
Korea Selatan, Mata4.com — PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), salah satu emiten batu bara terkemuka di Indonesia, mengalami tekanan signifikan terhadap kinerja keuangannya pada semester pertama tahun 2025. Meskipun telah melakukan ekspansi pasar ke negara-negara tujuan baru, perusahaan masih belum berhasil menahan laju penurunan pendapatan yang disebabkan oleh pelemahan harga batu bara global.
Dalam laporan keuangan yang dirilis kepada publik, ITMG mencatatkan pendapatan sebesar USD 985 juta hingga akhir Juni 2025, turun sekitar 18 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang saat itu mencapai USD 1,2 miliar. Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh turunnya harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara, yang anjlok lebih dari 25 persen secara tahunan akibat kelebihan pasokan global dan penurunan permintaan dari negara-negara pengimpor utama.
Ekspansi Pasar Belum Memberikan Dampak Signifikan
Untuk merespons pelemahan permintaan dari pasar tradisional seperti Tiongkok dan India, ITMG telah mengalihkan sebagian besar ekspornya ke pasar non-tradisional, seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Bangladesh, hingga beberapa negara di kawasan Afrika dan Asia Selatan. Namun, kontribusi dari pasar-pasar baru ini masih tergolong kecil dan belum cukup kuat untuk menyeimbangkan penurunan pendapatan dari negara tujuan utama.
Direktur Utama ITMG, Mulianto, dalam konferensi pers yang digelar secara daring pada Jumat (15/8), menyatakan bahwa perusahaan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas operasional dan menjajaki peluang pertumbuhan di tengah dinamika pasar energi global yang penuh tantangan.
“Kami terus memperluas basis pelanggan dan membuka akses ke pasar-pasar baru yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang. Namun, kami juga menghadapi berbagai hambatan, mulai dari logistik, regulasi di negara tujuan, hingga keterbatasan infrastruktur yang berdampak pada volume dan efisiensi pengiriman,” jelas Mulianto.
Menurutnya, meskipun pasar ekspor baru menunjukkan tren positif, pertumbuhan volume belum sebanding dengan besarnya tekanan harga jual yang terus menurun sejak kuartal IV tahun 2024. Di sisi lain, ketatnya persaingan dari negara produsen lain seperti Australia, Rusia, dan Afrika Selatan juga semakin menekan margin keuntungan perusahaan.
Biaya Produksi dan Logistik Naik, Margin Tergerus
Selain menghadapi tekanan dari sisi harga jual, ITMG juga harus menghadapi tantangan dari sisi biaya. Biaya produksi batu bara meningkat seiring dengan naiknya harga bahan bakar, kebutuhan perawatan alat berat, serta biaya tenaga kerja. Sementara itu, biaya logistik turut naik akibat gangguan rantai pasok global dan peningkatan tarif pengiriman laut.
Kondisi ini menyebabkan margin laba perusahaan mengalami penurunan. Laba bersih semester I-2025 tercatat sebesar USD 105 juta, turun hampir 35 persen dibandingkan semester pertama 2024 yang mencapai USD 161 juta. EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) juga mengalami penurunan, meskipun perusahaan tetap menjaga rasio utang yang rendah dan posisi kas yang kuat.

www.service-ac.id
Strategi Jangka Menengah: Efisiensi, Hilirisasi, dan Energi Terbarukan
Sebagai bentuk adaptasi terhadap dinamika industri, ITMG menyiapkan sejumlah strategi jangka menengah hingga panjang. Salah satu fokus utama adalah efisiensi operasional melalui digitalisasi proses tambang dan optimalisasi aset. Selain itu, ITMG juga tengah menjajaki peluang di sektor hilirisasi batu bara, seperti pengembangan produk turunan batu bara bernilai tambah serta proyek gasifikasi.
Tak hanya itu, perusahaan juga menunjukkan minat untuk masuk ke sektor energi terbarukan sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio jangka panjang. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk transisi energi dan pengurangan ketergantungan pada energi fosil.
“Kami sadar bahwa ketergantungan terhadap batu bara tidak bisa menjadi strategi satu-satunya ke depan. Oleh karena itu, kami sedang melakukan studi kelayakan terhadap beberapa proyek energi terbarukan dan teknologi bersih,” tambah Mulianto.
Outlook Pasar Batu Bara Masih Penuh Ketidakpastian
Sejumlah analis memperkirakan bahwa pasar batu bara akan tetap menghadapi tekanan dalam beberapa kuartal ke depan. Meskipun permintaan di dalam negeri relatif stabil, pelemahan pertumbuhan ekonomi global dan transisi energi di negara-negara maju dapat menekan harga batu bara hingga akhir 2025.
Analis dari Mirae Asset Sekuritas menyebut bahwa meski ITMG masih memiliki fundamental yang solid, tantangan dari sisi harga dan permintaan membuat target pendapatan 2025 berisiko tidak tercapai. Mereka merekomendasikan strategi konservatif sambil terus memantau arah kebijakan energi global dan perkembangan geopolitik.
Kesimpulan
Turunnya pendapatan ITMG pada semester I-2025 mencerminkan tantangan struktural yang dihadapi oleh industri batu bara global. Meskipun ekspansi ke pasar ekspor baru telah dilakukan, hasilnya belum cukup kuat untuk menahan dampak negatif dari jatuhnya harga jual dan peningkatan biaya operasional. Ke depan, keberhasilan ITMG akan sangat bergantung pada kemampuannya dalam mengelola efisiensi, berinovasi dalam produk, serta melakukan diversifikasi usaha di luar batu bara.