Karo, Sumatera Utara — Di tengah udara sejuk dan tanah vulkanik yang subur, kawasan lereng Gunung Sinabung menawarkan lebih dari sekadar pemandangan menakjubkan. Di balik asap tipis dari gunung yang masih aktif itu, tersembunyi pengalaman luar biasa yang hanya bisa dirasakan di tempat ini: menikmati kopi dari biji ke cangkir langsung di sumbernya.
Sumatera Utara, khususnya kawasan Karo, memang dikenal sebagai salah satu penghasil kopi berkualitas tinggi di Indonesia. Kopi arabika yang tumbuh di ketinggian 1.200–1.600 meter di atas permukaan laut ini memiliki cita rasa khas: sedikit fruity, aroma tajam, dan aftertaste yang bersih. Keistimewaan ini tak lepas dari kondisi tanah vulkanik dan iklim pegunungan yang sangat mendukung pertumbuhan kopi.
Namun, apa jadinya jika secangkir kopi tak hanya dinikmati dari rasa, tapi juga dari pengalaman langsung melihat dan mengikuti prosesnya — dari kebun hingga tersaji hangat di tangan Anda?
Tur Kopi dengan Latar Gunung Sinabung
Beberapa petani dan pelaku UMKM kopi di Desa Berastagi, Kabanjahe, hingga sekitar Desa Sigarang-garang, kini menawarkan paket coffee experience langsung di kebun. Wisatawan bisa ikut panen kopi (jika musim panen), belajar proses pulping, fermentasi, hingga penjemuran biji kopi secara alami di bawah sinar matahari pegunungan.
Pengalaman tak berhenti di situ. Pengunjung juga diajak melihat proses sangrai (roasting) menggunakan alat tradisional dan modern. Suara letupan biji kopi yang disangrai di atas tungku tanah liat menjadi simfoni khas yang menenangkan. Lalu, aroma harum mulai menyelimuti udara dingin di kaki Gunung Sinabung.
Yang paling menarik, semua proses ini dilakukan dengan latar belakang Gunung Sinabung, yang terkadang mengepulkan asap dari kawahnya. Gunung ini memang masih berstatus aktif, tetapi masyarakat sekitar sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alamnya — menjadikannya tidak hanya sumber ketakutan, tapi juga berkah karena tanah yang subur dan produktif.
Mengenal Petani, Mengenal Cerita
Tak hanya proses, pengalaman ini juga mempertemukan pengunjung dengan para petani kopi yang penuh semangat dan cerita. Banyak dari mereka adalah generasi kedua atau ketiga yang merawat kebun kopi keluarga. Beberapa petani bahkan berbagi kisah bagaimana mereka bertahan di masa erupsi Sinabung yang panjang, dan bagaimana kopi menjadi penyambung hidup mereka saat pertanian lain terganggu.
“Waktu Sinabung erupsi besar, banyak orang takut. Tapi kami tetap bertani. Justru tanah jadi lebih subur. Kopi kami tumbuh makin bagus,” ujar Pak Arman, petani kopi dari Desa Gamber.
Di sebuah warung kopi kecil di lereng bukit, pengunjung dapat menikmati hasil seduhan langsung dari biji yang baru digiling. Tidak ada mesin espresso atau kafe mewah di sini. Hanya gelas-gelas kaca sederhana, air panas dari tungku, dan tangan terampil yang tahu betul bagaimana menyeduh dengan hati.
Kopi Lokal, Rasa Global
Kopi-kopi dari kawasan Sinabung ini bahkan sudah mulai diekspor ke Jepang, Korea, dan Eropa. Meski begitu, banyak petani tetap berkomitmen pada metode organik dan proses alami demi menjaga kualitas dan rasa khas yang tak bisa diproduksi massal.
Pengalaman menikmati kopi di lereng Gunung Sinabung bukan sekadar soal minum, melainkan soal memahami siklus alam, kerja keras petani, dan rasa syukur terhadap bumi yang terus memberi.
Wisata Kopi, Wisata Edukasi
Program ini tidak hanya memberi nilai ekonomi bagi warga, tapi juga menjadi bentuk edukasi kepada masyarakat luar tentang pentingnya menjaga alam dan keberlanjutan pertanian. Para pengunjung diajak untuk memahami bahwa di balik secangkir kopi, ada tangan-tangan yang bekerja dengan penuh dedikasi dan tradisi yang diwariskan lintas generasi.
Dari biji ke cangkir, dari tanah vulkanik ke aroma yang menggoda. Sumatera Utara menawarkan sebuah perjalanan rasa, pengalaman, dan refleksi. Di kaki Gunung Sinabung, kopi bukan hanya minuman — ia adalah warisan, perjuangan, dan kebanggaan.
