Bekasi, Mata4.com – Kabar kurang sedap datang dari dunia otomotif nasional. Data terbaru dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat bahwa hingga Oktober 2025, total penjualan wholesales (pengiriman dari pabrikan ke diler) mobil baru di Indonesia hanya mencapai 635.844 unit.
Angka ini menunjukkan penurunan 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana penjualan tercatat 711.064 unit. Penurunan ini menandai tren perlambatan yang cukup tajam dan menjadi sinyal waspada bagi pelaku industri otomotif nasional.
Lesunya Pasar Akibat Daya Beli dan PPN
Menurut Josua Pardede, Pengamat Ekonomi dari Bank Permata, penurunan ini tidak lepas dari melemahnya daya beli masyarakat dan pengaruh kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mulai terasa.
“Kami perkirakan memang overall cenderung masih cukup berat karena efek daya beli dan PPN,”
— Josua Pardede, Bank Permata
Kondisi ekonomi global yang masih tidak stabil, ditambah kenaikan harga bahan pokok dan biaya hidup, membuat konsumen lebih berhati-hati dalam melakukan pembelian besar seperti kendaraan baru.
🇯🇵 Dominasi Jepang Masih Tak Tergoyahkan
Meski pasar mengalami perlambatan, struktur penguasaan merek otomotif tidak banyak berubah. Pabrikan asal Jepang masih menjadi penguasa utama di pasar Indonesia, terutama di segmen kendaraan penumpang dan niaga.
Lima besar merek dengan penjualan tertinggi sepanjang Januari–Oktober 2025 adalah:
- Toyota – 202.376 unit (31,8% pangsa pasar)
- Daihatsu – 107.090 unit (16,8%)
- Mitsubishi Motors – 56.516 unit (8,9%)
- Honda – 50.270 unit (7,9%)
- Suzuki – 49.803 unit (7,8%)
Segmen kendaraan penumpang masih menjadi motor utama penjualan, sementara kendaraan niaga dari Mitsubishi Fuso, Isuzu, dan Hino tetap berperan penting dalam mendukung sektor logistik dan infrastruktur nasional.

🇨🇳 ‘Serangan’ Merek Non-Jepang Kian Terasa
Menariknya, di tengah dominasi Jepang, merek-merek non-Jepang mulai menancapkan pengaruh kuat.
Merek asal China, seperti BYD, berhasil mencatat penjualan 30.670 unit, menunjukkan penetrasi yang cepat berkat lini kendaraan listrik yang agresif.
Sementara itu, Hyundai dari Korea Selatan juga memperlihatkan performa stabil dengan 16.594 unit terjual atau 2,6 persen pangsa pasar, menandakan meningkatnya penerimaan masyarakat terhadap produk non-Jepang.
Persaingan semakin ketat, terutama di segmen EV (Electric Vehicle), di mana konsumen mulai mempertimbangkan efisiensi energi dan teknologi terbaru.
Tantangan dan Harapan Industri Otomotif 2026
Meski menghadapi tekanan, sejumlah pengamat optimistis kondisi pasar akan berangsur pulih pada 2026, seiring dengan stabilisasi ekonomi dan kebijakan insentif kendaraan listrik.
“Koreksi ini wajar di tengah penyesuaian ekonomi. Namun dengan strategi harga, promosi, dan model baru, rebound bisa terjadi tahun depan,”
— Josua Pardede
Pelaku industri kini didorong untuk menggencarkan inovasi produk dan skema pembiayaan yang lebih ringan agar menarik minat konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi.
Beberapa pabrikan besar juga dikabarkan akan meluncurkan model hybrid dan full-electric terbaru di semester pertama 2026, sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio.
Pasar Otomotif Indonesia: Menanti Momen Comeback
Industri otomotif nasional saat ini berada di persimpangan jalan — antara tantangan daya beli masyarakat dan peluang besar dari transisi menuju era kendaraan listrik.
Meskipun 2025 ditutup dengan angka penjualan yang menurun, optimisme tetap mengemuka. Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan inovasi produsen, tahun depan bisa menjadi momentum kebangkitan baru bagi industri otomotif Indonesia.
