Sukabumi, Mata4.com — Upaya mengurangi ketergantungan pada batu bara kini mulai diterapkan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Pemerintah daerah bersama sejumlah pihak terkait meluncurkan program inovatif dengan menanam sorgum di lahan-lahan tandus, sebagai bagian dari strategi transisi energi dan rehabilitasi lahan kritis.
Program ini bertujuan memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak produktif agar dapat mendukung sektor pertanian sekaligus menjadi alternatif energi. Sorgum dipilih karena tahan terhadap kondisi tanah kering, minim air, dan relatif mudah dibudidayakan, sehingga cocok ditanam di wilayah yang sulit diolah untuk komoditas lain.
Luas Lahan dan Target Program
Berdasarkan data pemerintah daerah, program ini menargetkan penanaman sorgum di puluhan hektare lahan tandus yang tersebar di beberapa desa di Palabuhanratu. Selain meningkatkan produktivitas lahan, program ini juga menjadi upaya pengurangan emisi karbon dengan memanfaatkan sorgum sebagai bahan bioenergi pengganti batu bara.
Tim penyuluh pertanian lokal menyatakan bahwa penanaman sorgum dapat dilakukan secara berkelanjutan. Teknik pertanian yang diterapkan meminimalkan penggunaan air dan pupuk kimia, sehingga lebih ramah lingkungan.
Keunggulan Tanaman Sorgum
Ahli pertanian menekankan beberapa keunggulan sorgum yang mendukung program ini:
- Tahan Kekeringan: Sorgum mampu tumbuh di lahan tandus dengan kelembapan rendah, sehingga tidak tergantung pada musim hujan.
- Cepat Panen: Masa panen yang relatif singkat, antara 3–4 bulan, memungkinkan hasil dapat dimanfaatkan segera untuk pangan, pakan ternak, maupun bioenergi.
- Multifungsi: Selain sebagai bahan pangan, sorgum dapat digunakan untuk pakan ternak dan menjadi bahan baku energi terbarukan, mendukung strategi transisi energi.
- Mengurangi Erosi Tanah: Akar tanaman sorgum membantu menahan tanah, sehingga lahan tandus menjadi lebih stabil dan subur.
Dampak Positif Program
Program ini diharapkan memberikan berbagai manfaat, antara lain:
- Rehabilitasi Lahan: Mengubah lahan kritis menjadi produktif, mengurangi kerusakan tanah dan meningkatkan kesuburan.
- Pengurangan Emisi Karbon: Sorgum sebagai bahan bioenergi bisa menjadi alternatif pengganti batu bara, membantu menurunkan emisi CO₂.
- Peningkatan Ekonomi Lokal: Petani lokal memperoleh sumber pendapatan baru dari hasil panen sorgum, sekaligus membuka peluang usaha tambahan.
- Ketahanan Pangan: Sorgum sebagai pangan alternatif dapat mendukung diversifikasi pangan di daerah rawan kekeringan.
Respons Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah daerah menyambut baik inisiatif ini sebagai bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan. Petani lokal dilibatkan langsung dalam program, mendapatkan pelatihan tentang teknik bercocok tanam sorgum yang sesuai dengan kondisi lahan kering.
Seorang petani di Palabuhanratu mengatakan, “Awalnya kami ragu menanam di tanah tandus, tapi sorgum ternyata tumbuh baik. Program ini memberi peluang ekonomi baru sekaligus membantu lingkungan.”
Sementara itu, pengamat lingkungan menilai langkah ini sebagai contoh nyata sinergi antara pertanian, energi terbarukan, dan rehabilitasi lahan. Mereka menekankan pentingnya monitoring dan evaluasi untuk memastikan program berjalan efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan.
Kesimpulan
Penanaman sorgum di lahan tandus Palabuhanratu menjadi langkah konkret untuk mendukung transisi energi dari batu bara ke energi terbarukan. Program ini tidak hanya membantu rehabilitasi lahan kritis, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat lokal.
Langkah ini menunjukkan bahwa inovasi pertanian dapat selaras dengan strategi lingkungan, energi bersih, dan pembangunan berkelanjutan, menjadikan Palabuhanratu sebagai contoh wilayah yang mengoptimalkan lahan marginal untuk manfaat ekonomi dan ekologis.

