Bekasi, Mata4.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini resmi menjadi salah satu prioritas utama pemerintahan Prabowo-Gibran, dengan misi ganda: meningkatkan gizi anak-anak sekolah sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat. Tak hanya berfokus pada distribusi makanan bergizi, MBG juga menyerap susu segar dari peternak lokal sebagai bagian penting dari rantai pasok gizi nasional.
Langkah ini menandai babak baru dalam kebijakan pangan dan kesehatan anak Indonesia, di mana gizi seimbang dan pemberdayaan ekonomi desa berjalan beriringan.
Susu: Pilar Utama Gizi Anak Sekolah
Tim Pakar Bidang Susu Badan Gizi Nasional (BGN) sekaligus Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu Fakultas Peternakan IPB, Prof. Epi Taufik, menegaskan bahwa kehadiran susu dalam paket MBG bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian dari strategi peningkatan gizi nasional berbasis ilmiah.
“Susu adalah sumber kalsium, protein, dan vitamin D yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan anak usia sekolah. Tapi di balik itu, program ini juga membuka peluang ekonomi besar bagi peternak rakyat karena menjadi off-taker utama bagi produksi susu segar dalam negeri (SSDN),” ujar Prof. Epi di Jakarta, Senin (13/10).
BGN telah menetapkan standar ketat untuk memastikan kualitas susu dalam program MBG. Setiap produk wajib mengandung minimal 20 persen susu segar, memiliki kandungan gizi utama (lemak, protein, karbohidrat/laktosa, dan mineral) setara susu segar, serta menyediakan kalsium minimal 15 persen dari nilai harian (DV).
Dengan spesifikasi ini, pemerintah tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan gizi anak, tetapi juga mendorong peningkatan kualitas dan volume produksi susu lokal.
Efek Domino: Gizi Naik, Ekonomi Bergerak
Dampak dari kebijakan MBG tak berhenti di ranah kesehatan anak. Menurut data BGN, program ini menciptakan efek domino ekonomi yang luas, mulai dari investasi di peternakan sapi perah, koperasi susu, industri pengolahan, hingga sektor logistik dan kemasan.
“Dari investasi di peternakan hingga industri pengemasan, seluruh rantai pasok susu nasional ikut bergerak. MBG bukan hanya tentang anak yang sehat, tapi juga tentang ekonomi rakyat yang hidup,” jelas Prof. Epi.
Ratusan koperasi susu di berbagai daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara, diproyeksikan menjadi tulang punggung pasokan susu segar nasional. Dengan penyerapan terjamin dari pemerintah, peternak kini memiliki kepastian pasar dan dapat meningkatkan skala produksi secara berkelanjutan.
Implementasi dari 8 Program Hasil Terbaik Cepat
Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menegaskan bahwa MBG merupakan bagian dari “8 Program Hasil Terbaik Cepat” pemerintahan Prabowo-Gibran, yang salah satunya adalah penyediaan makan bergizi dan susu gratis untuk anak sekolah dan pesantren.
“Lewat MBG, kita tidak hanya memenuhi janji kampanye untuk meningkatkan gizi anak bangsa, tapi juga menggerakkan ekonomi desa. Setiap gelas susu yang diminum anak-anak sekolah berarti ada peternak lokal yang tersenyum karena hasil susunya terserap,” ujar Hida.
Ia menambahkan, BGN berkomitmen menjalankan program ini dengan prinsip gizi seimbang, keterlibatan ekonomi lokal, dan transparansi distribusi. Setiap tahap penyaluran akan diawasi ketat melalui sistem pelaporan daring dan audit lapangan, guna memastikan manfaat program tepat sasaran.
“Program ini harus jadi contoh nyata bahwa kebijakan publik bisa sehat secara gizi dan berkeadilan secara ekonomi,” tegasnya.
Membangun Generasi Sehat dan Kemandirian Pangan
Pendekatan ganda MBG — meningkatkan gizi sekaligus memberdayakan ekonomi lokal — diyakini akan melahirkan dampak jangka panjang yang signifikan. Anak-anak akan tumbuh lebih sehat dan fokus belajar, sementara peternak rakyat memiliki pasar yang stabil dan berkelanjutan.
“Ketika anak-anak tumbuh dengan sehat dari gizi yang baik, dan peternak rakyat merasakan manfaat ekonomi, maka MBG menjadi model pembangunan gizi yang berkelanjutan,” tutup Hida.
Melalui kebijakan ini, pemerintah ingin memastikan tidak ada anak Indonesia yang belajar dalam keadaan lapar, serta tidak ada hasil produksi rakyat yang terbuang. MBG bukan hanya program makan siang — melainkan pondasi menuju Indonesia Emas 2045, di mana kemandirian pangan dan kesehatan generasi muda menjadi prioritas utama bangsa.
