
Jakarta, Mata4.com — Fenomena usia panjang, khususnya pencapaian umur 100 tahun ke atas, menjadi fokus penting dalam studi kesehatan dan demografi. Data dari berbagai lembaga nasional dan internasional menunjukkan bahwa mayoritas individu yang berhasil menembus batas usia ini adalah perempuan. Temuan ini membuka diskusi luas di kalangan ilmuwan, ahli kesehatan, dan pembuat kebijakan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan harapan hidup antara perempuan dan laki-laki.
Statistik dan Tren Demografi
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah centenarian (orang yang berusia 100 tahun ke atas) antara perempuan dan laki-laki. Di Indonesia, sekitar 80 persen dari total centenarian adalah perempuan. Tren ini juga terlihat di seluruh dunia, dengan angka harapan hidup perempuan yang rata-rata lebih tinggi sekitar 5 hingga 7 tahun dibanding laki-laki.
Di negara maju seperti Jepang, Italia, dan Amerika Serikat, jumlah perempuan yang mencapai usia 100 tahun juga jauh lebih banyak dibanding laki-laki. Misalnya, di Jepang yang dikenal sebagai negara dengan harapan hidup tertinggi, perempuan yang berusia lebih dari 100 tahun mencapai hampir 90 persen dari total centenarian.
Faktor Biologis: Kunci Panjang Umur Perempuan
Salah satu penjelasan utama adalah faktor biologis dan genetik. Perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Kromosom X ganda pada perempuan memberikan keunggulan dalam hal pemulihan dan perbaikan sel, sehingga perempuan lebih tahan terhadap kerusakan genetik yang menjadi pemicu penuaan.
Hormon estrogen juga menjadi faktor pelindung yang signifikan. Estrogen berperan menjaga kesehatan pembuluh darah, mengurangi risiko penyakit jantung, serta memiliki efek anti-inflamasi yang memperlambat proses degeneratif. Setelah menopause, kadar estrogen menurun, namun pengaruh positif hormon ini selama masa reproduktif diyakini memberikan kontribusi jangka panjang terhadap kesehatan perempuan.
Ahli genetika dari Universitas Indonesia, Dr. Anita Sari, menyatakan, “Kromosom XX membuat perempuan memiliki mekanisme proteksi genetik yang lebih baik dibanding laki-laki. Ini membantu memperlambat proses penuaan dan meningkatkan daya tahan terhadap berbagai penyakit kronis.”
Peran Gaya Hidup dalam Memperpanjang Usia
Gaya hidup menjadi aspek penting berikutnya yang membedakan harapan hidup antara perempuan dan laki-laki. Survei nasional menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, dan lebih disiplin dalam mengikuti pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang lebih tinggi pada laki-laki menjadi faktor risiko utama menurunnya usia harapan hidup mereka.
Menurut Dr. Rini Lestari, ahli gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, “Perempuan biasanya mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah, serta cenderung menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan gula berlebihan, yang berkontribusi terhadap kesehatan jantung dan metabolisme.”
Selain itu, perempuan umumnya lebih rajin mengikuti program promotif dan preventif, seperti imunisasi, skrining kanker, dan pemeriksaan kesehatan rutin yang dapat mendeteksi penyakit sejak dini.
Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental
Faktor sosial juga berpengaruh besar terhadap kualitas dan lamanya hidup. Perempuan biasanya membangun jaringan sosial yang lebih luas dan kuat, baik dalam keluarga maupun komunitas. Dukungan sosial ini terbukti dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesehatan mental, yang merupakan faktor penting dalam memperpanjang usia hidup.
Psikolog klinis, Dr. Rina Wahyuni, menambahkan, “Hubungan sosial yang positif meningkatkan rasa kebersamaan dan mengurangi risiko depresi dan kesepian pada lansia, yang sangat penting bagi kesehatan jangka panjang.”
Tantangan Kesehatan yang Dihadapi Perempuan Lansia
Meski mendominasi kelompok usia lanjut, perempuan menghadapi sejumlah tantangan kesehatan yang cukup berat. Penyakit seperti osteoporosis, arthritis, dan masalah mobilitas menjadi keluhan umum yang memengaruhi kualitas hidup mereka. Kondisi ini menuntut perhatian khusus dalam penyediaan layanan kesehatan lansia yang ramah dan terpadu.
Selain itu, risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan meningkat pada usia lanjut, terutama bagi perempuan yang kehilangan pasangan atau mengalami isolasi sosial.
Upaya Pemerintah dan Lembaga dalam Mendukung Lansia
Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya mendukung kualitas hidup lansia, termasuk perempuan, melalui berbagai kebijakan dan program. Kementerian Kesehatan, bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan lembaga sosial, mengembangkan program pelayanan kesehatan lansia, penyuluhan gizi, dan aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kemampuan.
Puskesmas di berbagai daerah juga semakin aktif memberikan layanan kunjungan rumah dan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk lansia. Program-program komunitas seperti senam lansia, kelas edukasi kesehatan, dan kegiatan sosial menjadi media efektif untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Implikasi bagi Masyarakat dan Kebijakan
Pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang membuat perempuan cenderung hidup lebih lama dari laki-laki sangat penting untuk merumuskan kebijakan publik yang inklusif dan efektif. Perlu adanya peningkatan fasilitas dan layanan yang tidak hanya fokus pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial lansia.
Selain itu, edukasi bagi masyarakat luas tentang pentingnya pola hidup sehat sejak dini menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas dan harapan hidup generasi mendatang, baik laki-laki maupun perempuan.
Kesimpulan
Fenomena dominasi perempuan dalam usia 100 tahun ke atas merupakan hasil dari kombinasi kompleks antara faktor genetik, hormon, gaya hidup sehat, dan dukungan sosial yang kuat. Tantangan kesehatan yang dihadapi perempuan lanjut usia harus menjadi perhatian serius dalam penyusunan kebijakan kesehatan dan sosial.
Dengan dukungan yang tepat, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati usia lanjut yang sehat, bahagia, dan produktif. Melalui kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat, kualitas hidup para lansia, terutama perempuan, dapat terus ditingkatkan demi masa depan yang lebih baik.