Jakarta, Mata4.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai kritik tajam setelah kasus keracunan siswa terus berulang di berbagai daerah. Kali ini, sorotan datang dari Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) yang menegaskan sekolah bukanlah tempat uji coba makanan murah meriah.
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri, menilai program MBG justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan guru dan siswa.
“Anak-anak pergi ke sekolah untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka, bukan untuk duduk dan menyambut MBG dengan was-was. Begitu pun para guru, mencicipi MBG bukan tugas mereka. Di tengah ancaman keracunan, mencicipi bisa membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja guru,” ujar Iman dalam pernyataan yang diunggah melalui akun media sosial resminya, Senin (29/9).
Iman merujuk pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menjamin perlindungan profesi guru, termasuk hak atas keselamatan kerja.
Kasus Keracunan Terus Berulang
Sejak MBG resmi berjalan pada Februari 2025, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat lebih dari 5.900 kasus keracunan siswa akibat konsumsi makanan dari dapur program tersebut.

Hanya dalam tiga hari terakhir, seribu siswa di Jawa Barat dilaporkan jatuh sakit usai menyantap menu MBG.
Hasil temuan sementara menunjukkan 45 dapur MBG melanggar standar operasional prosedur (SOP). Dari jumlah itu, 40 dapur langsung ditutup tanpa batas waktu. Proses investigasi kini melibatkan tim independen, Polri, serta Badan Intelijen Negara (BIN).
Tegas Tutup Dapur Bermasalah
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menegaskan pihaknya tidak memberikan toleransi bagi pelanggar SOP, tanpa pandang bulu.
“Mau punya jenderal, mau siapa pun, kalau melanggar SOP akan saya tutup. Saya enggak peduli, ini nyangkut nyawa anak,” tegas Nanik.
Pernyataan ini menegaskan sikap keras pemerintah terhadap pihak-pihak yang lalai dalam pengelolaan dapur MBG.
DPR dan BGN Mengaku Khawatir
Seiring maraknya kasus, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan kekhawatirannya atas pelaksanaan program unggulan pemerintah tersebut. Beberapa anggota legislatif bahkan meminta evaluasi menyeluruh agar tujuan awal MBG tidak melenceng.
BGN sendiri mengakui bahwa pengawasan harus lebih ketat. Penerapan standar higienitas, pengelolaan logistik, dan pelatihan tenaga dapur dinilai krusial untuk mencegah kasus serupa terulang.
Harapan Perbaikan
Program MBG sejatinya digagas untuk meningkatkan kualitas gizi anak sekolah, terutama dari kalangan kurang mampu. Namun, berulangnya kasus keracunan membuat masyarakat mempertanyakan kesiapan sistem dan mekanisme kontrol di lapangan.
Pemerintah didesak melakukan perbaikan menyeluruh, bukan hanya menutup dapur bermasalah, tetapi juga memastikan setiap tahapan distribusi makanan sesuai standar keamanan pangan.
