
Jakarta, Mata4.com – Aksi demonstrasi besar-besaran yang digelar di kompleks Gedung DPR/MPR RI hari ini berubah menjadi ajang bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Ribuan pengunjuk rasa yang tergabung dalam berbagai elemen masyarakat, mahasiswa, buruh, dan aktivis sipil sempat mengepung Gedung DPR dari berbagai sisi. Namun aksi mereka tak berlangsung damai sepenuhnya.
Ketegangan memuncak sekitar pukul 14.00 WIB ketika massa mulai memaksa mendekat ke pagar utama Gedung DPR. Aparat kepolisian dan TNI yang sudah bersiaga sejak pagi menanggapi dengan barikade ketat dan peringatan keras. Beberapa kali massa mencoba menerobos barikade, yang akhirnya berujung pada tindakan pembubaran paksa.
Bentrok Terjadi di Depan Gedung DPR
Bentrokan pecah di depan pintu utama Gedung DPR. Massa yang sebagian besar mengenakan atribut merah putih dan membawa spanduk bertuliskan “Bubarkan DPR!”, “Rakyat Muak!” serta “Suara Kami Tak Didengar”, mulai melakukan aksi bakar ban dan lempar benda keras ke arah petugas.
Aparat merespons dengan tembakan gas air mata dan semprotan water cannon ke arah massa. Situasi semakin kacau ketika arus kendaraan lumpuh di sekitar kawasan Slipi dan Gatot Subroto, menyebabkan kemacetan parah.
“Awalnya damai, kami hanya ingin menyampaikan aspirasi. Tapi aparat langsung represif, dorong-dorongan, lalu gas air mata dilempar,” ujar Rizal, salah satu mahasiswa dari Yogyakarta yang ikut aksi.
Beberapa demonstran dilaporkan mengalami sesak napas akibat gas air mata. Tim medis lapangan dikerahkan untuk membantu korban yang terdampak. Sejumlah peserta aksi terlihat mencuci wajah dengan air mineral dan mengoleskan pasta gigi untuk meredakan perih di mata.
Massa Berpindah ke Gerbang Pancasila
Setelah dipukul mundur dari depan Gedung DPR, sebagian massa tak membubarkan diri. Mereka justru mengalihkan konsentrasi ke pintu belakang kompleks DPR, yang dikenal dengan nama Gerbang Pancasila.
Di titik ini, massa kembali melanjutkan orasi dengan semangat yang tak surut. Mereka memaksa masuk dengan membobol pagar besi kecil untuk kendaraan roda dua, dan bahkan membakar sebuah sepeda motor yang terparkir. Aksi mereka juga merusak fasilitas informasi yang ada di sekitar lokasi.
Di tengah panasnya suasana, suara orator terus berkumandang melalui pengeras suara dari atas mobil komando. “Kami sudah muak dengan janji-janji kosong DPR. Rakyat tidak lagi percaya! Ini bukan sekadar protes, ini bentuk perlawanan!” teriak seorang orator.
Simbol Perlawanan di Gerbang Pancasila
Gerbang Pancasila kini berubah menjadi simbol perlawanan. Massa melakukan aksi visual dengan mencoret-coret pagar dan tembok menggunakan cat semprot bertuliskan: “Hancurkan Oligarki”, “DPR Boneka Penguasa”, dan “Rakyat Berdaulat!”. Sebagian bahkan membakar spanduk bertuliskan nama fraksi-fraksi partai politik.
Di tengah kekacauan, masih tampak upaya sebagian massa untuk tetap menjaga narasi damai. Beberapa dari mereka terlihat membagikan air minum, masker, dan bantuan medis sederhana kepada sesama demonstran.
Namun, tak sedikit pula yang bersikap destruktif. Lemparan batu ke arah petugas sempat terjadi, memicu gelombang balasan dari aparat yang kembali menembakkan gas air mata ke kerumunan. Situasi di titik ini terus memanas hingga menjelang sore hari.

www.service-ac.id
Tuntutan dan Latar Belakang Aksi
Aksi ini merupakan puncak dari gelombang unjuk rasa yang sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir. Tuntutan utama massa adalah menolak sejumlah kebijakan kontroversial DPR, termasuk dugaan pembahasan RUU yang dianggap merugikan rakyat, praktik korupsi yang tak kunjung dibenahi, serta lemahnya fungsi pengawasan legislatif terhadap pemerintah.
Selain itu, isu lingkungan, agraria, serta ketidakadilan hukum juga menjadi bagian dari alasan di balik kemarahan publik. Banyak pengunjuk rasa menilai DPR saat ini telah kehilangan legitimasi dan lebih berpihak pada elite kekuasaan daripada rakyat.
“Kami tidak lagi percaya DPR mewakili suara kami. Mereka duduk di sana bukan untuk rakyat, tapi untuk kepentingan politik dan bisnis,” ujar Tania, seorang aktivis perempuan dari Bandung.
Pengamanan Ketat dan Langkah Aparat
Aparat keamanan dikerahkan dalam jumlah besar, dengan peralatan lengkap. Beberapa kendaraan taktis, mobil barakuda, water cannon, dan pasukan anti huru-hara disiagakan di berbagai titik masuk ke DPR.
Pihak kepolisian menyatakan bahwa langkah pengamanan dilakukan untuk mencegah kerusuhan yang lebih luas dan menjaga fasilitas negara dari kerusakan. Kapolda Metro Jaya menyebut aksi tetap akan ditoleransi selama berlangsung damai.
“Kami mendukung hak menyampaikan pendapat, tapi kami akan tegas jika ada tindakan anarkis dan merusak,” tegasnya.
Respons Publik dan Media Sosial
Di media sosial, tagar menjadi trending topic nasional. Video bentrokan, pembakaran motor, dan orasi di Gerbang Pancasila viral di berbagai platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Banyak warganet yang menyatakan simpati kepada para demonstran, namun ada juga yang mengecam aksi anarkis dan perusakan fasilitas publik.
Kesimpulan
Aksi demo di Gedung DPR hari ini menunjukkan bahwa ketegangan antara rakyat dan wakilnya di parlemen telah mencapai titik kritis. Terbelahnya massa antara yang dipukul mundur dan yang tetap bertahan di Gerbang Pancasila adalah simbol jelas bahwa suara publik tak bisa terus dibungkam. Gerbang Pancasila kini bukan sekadar pintu belakang DPR, melainkan titik sejarah baru di mana rakyat menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga legislatif tertinggi di negeri ini.