
Malang, Mata4.com — Siapa sangka, dari kamar kecil di sudut rumah orang tua, seorang remaja SMA bisa membangun brand tas lokal yang kini mendulang omzet hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya. Inilah kisah inspiratif Fadli Ramadhan (21), mahasiswa manajemen yang membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk membangun bisnis besar.
Semua berawal dari keresahan sederhana: tas sekolah yang cepat rusak.
“Teman-teman saya banyak yang pakai tas murah, tapi gampang sobek, talinya copot, dan cepat pudar. Saya mikir, ‘Kenapa nggak bikin tas sendiri, yang bagus tapi tetap terjangkau buat pelajar?’” kenang Fadli.
Dengan modal hanya Rp1 juta hasil tabungan dan menjual barang bekasnya, ia mulai merancang desain tas pertamanya. Ia menggambar sendiri sketsanya, mencari konveksi lewat media sosial, dan memesan 10 tas awal dari pengrajin rumahan di Bandung. Saat itu, Fadli masih duduk di kelas XI SMA dan belum punya pengalaman bisnis sama sekali.
Yang ia punya hanyalah tekad dan ide yang kuat.
Dari Kamar Belajar Jadi Gudang Produksi
Tas-tas pertama itu dijual lewat Instagram dan WhatsApp teman-teman sekolah. Tak butuh waktu lama, 10 tas ludes. Lalu bertambah jadi 20. Lalu 50. Rumahnya yang semula hanya tempat belajar berubah jadi gudang penyimpanan dan pusat pengepakan.
“Kadang saya nge-pack sambil belajar buat ulangan. Pernah juga paket numpuk di ruang tamu karena belum sempat dikirim,” Fadli tertawa mengenang masa itu.
Brand yang ia ciptakan, Torcha Bag, adalah singkatan dari “Tough Character”. Filosofinya sederhana: tas ini bukan cuma wadah barang, tapi juga simbol anak muda yang tangguh, kreatif, dan mandiri.
Masuk kuliah, bisnisnya tidak berhenti. Justru semakin berkembang. Fadli mulai belajar digital marketing, optimasi marketplace, hingga membuat kampanye branding sendiri. Ia merekrut beberapa teman kampus untuk membantu operasional dan customer service.
Kini, dalam sebulan, Torcha Bag bisa menjual lebih dari 1.500 tas ke seluruh Indonesia, bahkan mulai dilirik pembeli dari luar negeri.

www.service-ac.id
Dari Ragu Jadi Restu: Perjalanan Mendapatkan Kepercayaan Orang Tua
Perjalanan ini tidak selalu mulus. Di awal, orang tua Fadli sempat khawatir. Mereka takut bisnis justru mengganggu kuliahnya. Namun Fadli membuktikan bahwa keduanya bisa jalan beriringan.
“Saya buktikan nilai kuliah tetap bagus, bisnis juga jalan. Baru deh mereka percaya dan akhirnya dukung penuh. Sekarang ayah saya malah bantu urus logistik,” ujar Fadli bangga.
Kini, omzet bulanan Torcha Bag telah menembus angka Rp250–300 juta. Fadli mempekerjakan lima orang karyawan tetap, memberdayakan konveksi lokal, dan tengah mempersiapkan sistem reseller untuk memperluas jaringan distribusi ke seluruh Indonesia.
Bukan Sekadar Tas
Torcha Bag bukan cuma soal bisnis bagi Fadli. Ia menyebutnya sebagai “gerakan anak muda”. Di balik setiap desainnya, tersimpan pesan-pesan motivasi. Bahkan di salah satu lini produk, ia menyelipkan kutipan inspiratif pada label dalam tas, seperti “Great journeys begin with small steps.”
Ia juga sering diundang sebagai pembicara di seminar kewirausahaan kampus dan komunitas UMKM muda. Bagi Fadli, berbagi ilmu sama pentingnya dengan menjual produk.
“Kalau saya bisa mulai dari nol, siapapun bisa. Nggak harus nunggu kaya, nunggu lulus, atau nunggu modal besar. Cukup mulai aja dulu, dari yang kecil,” tegasnya.
Mimpi yang Lebih Besar: Menembus Pasar Global
Langkah Fadli belum berhenti di sini. Ia tengah menyiapkan ekspansi ke pasar luar negeri. Singapura dan Malaysia jadi target terdekat. Ia juga sedang menjalin kerja sama dengan komunitas pegiat lingkungan untuk menciptakan lini tas ramah lingkungan dari bahan daur ulang.
Ke depan, Fadli ingin menjadikan Torcha Bag sebagai simbol produk lokal yang bisa bersaing secara global — bukan hanya karena kualitasnya, tapi juga karena ceritanya.
“Setiap anak muda punya potensi. Kadang yang dibutuhkan cuma keberanian untuk mulai,” tutupnya.
Dari sebuah tas, tumbuh semangat. Dari tekad seorang remaja, lahir sebuah brand. Dan dari ruang kecil di rumah, lahirlah mimpi besar yang kini menginspirasi ribuan orang.