siswa agar mendapatkan pendidikan yang layak tanpa diskriminasi atau hambatan ekonomi.
Program beasiswa, bantuan pendidikan, dan kerja sama dengan berbagai pihak terus dikembangkan untuk menjamin semua anak dapat mengakses pendidikan dengan nyaman dan berkelanjutan.
“Kami tidak ingin ada siswa yang putus sekolah karena persoalan ekonomi. Bila ada kendala, kami siap membantu mencari solusi agar pendidikan tetap berlanjut. Ini bagian dari tanggung jawab kami dalam mencerdaskan generasi bangsa,” tegas Ahmad.
Harapan untuk Masa Depan Pendidikan di Labusel
Kejadian viral ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, baik sekolah, orang tua, maupun pemerintah daerah. Dibutuhkan sinergi dan komunikasi yang lebih baik agar potensi salah paham tidak terjadi dan fokus dapat tetap pada peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa.
Kemenag Labusel berharap agar dukungan terhadap dunia pendidikan semakin kuat dan masyarakat dapat bersama-sama menjaga iklim positif dalam dunia pendidikan demi masa depan anak-anak bangsa yang lebih cerah.