New York, Mata4.com — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya ketegangan antara Pakistan dan Afghanistan setelah bentrokan bersenjata terjadi di wilayah perbatasan kedua negara dan menewaskan puluhan orang, termasuk warga sipil. Dalam pernyataan resminya, PBB menyerukan agar kedua pihak segera menahan diri dan menghentikan aksi kekerasan yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan dan stabilitas regional.
Bentrokan di Perbatasan: Puluhan Korban Jiwa
Insiden terbaru dilaporkan terjadi di kawasan Spin Boldak–Chaman, salah satu titik perlintasan utama antara Pakistan dan Afghanistan, pada awal pekan ini. Berdasarkan keterangan dari otoritas lokal dan laporan media setempat, bentrokan melibatkan pasukan keamanan dari kedua negara yang saling melepaskan tembakan artileri dan senjata ringan.
Sumber-sumber di lapangan menyebutkan sedikitnya 35 orang tewas, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil yang bermukim di sekitar area perbatasan. Selain itu, puluhan lainnya luka-luka dan saat ini dirawat di fasilitas medis terdekat. Belum ada jumlah korban yang bisa diverifikasi secara independen karena keterbatasan akses di wilayah konflik.
Warga setempat menyatakan bahwa serangan terjadi secara tiba-tiba. “Kami tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan ledakan. Banyak yang tidak sempat menyelamatkan diri,” ujar salah satu warga yang mengungsi ke tempat aman.
Versi Berbeda dari Kedua Negara
Pemerintah Pakistan menyatakan bahwa insiden terjadi setelah pasukan perbatasan mereka ditembaki dari wilayah Afghanistan. Dalam keterangannya, militer Pakistan menyebutkan bahwa mereka hanya merespons serangan yang dianggap sebagai provokasi.
Sementara itu, pihak berwenang di Afghanistan, yang saat ini dikuasai oleh Taliban, membantah klaim tersebut dan menuduh pasukan Pakistan memulai serangan tanpa provokasi. Taliban menyatakan bahwa mereka hanya membela wilayah kedaulatan negara dari serangan yang mereka anggap tidak sah.
Belum ada investigasi independen yang dilakukan untuk mengungkap kronologi pasti bentrokan. Namun, situasi yang terjadi menunjukkan meningkatnya ketegangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di sepanjang perbatasan Durand Line yang disengketakan.
PBB: Tahan Diri dan Prioritaskan Dialog
Menyikapi insiden ini, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres melalui juru bicaranya, Stéphane Dujarric, menyerukan kepada kedua negara untuk segera menghentikan aksi kekerasan dan menahan diri. “Sekretaris Jenderal sangat prihatin atas meningkatnya kekerasan dan jatuhnya korban jiwa di perbatasan Pakistan dan Afghanistan. Ia menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri, meredakan ketegangan, dan menyelesaikan konflik melalui jalur diplomatik,” ujarnya dalam konferensi pers di Markas Besar PBB, New York.
PBB juga menggarisbawahi pentingnya melindungi warga sipil dalam situasi konflik bersenjata. Organisasi ini menyerukan agar prinsip-prinsip hukum humaniter internasional dipatuhi dan akses kemanusiaan ke wilayah terdampak dijamin.
“Konflik seperti ini tidak hanya membahayakan keamanan dua negara, tetapi juga mengancam stabilitas regional dan keselamatan masyarakat sipil,” tambah Dujarric.
Dampak Kemanusiaan: Warga Mengungsi, Bantuan Terhambat
Selain jatuhnya korban jiwa, insiden ini juga memicu gelombang pengungsian warga sipil yang tinggal di sekitar zona konflik. Ratusan keluarga dilaporkan telah meninggalkan rumah mereka dan mencari tempat perlindungan di wilayah yang lebih aman. Banyak di antaranya tidak sempat membawa harta benda, dan kini bertahan di tempat-tempat penampungan sementara dengan kondisi serba terbatas.
Organisasi kemanusiaan internasional, termasuk Palang Merah dan LSM lokal, menyatakan kekhawatiran atas memburuknya situasi kemanusiaan di daerah tersebut. Distribusi bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan terganggu akibat kondisi keamanan yang belum stabil.
“Anak-anak, perempuan, dan lansia menjadi kelompok paling rentan dalam situasi ini. Mereka membutuhkan bantuan segera,” ujar Farzana Qadiri, relawan dari organisasi bantuan internasional di perbatasan Afghanistan.
Ketegangan Lama yang Belum Terselesaikan
Hubungan antara Pakistan dan Afghanistan memang telah lama diwarnai ketegangan, khususnya sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul pada Agustus 2021. Perselisihan mengenai batas wilayah, aktivitas kelompok militan lintas negara, serta pengelolaan arus pengungsi telah menciptakan gesekan yang sering kali memicu bentrokan di lapangan.
Meski telah dilakukan beberapa upaya dialog bilateral, hasilnya masih minim. Ketegangan terus berulang, terutama di daerah perbatasan yang tidak sepenuhnya terkontrol dan sering kali menjadi jalur lalu lintas kelompok bersenjata.
Seruan Global untuk Penyelesaian Damai
Sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB dan mitra regional telah mengeluarkan pernyataan keprihatinan dan mendesak kedua negara untuk menahan diri serta membuka kembali jalur komunikasi. Pemerintah Turki, Uni Eropa, dan sejumlah negara Asia Selatan turut menawarkan mediasi jika dibutuhkan.
Para analis keamanan menilai bahwa jika ketegangan ini tidak segera diredakan, konflik dapat meluas dan memperparah ketidakstabilan di kawasan yang sudah menghadapi banyak tantangan, termasuk kemiskinan, pengangguran, dan ancaman terorisme.
Harapan untuk Solusi Damai
Di tengah krisis ini, masyarakat internasional menaruh harapan agar Pakistan dan Afghanistan dapat mengedepankan diplomasi dan meredakan konflik melalui dialog konstruktif. PBB menegaskan kesiapannya untuk menjadi fasilitator jika kedua belah pihak sepakat melakukan pembicaraan damai.
“Kami mendukung segala bentuk upaya damai dan akan terus memantau perkembangan di lapangan. Prioritas utama saat ini adalah keselamatan warga sipil dan stabilitas kawasan,” tutup pernyataan dari PBB.

