
Jakarta, Mata4.com — Di tengah meningkatnya tekanan eksternal terhadap perekonomian global, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan bahwa seluruh instrumen kebijakan moneter dan makroprudensial akan dikerahkan secara maksimal guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers rutin BI yang digelar di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta.
“Kami menyadari tekanan terhadap rupiah saat ini bukanlah sesuatu yang kecil. Oleh karena itu, kami mengambil langkah terkoordinasi dan strategis dengan menggunakan semua instrumen yang tersedia,” kata Perry dalam keterangannya di hadapan media.
Kondisi Global Menantang: Tekanan Eksternal Semakin Kuat
Perry menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir sebagian besar dipicu oleh dinamika global yang semakin kompleks. Beberapa faktor utama yang menjadi pemicu antara lain:
- Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed), yang terus menahan suku bunga tinggi akibat inflasi yang belum stabil.
- Perlambatan ekonomi Tiongkok, yang memengaruhi prospek perdagangan dan investasi kawasan Asia.
- Tensi geopolitik global, terutama konflik yang berkepanjangan di Eropa Timur dan Timur Tengah, turut memperburuk sentimen investor.
Kondisi-kondisi tersebut menimbulkan tekanan besar pada mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS, meski secara fundamental kondisi ekonomi nasional dinilai masih kuat.
Langkah Strategis Bank Indonesia
Sebagai respons atas perkembangan tersebut, Bank Indonesia mengambil sejumlah langkah kebijakan yang disebut sebagai “bauran kebijakan terintegrasi” untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar.
Beberapa langkah strategis yang diambil, antara lain:
- Intervensi pasar valas secara langsung dan melalui pasar derivatif untuk menstabilkan fluktuasi nilai tukar.
- Peningkatan BI-Rate (suku bunga acuan) secara hati-hati untuk menjaga daya saing aset keuangan domestik.
- Operasi moneter harian, mingguan, dan tenor menengah untuk mengatur likuiditas perbankan secara presisi.
- Penguatan instrumen lindung nilai (hedging) guna membantu pelaku usaha menghadapi volatilitas nilai tukar.
- Koordinasi erat dengan Kementerian Keuangan dan OJK, terutama dalam menjaga stabilitas sektor keuangan secara umum.
“Kami tidak hanya berbicara soal suku bunga. Kami mengelola pasar, menciptakan kepercayaan, dan menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,” ujar Perry.
Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Kuat
Meski rupiah berada dalam tekanan, Perry menegaskan bahwa fundamental ekonomi nasional masih dalam kondisi baik. Inflasi terkendali di kisaran target 2,5–4 persen, pertumbuhan ekonomi kuartal III diperkirakan tetap stabil di atas 5 persen, dan cadangan devisa berada pada level yang cukup tinggi.
“Cadangan devisa kita mencapai USD 139 miliar, cukup untuk membiayai lebih dari enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Ini menjadi bantalan penting untuk menjaga ketahanan eksternal kita,” ungkap Perry.
Pentingnya Dukungan Investor Domestik dan Kepercayaan Pasar
Bank Indonesia juga mengajak semua pihak, khususnya pelaku pasar dan investor domestik, untuk tetap percaya pada kebijakan otoritas moneter. Perry mengingatkan bahwa fluktuasi jangka pendek adalah hal yang wajar dalam sistem keuangan terbuka, namun kestabilan jangka panjang tetap menjadi prioritas utama.
“Kami menghargai peran investor domestik dalam menjaga stabilitas pasar. Ini adalah momentum bagi kita semua untuk memperkuat pasar keuangan dalam negeri,” ucapnya.
Komunikasi Kebijakan yang Transparan
Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, Perry menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan transparan dari otoritas kebijakan kepada publik dan pelaku pasar. Ia menyebutkan bahwa Bank Indonesia akan terus menyampaikan perkembangan situasi dan arah kebijakan secara berkala agar ekspektasi pasar tetap terjaga.
“Komunikasi adalah bagian dari kebijakan. Dengan transparansi, kami ingin memastikan bahwa pelaku ekonomi memahami arah kebijakan dan tidak bereaksi berlebihan terhadap gejolak jangka pendek,” tegasnya.
Transformasi Ekonomi Digital dan Reformasi Berkelanjutan
Di luar kebijakan stabilisasi jangka pendek, Perry juga menyoroti upaya jangka panjang Bank Indonesia dalam memperkuat struktur ekonomi melalui transformasi digital dan reformasi keuangan. Pengembangan QRIS lintas negara, digitalisasi sistem pembayaran, serta penguatan inklusi keuangan tetap menjadi agenda utama BI.
“Ketahanan ekonomi tidak cukup hanya dibangun dari sisi moneter. Perlu dukungan sistem pembayaran yang kuat, literasi keuangan, dan ekosistem digital yang menyeluruh,” katanya.
Penutup: BI Siap Hadapi Tantangan
Melalui pernyataannya, Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan sinyal kuat bahwa Bank Indonesia siap menghadapi dinamika global dengan langkah yang terukur dan komprehensif. Dengan dukungan berbagai instrumen kebijakan dan kerja sama lintas lembaga, Bank Indonesia bertekad menjaga stabilitas nilai tukar dan ketahanan ekonomi nasional di tengah gelombang ketidakpastian global.
“Bank Indonesia akan selalu hadir, responsif, dan adaptif terhadap setiap tantangan. Stabilitas rupiah adalah bagian dari stabilitas ekonomi nasional. Dan kami akan pastikan itu tetap terjaga,” pungkas Perry.