
Padang, Mata4.com — Sungai Batang Arau kembali semarak. Suara sorak sorai, dentuman musik tradisional, dan deru dayung menggema di sepanjang aliran sungai tua itu. Semuanya menjadi bagian dari perhelatan “Selaju Sampan”, lomba dayung tradisional yang digelar oleh Pemerintah Kota Padang dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Padang (HJK) ke-356.
Kegiatan ini bukan sekadar lomba, melainkan upaya nyata Pemko Padang dalam melestarikan warisan budaya lokal, memperkuat identitas masyarakat, serta mendorong sektor pariwisata budaya di kawasan Kota Tua Padang, terutama di sekitar Batang Arau.
Warisan Sejak Zaman Kolonial
Selaju Sampan bukan tradisi baru. Lomba ini telah menjadi bagian dari sejarah panjang masyarakat pesisir Kota Padang. Bahkan, sejumlah arsip mencatat bahwa kegiatan ini sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Kala itu, Selaju Sampan dikenal dengan nama Dayuang Palinggam, dan sering digelar sebagai bentuk hiburan masyarakat di pinggir sungai.
Namun, tradisi ini sempat vakum selama masa penjajahan Jepang dan Perang Dunia II. Baru pada tahun 1980-an, upaya revitalisasi mulai digalakkan oleh komunitas Seberang Palinggam dan sejumlah tokoh masyarakat. Kini, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Padang, Selaju Sampan bangkit kembali sebagai bagian dari agenda tahunan kota.
Format Tradisional yang Sarat Makna
Dalam perlombaan ini, setiap perahu atau sampan diisi oleh 12 pendayung yang bekerja sama untuk mencapai garis finis sejauh 500 meter. Salah satu keunikan dari Selaju Sampan adalah garis finisnya, yang ditandai dengan labu-labu yang digantung melintang di atas sungai. Pendayung tercepat yang menyentuh labu tersebut dinyatakan sebagai pemenang.
Format lomba ini tidak hanya menjadi tantangan fisik, tetapi juga menguji kekompakan, semangat kebersamaan, dan strategi dalam mendayung. Nilai-nilai inilah yang menjadikan Selaju Sampan sebagai manifestasi dari filosofi gotong royong masyarakat Minangkabau.
Pemko Padang Hadirkan Infrastruktur Pendukung
Menyadari potensi besar tradisi ini, Pemko Padang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V untuk melakukan pengerukan Sungai Batang Arau sepanjang 530 meter. Tujuannya adalah untuk membersihkan sedimen dan memastikan aliran sungai aman untuk pelaksanaan lomba serta nyaman bagi pengunjung.
Hal ini juga menjadi bagian dari strategi revitalisasi kawasan Kota Tua, menjadikan Batang Arau sebagai destinasi wisata air dan budaya yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

www.service-ac.id
Pemerintah Berkomitmen: Digelar Setiap Tahun
Wali Kota Padang Fadly Amran, dalam sambutannya saat pembukaan lomba pada 7 Agustus 2025, menegaskan bahwa Selaju Sampan akan menjadi agenda tahunan resmi dalam kalender pariwisata dan budaya Kota Padang.
“Kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga mewariskan semangat kebersamaan kepada generasi muda. Tradisi ini harus terus dilestarikan,” ujar Wako Fadly didampingi Wakil Wali Kota Maigus Nasir dan unsur Forkopimda lainnya.
Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan seni tradisi, bazar kuliner khas Minang, serta atraksi komunitas budaya lokal yang menambah semarak suasana di sepanjang tepian Batang Arau.
Antusiasme Masyarakat dan Wisatawan
Sebanyak 25 tim dari berbagai kelurahan dan komunitas dayung berpartisipasi dalam perlombaan tahun ini. Masing-masing tim mengirim dua regu (insert), sehingga total ada 50 regu yang memperebutkan hadiah uang tunai dan Piala Wali Kota Padang.
Tak kalah menarik, ribuan warga Padang dan sekitarnya memadati tepian sungai, membawa serta keluarga dan anak-anak, menciptakan suasana yang penuh kegembiraan. Selain itu, banyak wisatawan domestik yang datang khusus untuk menyaksikan lomba ini karena telah menjadi bagian dari branding wisata budaya Kota Padang.
“Selaju Sampan itu bukan hanya balapan dayung. Itu adalah kenangan kolektif warga Palinggam dan masyarakat pesisir lainnya. Dulu kami menonton dari atas jembatan, sekarang anak-anak kami bisa menyaksikannya kembali,” kata Rini, salah satu warga Seberang Padang yang hadir sejak pagi.
Dampak Budaya, Ekonomi, dan Sosial
Dengan pelaksanaan yang terstruktur dan dukungan pemerintah, Selaju Sampan memberikan multiplier effect bagi masyarakat:
- Budaya terjaga melalui pelibatan komunitas dan pelaku tradisi
- Ekonomi lokal tumbuh, karena banyak pelaku UMKM membuka lapak kuliner dan kerajinan
- Pariwisata meningkat, terutama di kawasan Batang Arau dan Kota Tua Padang
- Kesadaran lingkungan naik, seiring upaya pembersihan sungai dan pemeliharaan kawasan
Penutup: Budaya yang Menghidupkan Kota
Selaju Sampan telah membuktikan bahwa pelestarian tradisi bisa menjadi jalan untuk membangun jati diri kota sekaligus mendorong pembangunan ekonomi dan sosial. Dengan komitmen tahunan dari pemerintah dan keterlibatan aktif masyarakat, Batang Arau tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi pusat kehidupan budaya yang terus berdetak.
Padang hari ini bukan hanya tentang masa lalu yang dikenang, tetapi juga tentang budaya yang terus dilayarkan menuju masa depan.