Jakarta, Mata4.com – Salah satu korban ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara berinisial LH harus dipindahkan dari Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Kamis (13/11/2025).
Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih, dr. Jack Pradono Handojo, membenarkan pemindahan tersebut dilakukan sekitar pukul 09.30 WIB pagi. Langkah ini diambil karena pasien membutuhkan perawatan yang lebih komprehensif terkait luka bakar yang dialaminya.
“Dirujuk ke rumah sakit tipe A RSCM karena membutuhkan penanganan lebih lanjut,” ujar dr. Jack kepada wartawan, Kamis (13/11/2025).
Kondisi Korban Mulai Responsif
Sebelum dipindahkan, korban dirawat secara intensif di ruang ICU RSIJ Cempaka Putih selama beberapa hari. Kondisinya kini mulai membaik dan sudah menunjukkan respons positif saat diajak berkomunikasi.
“Pasien sudah bisa responsif untuk komunikasi. Kalau diajak bicara sudah nyambung, bisa menggerakkan tangan dan kaki, bahkan tulisan tangannya juga semakin bagus dan jelas,” ujar dr. Jack.
Meski demikian, LH tetap membutuhkan tindakan lanjutan berupa skin grafting atau cangkok kulit, prosedur medis yang dilakukan untuk memulihkan jaringan kulit yang rusak akibat luka bakar. Karena itu, RSCM dipilih sebagai rujukan utama mengingat rumah sakit tersebut merupakan pusat layanan kesehatan tipe A nasional yang memiliki fasilitas lengkap dan tim dokter spesialis luka bakar berpengalaman.
“Kami berdoa bersama agar proses pemulihan pasien berjalan lancar dan hasilnya semakin baik,” tambahnya.
RSCM Jadi Rujukan Utama Kasus Luka Bakar Nasional
RSCM dikenal sebagai rumah sakit rujukan nasional yang kerap menangani kasus-kasus bencana dan luka bakar berat. Selain memiliki fasilitas ruang isolasi luka bakar, rumah sakit ini juga dilengkapi tim multidisiplin dari berbagai bidang kedokteran, termasuk bedah plastik dan rekonstruksi.
Menurut data Kementerian Kesehatan, RSCM telah menangani puluhan kasus luka bakar besar akibat ledakan maupun kebakaran dalam beberapa tahun terakhir, termasuk peristiwa-peristiwa besar di wilayah Jabodetabek.

Kronologi Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Peristiwa ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, terjadi pada Jumat (7/11/2025) dan menimbulkan kepanikan di lingkungan sekolah. Ledakan tersebut diduga berasal dari bom rakitan yang dibawa oleh seorang siswa yang juga menjadi korban.
Polisi menyebut total terdapat 96 korban dalam kejadian tersebut. Rinciannya, 67 orang mengalami luka ringan, 26 luka sedang, dan tiga orang luka berat — salah satunya LH.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), tim Gegana Polri menemukan tujuh bom rakitan, empat di antaranya meledak di area masjid sekolah dan taman baca, yang berlokasi tidak jauh dari bank sampah sekolah.
Korban luka-luka dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Jakarta, di antaranya RSIJ Cempaka Putih, RS Polri Kramat Jati, RS Yarsi, dan RS Pertamina Jaya.
Polisi Dalami Motif dan Kondisi Pelaku
Pihak kepolisian masih terus mendalami kasus ini, termasuk motif pelaku yang diketahui masih berstatus anak berhadapan dengan hukum (ABH). Polisi juga menelusuri adanya dugaan bahwa pelaku sempat mengalami tekanan psikologis akibat kehilangan sosok ibu dan pernah menjadi korban perundungan (bullying) di lingkungan sekolah.
“Kami terus mengumpulkan bukti dan keterangan saksi. Fokus utama saat ini adalah pemulihan korban serta memastikan tidak ada lagi bahan berbahaya yang tersisa di area sekolah,” ujar salah satu pejabat Polda Metro Jaya.
Harapan untuk Pemulihan dan Evaluasi Keamanan Sekolah
Tragedi ledakan di SMAN 72 ini menjadi peringatan penting tentang keamanan dan deteksi dini di lingkungan sekolah. Pemerintah daerah bersama Dinas Pendidikan DKI Jakarta kini tengah melakukan evaluasi terhadap prosedur keamanan sekolah dan pemeriksaan barang bawaan siswa.
Selain itu, sejumlah lembaga sosial juga mulai menawarkan bantuan psikologis bagi para korban dan saksi di sekolah tersebut, termasuk layanan konseling trauma untuk siswa dan guru.
“Prioritas kami sekarang adalah keselamatan dan pemulihan semua korban. Kami ingin memastikan kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” tegas salah satu pejabat Dinas Pendidikan Jakarta Utara.
