Bandung, Mata4.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kembali menyoroti kebiasaan masyarakat yang gemar mengonsumsi aci-acian, termasuk jajanan populer seperti cireng, cimol, dan cilok. Camilan ini sangat digemari karena rasanya yang lezat, murah, dan mudah didapat di berbagai sudut kota. Meski demikian, jajanan ini memiliki kandungan gizi yang rendah dan tidak seimbang, sehingga dikonsumsi berlebihan dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Kebiasaan Konsumsi yang Tinggi di Kalangan Warga
Data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan bahwa aci-acian menjadi camilan favorit anak muda, pelajar, dan mahasiswa. Pedagang aci banyak ditemui di dekat sekolah, kampus, dan area publik, membuat camilan ini mudah diakses setiap hari. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung menyatakan, tingginya konsumsi aci-acian menjadi perhatian khusus karena potensi dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang, seperti obesitas dan gangguan pencernaan.
“Kami mencatat banyak warga rutin mengonsumsi aci-acian. Hal ini wajar karena rasanya disukai, tetapi dari sisi gizi, perlu perhatian lebih. Pemerintah ingin mendorong konsumsi yang lebih sehat tanpa mengurangi kenikmatan jajanan ini,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Masukan dan Saran Ahli Gizi
Ahli gizi dari Universitas Padjadjaran, Dr. Ratna Sari, menekankan bahwa aci-acian umumnya terbuat dari tepung tapioka, yang tinggi karbohidrat tetapi rendah protein, vitamin, dan mineral. Untuk meningkatkan kandungan gizinya, Dr. Ratna menyarankan beberapa inovasi:
- Penambahan bahan bergizi seperti sayuran cincang, ayam, ikan, atau bahan protein lain sebagai isian.
- Penggunaan minyak sehat atau metode pengolahan rendah lemak untuk mengurangi kandungan lemak jenuh.
- Penyediaan informasi gizi pada kemasan agar konsumen mengetahui nilai nutrisi setiap produk.
“Dengan inovasi sederhana, camilan aci tetap bisa dinikmati masyarakat, namun lebih aman dan bergizi untuk dikonsumsi secara rutin,” kata Dr. Ratna.
Program Pemkot untuk Edukasi dan Inovasi
Pemkot Bandung tengah menyusun program untuk mendukung pedagang lokal mengolah aci-acian lebih sehat. Program ini mencakup pelatihan, sosialisasi, serta promosi produk aci bergizi di pasar lokal. Selain itu, pemerintah kota juga mendorong pedagang menggunakan bahan tambahan sehat, mengurangi penggunaan minyak goreng berulang, dan memasarkan camilan dengan label informasi gizi.
“Kami ingin warga tetap bisa menikmati camilan favorit mereka, tetapi versi yang lebih sehat. Edukasi ini penting untuk mencegah obesitas dan masalah kesehatan jangka panjang,” tambah Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Kesadaran Konsumen dan Pola Hidup Sehat
Selain inovasi dari produsen, Dr. Ratna menekankan pentingnya kesadaran konsumen. Warga disarankan mengonsumsi camilan aci secukupnya, memadukannya dengan makanan bergizi lain, serta menjaga aktivitas fisik secara teratur. Konsumsi seimbang ini diyakini dapat menjaga kesehatan tubuh sekaligus tetap menikmati jajanan favorit.
Inovasi dan Tren Camilan Bergizi
Beberapa pedagang lokal sudah mulai melakukan inovasi, seperti membuat cireng isi sayuran, cimol dengan tambahan protein, atau cilok panggang untuk mengurangi minyak. Inovasi ini mendapat respons positif dari masyarakat dan diharapkan dapat menjadi tren baru camilan sehat di Bandung.
Harapan Pemkot Bandung
Dengan langkah edukasi, inovasi produk, dan kesadaran konsumen, Pemkot Bandung berharap kebiasaan mengonsumsi aci-acian tetap bisa dinikmati masyarakat secara sehat, mendukung pola makan seimbang, dan meningkatkan kualitas kesehatan warga kota. Langkah ini juga diharapkan menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam mengelola jajanan tradisional agar lebih sehat tanpa mengurangi nilai budaya kulinernya.

