
Bandung, Mata4.com — Dalam upaya melestarikan budaya permainan tradisional Indonesia, khususnya khas Jawa Barat, sebuah acara menarik bernama “Ulinpiade” digelar di Kota Bandung. Acara ini mengangkat berbagai permainan rakyat yang mulai terlupakan oleh generasi muda, seperti Perepet Jengkol, Cingciripit, hingga Gatrik dan beberapa permainan tradisional lainnya. Ulinpiade bukan hanya sekadar kompetisi, melainkan juga wadah edukasi dan hiburan yang bertujuan menjaga agar nilai-nilai budaya dan kebersamaan tetap hidup di tengah derasnya arus modernisasi.
Asal-Usul dan Makna Ulinpiade
Kata “Ulinpiade” sendiri merupakan perpaduan dari bahasa Sunda “ulin” yang berarti bermain, dan kata “olimpiade” yang mengandung arti kompetisi atau lomba. Acara ini lahir dari keprihatinan banyak pihak terhadap berkurangnya minat anak-anak terhadap permainan tradisional yang kaya akan nilai edukasi, sosial, dan budaya. Dengan menghadirkan beragam jenis permainan tradisional, Ulinpiade menjadi wadah yang menyenangkan untuk memperkenalkan kembali warisan leluhur ini ke generasi penerus.
Ketua Panitia Ulinpiade, Ibu Sari Dewi, menjelaskan, “Kami ingin memastikan bahwa anak-anak tidak hanya menghabiskan waktu dengan gadget, tetapi juga belajar bermain secara aktif dengan teman-temannya, mengasah kemampuan motorik dan sosialisasi. Perepet Jengkol, Cingciripit, dan lain-lain ini bukan sekadar permainan, tapi bagian dari identitas budaya yang harus kita jaga.”
Permainan Tradisional: Lebih dari Sekadar Hiburan
Salah satu permainan yang menjadi favorit di Ulinpiade adalah Perepet Jengkol. Permainan ini menguji ketangkasan, strategi, dan keberanian pemain yang harus menghindari kejaran lawan sambil tetap menjaga posisi di arena permainan. Permainan ini menuntut fokus dan refleks yang tajam, sehingga sangat baik untuk perkembangan motorik anak-anak.
Sementara itu, Cingciripit adalah permainan yang menuntut kecermatan dan koordinasi antar pemain. Pemain harus saling berkerja sama untuk menangkap atau menghindari “jerat” yang dibuat dengan cara khas, sehingga permainan ini melatih keterampilan sosial dan kerja sama dalam kelompok.
Selain itu, ada juga permainan Gatrik dan beberapa permainan tradisional lain yang digelar sebagai bagian dari rangkaian kompetisi di Ulinpiade. Semua permainan ini menghadirkan suasana kegembiraan dan keakraban antar peserta, tanpa mengesampingkan nilai-nilai kebersamaan dan sportifitas.
Mengembalikan Keceriaan dan Kreativitas Anak
Dalam era digital yang serba canggih saat ini, anak-anak lebih sering menghabiskan waktu dengan perangkat elektronik yang terkadang membuat mereka kurang bergerak dan kurang berinteraksi sosial secara langsung. Melalui Ulinpiade, para peserta diajak kembali merasakan keceriaan bermain bersama, belajar berbagi, dan saling menghargai satu sama lain.
Acara ini juga diselingi dengan berbagai workshop kreatif dan edukatif yang mendukung pengembangan kemampuan anak, seperti seni tradisional, musik daerah, dan pembuatan mainan dari bahan alami. Dengan demikian, Ulinpiade menjadi sebuah gerakan budaya yang komprehensif untuk membangun karakter anak yang sehat, kreatif, dan penuh rasa cinta terhadap warisan leluhur.

www.service-ac.id
Peran Pemerintah dan Komunitas dalam Melestarikan Budaya
Dinas Kebudayaan Kota Bandung memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Ulinpiade. Kepala Dinas Kebudayaan, Bapak Agus Santoso, menegaskan bahwa pelestarian permainan tradisional sangat penting sebagai bagian dari penguatan karakter dan identitas bangsa.
“Permainan tradisional seperti Perepet Jengkol dan Cingciripit mengandung nilai-nilai yang sangat relevan untuk pendidikan karakter, seperti kebersamaan, disiplin, dan rasa hormat. Melalui Ulinpiade, kami berharap anak-anak lebih mengenal dan mencintai budaya lokal,” ujarnya.
Komunitas budaya lokal juga ikut berperan aktif dengan menyediakan narasumber dan pelatih untuk mengajarkan teknik permainan serta sejarah di balik setiap permainan tradisional yang dihadirkan.
Antusiasme dan Harapan Masyarakat
Ulinpiade mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan masyarakat. Orang tua merasa senang karena anak-anak mereka bisa menikmati waktu dengan cara yang positif dan bermanfaat. Anak-anak sendiri tampak sangat antusias mengikuti berbagai permainan, bahkan ada yang baru pertama kali mencoba permainan tradisional.
Salah satu peserta anak, Raka (10 tahun), mengaku sangat senang bisa ikut Ulinpiade. “Aku senang main Perepet Jengkol karena seru dan bisa lari-lari bareng teman-teman. Aku jadi tahu permainan yang biasanya cuma dengar cerita dari kakek,” ujarnya dengan wajah ceria.
Rencana ke Depan: Membumikan Ulinpiade di Berbagai Daerah
Melihat respon positif yang luar biasa, panitia berencana menjadikan Ulinpiade sebagai agenda tahunan dan memperluas jangkauannya ke berbagai daerah di Indonesia. Rencana ini juga mencakup kerja sama dengan sekolah-sekolah, komunitas budaya, dan pemerintah daerah agar semakin banyak anak-anak yang mendapatkan kesempatan mengenal dan melestarikan permainan tradisional.
Kesimpulan
Ulinpiade menjadi sebuah upaya inovatif yang tidak hanya menghadirkan hiburan, tapi juga mengembalikan makna penting permainan tradisional dalam membentuk generasi penerus yang sehat secara fisik, kuat secara karakter, dan kaya akan nilai budaya. Melalui kegiatan seperti ini, warisan leluhur berupa permainan rakyat dapat terus hidup dan berkembang, menjadi sumber kegembiraan sekaligus pendidikan bagi anak-anak Indonesia.