Bengkulu, Mata4.com — Populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Provinsi Bengkulu kini berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Satwa langka yang menjadi simbol kekayaan hayati Sumatera itu diperkirakan hanya tersisa sekitar 25 ekor di kawasan Bentang Alam Seblat.
Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, penurunan populasi gajah terjadi akibat perambahan hutan dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Aktivitas manusia yang semakin meluas membuat ruang jelajah gajah semakin sempit dan sumber pakan berkurang.

“Habitat gajah terus terdesak karena pembukaan lahan tanpa izin. Ini juga meningkatkan risiko konflik antara manusia dan satwa,” ujar seorang pejabat BKSDA Bengkulu, Rabu (5/11/2025).
Akibat kehilangan habitat, gajah sering keluar dari kawasan hutan untuk mencari makan dan memasuki lahan pertanian warga. Situasi ini memicu konflik manusia dan satwa liar, yang berpotensi membahayakan kedua pihak.
Pemerintah bersama lembaga konservasi kini memperkuat patroli hutan, edukasi masyarakat, dan penegakan hukum terhadap pelaku perambahan. Upaya ini diharapkan dapat menjaga keberlangsungan populasi gajah Sumatera yang tersisa di Bengkulu.
