
Amerika Serikat, Mata4.com — Di tengah kemajuan teknologi dan keajaiban dunia medis, muncul sebuah kisah luar biasa dari Ohio, Amerika Serikat. Sepasang suami istri, Lindsey dan Tim Pierce, akhirnya menyambut kehadiran buah hati setelah bertahun-tahun berjuang melawan kemandulan. Namun yang membuat kelahiran ini begitu istimewa bukan hanya karena penantian mereka—melainkan karena bayi yang mereka lahirkan berasal dari embrio yang telah dibekukan selama lebih dari 30 tahun.
Ya, 30 tahun. Embrio itu dibekukan jauh sebelum internet mendunia, ketika ponsel masih seukuran batu bata, dan dunia belum mengenal media sosial. Kini, embrio yang “tertidur” dalam waktu itu telah tumbuh menjadi bayi laki-laki sehat bernama Thaddeus Daniel Pierce—dan kisah kelahirannya berhasil mencetak rekor dunia.
Bayi dari Masa Lalu: Momen Ajaib dalam Dunia Medis
Thaddeus bukan hanya bayi biasa. Ia adalah “bayi tertua di dunia secara biologis”—dilahirkan dari embrio yang dibekukan pada Mei 1994, dan baru ditanamkan ke rahim Lindsey pada awal 2025. Dengan usia embrio mencapai 11.148 hari, Thaddeus secara resmi mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh sepasang bayi kembar dari embrio tahun 1992.
Teknologi cryopreservation atau pembekuan embrio memang bukan hal baru, namun kisah ini menunjukkan bahwa waktu nyaris tak membatasi potensi kehidupan—selama ilmu pengetahuan ikut menjaga.
“Kami tidak ingin mencetak rekor. Kami hanya ingin menjadi orang tua,” kata Lindsey dalam wawancara yang menggetarkan hati. “Dan Tuhan memberikan bayi ini kepada kami, melalui waktu, harapan, dan banyak air mata.”
Perjuangan Pasangan Pierce: Dari Air Mata ke Harapan
Sebelum sampai pada momen kelahiran ini, Lindsey dan Tim Pierce telah melalui perjalanan panjang yang penuh harapan dan keraguan. Selama 7 tahun, mereka mencoba berbagai metode untuk memiliki anak. Setelah mengalami kelelahan fisik dan mental karena proses fertilisasi yang tak kunjung berhasil, mereka mulai mempertimbangkan adopsi embrio—sebuah pilihan yang masih asing bagi banyak pasangan.
Mereka kemudian menghubungi Snowflakes Embryo Adoption Program, sebuah lembaga adopsi embrio yang memungkinkan pasangan untuk menerima embrio beku dari pendonor. Di sinilah mereka bertemu dengan Linda Archerd, seorang wanita yang menyimpan embrio hasil program bayi tabung sejak 1994.

www.service-ac.id
Kisah Sang Donor: Ibu yang Menyimpan Harapan dalam Nitrogen
Linda Archerd menyimpan empat embrio sisa setelah menjalani IVF pada tahun 1994. Ia telah membesarkan satu anak dari embrio tersebut, dan sisanya ia simpan dengan harapan suatu hari bisa memberi kehidupan.
Namun tahun berganti tahun, dan Linda yang kini telah memasuki masa menopause mulai menyadari bahwa ia tak lagi bisa menggunakan embrio itu sendiri. Maka ia mengambil keputusan penting—mendonasikannya, agar kehidupan yang ia simpan tak sia-sia.
“Mereka bukan hanya sel. Mereka adalah potensi kehidupan. Dan aku ingin mereka punya kesempatan itu,” ungkap Linda, penuh emosi.
Teknologi Canggih dan Keberhasilan yang Mengejutkan
Prosedur transfer dilakukan di klinik Rejoice Fertility di Tennessee. Dari tiga embrio yang di-thaw (dicairkan dari pembekuan), dua berhasil bertahan dan ditanamkan ke rahim Lindsey. Salah satunya berkembang menjadi Thaddeus—dan keajaiban pun dimulai.
Para dokter menyatakan bahwa usia embrio ternyata tidak mempengaruhi tingkat keberhasilan implantasi maupun perkembangan bayi, selama embrio dibekukan dan disimpan dalam kondisi ideal menggunakan nitrogen cair pada suhu -196°C.
Keberhasilan ini pun menjadi tonggak sejarah dunia medis—membuka pintu bagi ribuan embrio beku lainnya yang menunggu giliran untuk dilahirkan.
Lebih dari Sains: Ini Tentang Harapan, Kehidupan, dan Cinta
Kelahiran Thaddeus membuktikan bahwa kehidupan bisa menembus batas waktu, ruang, dan bahkan logika. Dari embrio yang diciptakan tiga dekade lalu, di masa yang sama dengan kemunculan Windows 95 dan sebelum iPhone ditemukan, kini lahirlah seorang anak ke dunia baru yang jauh berbeda dari tempat ia bermula.
Kisah ini juga menyentuh ranah etika dan moral. Siapa yang punya hak atas embrio beku? Berapa lama embrio bisa disimpan? Apakah kehidupan bisa “ditunda” selama puluhan tahun?
Meski pertanyaan-pertanyaan itu muncul, satu hal tetap pasti: di balik semua perdebatan, ada cinta yang luar biasa besar dari dua orang tua yang siap menerima kehidupan—apapun caranya.
Harapan untuk Masa Depan
Kelahiran Thaddeus bukan sekadar pencapaian medis—ia adalah manifestasi dari harapan yang tak pernah mati, bahkan ketika ia tertidur dalam bekuan nitrogen selama tiga dekade. Bagi Lindsey dan Tim, ia adalah jawaban doa. Bagi dunia medis, ia adalah bukti bahwa hidup bisa ditunda, namun tetap tumbuh.
Bagi kita semua, ia adalah pengingat bahwa keajaiban masih ada—terkadang tersembunyi di laboratorium, dalam tabung kaca, atau dalam hati dua orang tua yang tidak pernah menyerah pada waktu.