London, 23 Juli 2025 — Dunia musik berduka atas berpulangnya sosok legendaris, Ozzy Osbourne. Penyanyi yang dijuluki “Pangeran Kegelapan” ini mengembuskan napas terakhirnya di usia 76 tahun, setelah menjalani perjuangan panjang melawan berbagai komplikasi kesehatan, termasuk penyakit Parkinson dan gangguan saraf yang selama beberapa tahun terakhir membatasi aktivitasnya.
Kepergian Ozzy meninggalkan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga dan kerabat, tetapi juga jutaan penggemar di seluruh dunia yang tumbuh besar bersama dentuman riff gitar dan suara seraknya yang khas. Dunia kehilangan salah satu ikon musik paling berpengaruh dalam sejarah rock dan heavy metal.
Dari Birmingham ke Panggung Dunia
John Michael “Ozzy” Osbourne lahir pada 3 Desember 1948 di kota industri Birmingham, Inggris. Tumbuh di lingkungan kelas pekerja, Ozzy muda sudah tertarik dengan musik sejak kecil. Tapi siapa yang menyangka bahwa pria yang sempat menjadi tukang daging dan dipenjara karena pencurian ini akan menjelma menjadi salah satu dewa rock terbesar dunia?
Segalanya berubah ketika ia membentuk Black Sabbath pada akhir 1960-an bersama Tony Iommi, Geezer Butler, dan Bill Ward. Lewat album debut self-titled Black Sabbath (1970), mereka menciptakan genre baru: heavy metal. Dengan tema-tema gelap, riff gitar berat, dan lirik yang menyentuh sisi kelam kehidupan, Black Sabbath menjadi pionir yang menginspirasi generasi musisi berikutnya.
Album seperti Paranoid, Master of Reality, dan Vol. 4 tak hanya sukses secara komersial, tapi juga menancapkan nama Ozzy dalam sejarah musik. Lagu-lagu seperti “Iron Man”, “Paranoid”, dan “War Pigs” menjadi anthem yang tak lekang oleh waktu.
Karier Solo yang Tak Kalah Ganas
Setelah didepak dari Black Sabbath pada tahun 1979 akibat gaya hidup destruktifnya, banyak yang mengira karier Ozzy akan tamat. Namun justru sebaliknya. Ia bangkit dengan membentuk band solo dan merilis album Blizzard of Ozz (1980), yang berisi lagu ikonik seperti “Crazy Train” dan “Mr. Crowley”. Album ini menjadi batu loncatan karier solo Ozzy dan membuktikan bahwa ia bukan hanya penyanyi band, tapi seorang legenda sejati.
Selama dekade 80-an hingga awal 2000-an, Ozzy merilis sederet album sukses, termasuk Diary of a Madman, No More Tears, dan Ozzmosis. Konsernya selalu dipenuhi ribuan penggemar dari berbagai generasi, membuktikan bahwa pesonanya melampaui waktu.
Simbol Eksentrisme dan Keberanian Melawan Arus
Di luar musik, Ozzy dikenal karena aksi panggung dan kehidupan pribadinya yang penuh kontroversi. Ia pernah menggigit kepala kelelawar hidup di atas panggung—aksi yang hingga kini menjadi legenda urban dalam dunia rock. Namun di balik semua itu, Ozzy juga menunjukkan sisi lain: humor, kejujuran, dan keberanian untuk mengakui kesalahan.
Ia juga membuka kehidupan pribadinya ke publik melalui reality show The Osbournes (2002–2005), yang menjadi pelopor reality show keluarga selebriti. Tayangan ini tidak hanya membuat Ozzy semakin dikenal oleh generasi baru, tetapi juga memperlihatkan sisi manusiawinya sebagai ayah, suami, dan individu yang berjuang melawan kecanduan.
Perjuangan Melawan Penyakit dan Penutupan Panggung
Dalam beberapa tahun terakhir, Ozzy harus menghadapi kenyataan pahit: tubuhnya tidak lagi sekuat semangatnya. Setelah jatuh dan menjalani operasi leher, ia didiagnosis mengidap penyakit Parkinson pada 2020. Meski kesehatannya menurun drastis, Ozzy tetap berusaha tampil di hadapan penggemarnya.
“Jika aku harus mati di atas panggung, maka biarlah itu terjadi,” ujarnya dalam sebuah wawancara yang menyentuh hati. Dan meski tak sampai terjadi, semangatnya yang ingin terus menyanyi hingga akhir hayat akan selalu dikenang sebagai simbol dedikasi terhadap seni dan penggemarnya.
Dunia Berkabung
Berita kematian Ozzy Osbourne menyebar cepat di media sosial dan platform berita internasional. Musisi dari berbagai genre — dari Metallica hingga Post Malone — menyampaikan rasa kehilangan mereka. Festival musik besar di Eropa dan Amerika bahkan mengheningkan cipta untuk menghormati kepergiannya.
Istrinya, Sharon Osbourne, yang selama ini menjadi pilar kekuatan dan pendamping setia, menyampaikan pernyataan emosional:
“Ozzy adalah cahaya dalam hidup kami. Dunia mengenalnya sebagai ikon rock, tapi bagi kami, ia adalah suami, ayah, dan kakek yang penuh cinta. Warisannya akan terus hidup dalam musik dan dalam hati setiap orang yang pernah disentuh oleh suaranya.”
Pangeran Kegelapan Menuju Keabadian
Dengan berpulangnya Ozzy Osbourne, dunia kehilangan lebih dari sekadar musisi. Ia adalah lambang perlawanan terhadap norma, suara mereka yang terpinggirkan, dan jiwa yang tak pernah tunduk pada keadaan.
Warisan Ozzy akan hidup selamanya. Ia telah memberi dunia suara yang membentuk identitas sebuah generasi, dan keberanian untuk menjadi berbeda.
Kini, sang Pangeran Kegelapan telah tiba di keabadian. Tapi dentuman lagunya, jeritan khasnya, dan semangatnya akan terus bergema di hati para penggemar.
Rest in power, Ozzy. You will never be forgotten.
