Jakarta, Mata4.com — Pemerintah Indonesia melalui kerja sama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi membuka wacana baru dalam dunia pendidikan nasional. Untuk pertama kalinya, nilai-nilai Pancasila direncanakan akan disisipkan ke dalam soal-soal Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang menggantikan sistem Ujian Nasional (UN) sebelumnya.
Inisiatif ini diharapkan dapat membumikan kembali ideologi negara ke dalam proses belajar siswa secara alami dan menyeluruh, tanpa menambah beban kurikulum atau menambah jumlah mata pelajaran wajib.
TKA: Ujian Akademik Tanpa Tekanan, Kini Bermuatan Nilai Luhur Bangsa
TKA, atau Tes Kemampuan Akademik, adalah model evaluasi nasional non-wajib yang kini menggantikan sistem Ujian Nasional. Alih-alih menjadi penentu kelulusan, TKA bersifat opsional dan lebih fokus pada pengukuran kompetensi di bidang bahasa dan matematika, serta dua mata pelajaran pilihan. Sejak diberlakukan pada 2024, TKA dirancang agar lebih manusiawi dan tidak membebani psikologis siswa.
Namun, menurut Kepala BPIP Prof. Yudian Wahyudi, evaluasi akademik tidak boleh lepas dari penguatan karakter dan nilai kebangsaan, terutama di tengah tantangan globalisasi dan krisis nilai saat ini. Oleh karena itu, BPIP mengusulkan agar muatan Pancasila dimasukkan secara terintegrasi ke dalam soal-soal TKA, terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
“Kami tidak ingin Pancasila hanya jadi hafalan. Harus hidup dalam pikiran dan tindakan anak-anak. Soalnya bisa bertema toleransi, keadilan sosial, atau gotong royong, tapi tetap berbasis bacaan atau analisis,” ujar Prof. Yudian saat memberi sambutan di Rakornas Pendidikan Karakter 2025.
Tidak Jadi Mapel Baru: Pancasila Disisipkan dalam Mata Pelajaran Eksisting
Wakil Kepala BPIP, Rima Agristina, memperjelas bahwa pihaknya tidak mengusulkan agar Pancasila menjadi mata pelajaran atau ujian tersendiri. Sebaliknya, pendekatannya adalah dengan “injeksi nilai” — menyisipkan nilai-nilai Pancasila ke dalam soal yang sudah ada, agar siswa terpapar secara kontekstual.
Contoh:
- Dalam soal Bahasa Indonesia, teks bacaan bisa mengambil tema keberagaman budaya Indonesia atau tokoh-tokoh yang merepresentasikan semangat Pancasila.
- Dalam Bahasa Inggris, siswa bisa diminta memahami artikel tentang kemanusiaan, solidaritas, atau keadilan global — lalu mengaitkannya dengan nilai-nilai dasar negara.
Menurut Rima, metode ini juga dapat menghindari kelelahan belajar siswa akibat terlalu banyak beban pelajaran yang sifatnya repetitif.
“Siswa tidak perlu ditambah PR-nya. Kita perlu strategi yang menyenangkan tapi tetap mendalam,” katanya.

www.service-ac.id
Buku Teks Utama Pancasila Resmi Diluncurkan
Sebagai landasan utama pengembangan konten dan soal evaluasi, BPIP telah menyelesaikan dan mendistribusikan Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila ke seluruh sekolah di Indonesia. Buku ini memuat pendekatan yang relevan dengan dunia modern, tanpa meninggalkan semangat orisinal Pancasila yang digagas oleh para pendiri bangsa.
Buku tersebut tidak hanya berisi materi teoritis, tapi juga kisah inspiratif, studi kasus kekinian, dan contoh nyata penerapan nilai Pancasila di masyarakat.
Respon Kementerian Pendidikan: Dukungan Penuh, Asalkan Tidak Bebani Siswa
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menyambut baik inisiatif ini. Dalam pernyataan resminya, Mendikdasmen Dr. Yuni Rahmawati menyatakan bahwa pendidikan karakter memang menjadi poros utama Kurikulum Nasional 2024–2026.
Namun demikian, pihak kementerian juga menegaskan bahwa integrasi nilai Pancasila tidak boleh menambah tekanan bagi siswa dan harus dilakukan dengan pendekatan tematik, adaptif, dan menyenangkan.
“Kita tidak boleh kembali ke era hafalan. Anak-anak perlu dilatih berpikir etis dan reflektif. Nilai Pancasila itu seharusnya hadir dalam cara mereka memecahkan soal kehidupan, bukan sekadar menjawab soal pilihan ganda,” kata Dr. Yuni.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski wacana ini banyak mendapat dukungan, sejumlah praktisi pendidikan menyoroti tiga tantangan utama yang harus diantisipasi:
- Kualitas Soal dan Konten
Penciptaan soal berbasis nilai Pancasila harus relevan, tidak dogmatis, dan mampu mengukur pemahaman secara kritis, bukan sekadar hafalan silogistik. - Pelatihan Guru
Guru harus mendapatkan pelatihan intensif untuk menyisipkan nilai Pancasila secara kreatif dan tidak menggurui, agar bisa menyatu dengan pembelajaran akademik. - Respon Siswa dan Orang Tua
Perlu sosialisasi yang tepat agar siswa dan orang tua tidak menganggap bahwa penyisipan Pancasila akan menambah beban kurikulum.
Kesimpulan
Wacana penyisipan materi Pancasila dalam soal-soal TKA merupakan inovasi pendidikan yang bertujuan untuk memperkuat karakter bangsa tanpa memperberat beban siswa. Alih-alih menjadi pelajaran tersendiri, nilai-nilai dasar negara akan diintegrasikan secara kontekstual dalam soal Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sehingga siswa dapat memahami dan menerapkan nilai luhur bangsa secara alami.
Inisiatif ini mencerminkan arah baru sistem pendidikan Indonesia — sebuah pendekatan holistik yang menggabungkan pengetahuan akademik dengan kedewasaan moral dan sosial. Bila diterapkan dengan bijak dan inklusif, ini bisa menjadi pijakan penting menuju generasi muda yang cerdas sekaligus berkarakter Pancasila.
