Jakarta, Mata4.com – PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), produsen mi instan terkenal Indomie, memberikan penegasan resmi bahwa produk yang mereka produksi dan distribusikan di pasar domestik Indonesia aman untuk dikonsumsi. Pernyataan ini dikeluarkan merespons adanya temuan kandungan residu etilen oksida pada beberapa produk Indomie yang diekspor ke Taiwan, yang memicu penarikan produk tersebut di pasar Taiwan dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
Latar Belakang Isu dan Temuan di Taiwan
Beberapa waktu lalu, Taiwan Food and Drug Administration (TFDA) melaporkan bahwa pada pengujian rutin produk impor, ditemukan kandungan residu etilen oksida pada varian Indomie Rasa Ayam Spesial dan Soto Banjar Limau Kulit yang diimpor dari Indonesia. Kandungan residu ini terdeteksi melebihi batas maksimum yang diperbolehkan oleh regulasi Taiwan, yang menetapkan standar nol toleransi (0 mg/kg) untuk residu etilen oksida dalam produk pangan.
Etilen oksida adalah senyawa kimia yang umum digunakan sebagai agen sterilisasi dan desinfeksi dalam industri pangan dan medis. Namun, residu etilen oksida yang tersisa dalam makanan perlu dikontrol ketat karena paparan berlebih terhadap zat ini dapat berpotensi membahayakan kesehatan, seperti menyebabkan iritasi, gangguan pernapasan, hingga risiko karsinogenik jika dikonsumsi secara berulang dalam jumlah tinggi.
Penjelasan dan Klarifikasi dari Indofood
Menanggapi temuan tersebut, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk menjelaskan bahwa produk yang beredar di pasar Indonesia telah memenuhi seluruh standar keamanan pangan yang berlaku, berdasarkan regulasi dan pengawasan ketat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. Produk yang terkena isu kandungan etilen oksida adalah produk ekspor dan bukan produk resmi yang beredar di Indonesia.
Indofood menegaskan bahwa proses produksi dan pengujian kualitas dilakukan secara konsisten untuk menjamin keamanan dan mutu produk, serta mematuhi peraturan yang berlaku di tiap negara tujuan ekspor.
Penegasan dari BPOM RI Mengenai Regulasi Etilen Oksida
BPOM Republik Indonesia turut memberikan penjelasan resmi, menegaskan bahwa batas maksimum residu etilen oksida yang diizinkan di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan Taiwan, yakni sebesar 85 mg/kg. Regulasi ini didasarkan pada studi ilmiah dan kajian risiko kesehatan yang telah dilakukan BPOM serta standar keamanan pangan internasional yang diacu oleh lembaga tersebut.
BPOM menegaskan bahwa produk Indomie yang beredar di pasar domestik telah melalui pengujian ketat dan dipastikan aman untuk dikonsumsi masyarakat. Pengawasan dan pengujian rutin terus dilakukan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk pangan di Indonesia.
Perbedaan Regulasi dan Implikasinya dalam Perdagangan Internasional
Perbedaan standar regulasi antara negara-negara dalam hal batas residu bahan kimia di produk pangan merupakan hal yang lazim dalam perdagangan internasional. Hal ini didasarkan pada berbagai faktor, termasuk kebijakan kesehatan masyarakat, standar perlindungan konsumen, serta hasil kajian ilmiah masing-masing negara.
Taiwan menerapkan standar yang sangat ketat dengan nol toleransi terhadap residu etilen oksida. Sementara itu, Indonesia menetapkan batas maksimum tertentu yang masih dianggap aman berdasarkan studi risiko. Perbedaan ini menyebabkan suatu produk yang dinyatakan aman dan memenuhi standar di satu negara dapat saja tidak memenuhi standar di negara lain.
Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi produsen yang melakukan ekspor produk pangan, di mana mereka harus menyesuaikan proses produksi dan pengujian agar sesuai dengan regulasi setiap negara tujuan ekspor.
Dampak dan Tanggapan Publik di Indonesia
Penarikan produk Indomie dari pasar Taiwan dan pemberitaan tentang kandungan etilen oksida sempat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu produk mi instan paling populer di Tanah Air, isu ini mendapat perhatian luas dari konsumen setia Indomie.
Indofood dan BPOM secara aktif memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi, mengajak konsumen untuk tetap tenang dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan tanpa informasi yang lengkap dan akurat.
Masyarakat diimbau untuk selalu membeli produk dari saluran distribusi resmi, memperhatikan tanggal kedaluwarsa dan kondisi kemasan, serta menyimpan produk sesuai petunjuk untuk menjaga kualitas dan keamanan.
Upaya dan Komitmen Indofood dalam Menjaga Mutu dan Keamanan Produk
Indofood menegaskan komitmen kuatnya dalam menjaga kualitas dan keamanan produk. Proses produksi dijalankan dengan standar mutu yang tinggi, dilengkapi dengan pengujian rutin yang ketat baik di laboratorium internal maupun pihak ketiga yang independen.
Perusahaan juga menjalin kerja sama erat dengan BPOM dan lembaga pengawas pangan lain, baik di Indonesia maupun negara tujuan ekspor, guna memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
Selain itu, Indofood terus meningkatkan transparansi dan komunikasi kepada publik agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan tidak terjadi misinformasi yang dapat merugikan konsumen maupun perusahaan.
Pelajaran dan Harapan untuk Industri Pangan Nasional
Kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi pelaku industri pangan nasional, terutama bagi yang melakukan ekspor. Penting bagi produsen untuk memahami dan mengantisipasi regulasi ketat yang diberlakukan oleh negara-negara tujuan ekspor, serta melakukan penyesuaian teknis dan prosedur pengujian secara menyeluruh.
Harmonisasi standar keamanan pangan secara internasional juga menjadi tantangan besar yang perlu diupayakan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia, agar perdagangan pangan dapat berjalan lancar tanpa mengorbankan keamanan konsumen.
Kesimpulan
Isu temuan residu etilen oksida pada produk Indomie ekspor ke Taiwan menegaskan pentingnya pemahaman perbedaan regulasi keamanan pangan antar negara dan dampaknya terhadap perdagangan internasional. Indofood bersama BPOM menegaskan bahwa produk Indomie yang beredar di Indonesia aman dikonsumsi sesuai standar nasional yang berlaku.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan selektif dalam menerima informasi, serta selalu mengutamakan produk yang diperoleh dari sumber resmi. Kasus ini juga menjadi momentum bagi semua pihak untuk memperkuat sistem pengawasan dan meningkatkan standar keamanan pangan di tingkat nasional maupun internasional.

