Jakarta Pusat,, Mata4.com – Kejadian tragis yang menimpa seorang pengemudi ojek online (ojol) saat mengikuti aksi unjuk rasa di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menyisakan duka mendalam dan kegelisahan yang luar biasa di kalangan masyarakat sipil. Andri Saputra (29), pengemudi ojol asal Bekasi, meninggal dunia setelah terlindas oleh mobil dinas kepolisian pada Rabu (28/8) sore. Insiden ini mengundang sorotan tajam dari berbagai elemen masyarakat, khususnya koalisi sipil yang selama ini aktif memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.
Kronologi Kejadian: Dari Aksi Damai Hingga Tragedi
Pada hari Rabu pagi, ribuan pengemudi ojek online dari wilayah Jabodetabek berkumpul di kawasan Cempaka Putih untuk menyampaikan tuntutan terkait tarif dasar, insentif, serta perlindungan hukum bagi para mitra ojol. Aksi yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB itu berjalan tertib dan damai dengan pengamanan dari aparat kepolisian dan TNI.
Namun, sekitar pukul 15.30 WIB, ketika massa mulai membesar, situasi menjadi sedikit tegang. Menurut keterangan saksi mata, sebuah mobil dinas polisi yang tengah berpatroli melaju dengan kecepatan tinggi mencoba menerobos kerumunan untuk membubarkan massa. Andri yang berada di dekat garis depan gagal menghindar dan terlindas kendaraan tersebut.
“Mobil itu datang begitu cepat. Andri terjatuh dan langsung terlindas. Kami semua syok dan berusaha menolong, tapi nyawanya sudah tidak tertolong,” ujar Aldi, salah satu rekan korban yang ikut dalam aksi.
Reaksi Koalisi Sipil dan Masyarakat
Kabar meninggalnya Andri segera menyebar dan memicu gelombang duka serta kemarahan dari berbagai lapisan masyarakat. Koalisi Sipil untuk Keadilan Rakyat sebagai salah satu organisasi yang aktif mengawal hak-hak masyarakat kecil langsung mengeluarkan pernyataan resmi.
Dalam konferensi pers yang digelar Kamis pagi (29/8), juru bicara koalisi, Ratna Dewi, mengutuk keras insiden tersebut. Menurutnya, kasus ini merupakan gambaran nyata buruknya tata kelola pengamanan aksi massa di Indonesia.
“Ini bukan sekadar kecelakaan lalu lintas biasa. Kami melihat ada indikasi kelalaian serius yang harus diusut tuntas. Andri adalah korban ketidakadilan yang selama ini kami perjuangkan,” ujarnya.
Koalisi menuntut agar Kapolri dan Komnas HAM segera membentuk tim investigasi independen dan transparan. Selain itu, mereka juga mendesak agar seluruh aparat yang terlibat diperiksa dan diberi sanksi tegas bila terbukti melakukan pelanggaran.
Respons Resmi Kepolisian
Menanggapi hal tersebut, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wahyu Santoso, menyatakan belasungkawa atas meninggalnya korban dan memastikan proses hukum akan berjalan dengan adil dan transparan.
“Kami menyesalkan insiden ini dan berduka cita kepada keluarga korban. Saat ini proses pemeriksaan internal sudah berjalan dan kami akan terus mengawal kasus ini hingga terang benderang,” katanya.
Namun, Wahyu juga meminta masyarakat bersabar dan menunggu hasil investigasi resmi untuk menghindari asumsi dan spekulasi yang dapat memperkeruh suasana.
Keluarga Korban: Harapan Akan Keadilan
Di rumah duka di Bekasi Timur, suasana haru tak terelakkan. Siti Aminah, ibu almarhum Andri, tampak terpukul atas kehilangan putra tunggalnya yang dikenal sebagai sosok pekerja keras dan penuh tanggung jawab.
“Andri hanya ingin memperjuangkan haknya. Dia tidak pernah menyangka akan meninggal seperti ini saat berdemo. Kami hanya ingin keadilan,” ujarnya sambil terisak.
Keluarga sudah menghubungi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta untuk mendapatkan pendampingan hukum agar kasus ini tidak berhenti begitu saja dan pelaku dapat diproses secara hukum.

www.service-ac.id
Dukungan dan Solidaritas dari Komunitas Ojol
Komunitas ojol dari berbagai daerah menyatakan kesedihan mendalam sekaligus berjanji akan menggelar aksi solidaritas sebagai bentuk penghormatan kepada Andri dan sebagai tuntutan keadilan. Aksi ini direncanakan berlangsung di titik kejadian serta di beberapa wilayah lain secara serentak.
“Ini adalah panggilan bagi kami semua untuk bersatu, menuntut agar tidak ada lagi pengemudi ojol yang menjadi korban dalam perjuangan mereka,” kata salah satu koordinator aksi, Dewi Anggraini.
Pengamat: Kebutuhan Reformasi Sistem Pengamanan Massa
Pengamat keamanan dari LIPI, Dr. Indra Fajar, menilai kejadian ini merupakan cerminan dari masih lemahnya protokol pengamanan massa yang humanis dan berorientasi pada perlindungan hak asasi manusia.
“Sudah saatnya aparat keamanan mendapat pelatihan lebih intensif mengenai pengelolaan aksi massa yang mengedepankan pendekatan non-kekerasan. Tragedi ini adalah peringatan bagi institusi kepolisian dan TNI untuk berbenah,” ujarnya.
Dr. Indra juga menyarankan agar pemerintah segera merevisi kebijakan pengamanan demonstrasi agar lebih manusiawi dan tidak lagi menimbulkan korban jiwa di pihak masyarakat sipil.
Kondisi Lapangan dan Implikasi Sosial
Pasca insiden, suasana di lokasi aksi berubah menjadi penuh keprihatinan. Masyarakat sekitar dan para pengemudi ojol tampak berkumpul untuk mengheningkan cipta serta memberikan penghormatan terakhir. Polisi dan TNI yang bertugas pun terlihat lebih berhati-hati dan memperketat pengendalian massa.
Selain dampak emosional, insiden ini berpotensi menimbulkan ketegangan sosial yang lebih luas. Banyak pihak mengingatkan agar aparat dan masyarakat sama-sama menjaga kondusifitas dan mengedepankan dialog demi mencegah konflik berkepanjangan.
Penutup
Kematian Andri Saputra merupakan tragedi yang sangat memilukan dan menjadi cermin bahwa penegakan hukum dan pengamanan massa di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan serius. Kejadian ini mendesak semua pihak untuk merefleksikan kembali sistem yang ada, agar tidak ada lagi nyawa melayang dalam perjuangan menyuarakan hak dan keadilan.
Di tengah duka dan kemarahan, harapan bersama tertuju pada keadilan yang transparan dan proses hukum yang adil sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi korban dan perlindungan hak-hak warga negara.
