Jakarta, Mata4.com — Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan instruksi strategis terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG), dengan usulan untuk mengurangi sementara penggunaan telur ayam dan menggantinya dengan telur puyuh atau daging sapi. Langkah ini diambil menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), sebagai upaya antisipatif terhadap potensi lonjakan harga pangan.
Latar Belakang Kebijakan
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, menyatakan bahwa perintah tersebut disampaikan oleh Presiden Prabowo dalam rapat di Istana Kepresidenan.
Menurut Nanik, gejala kenaikan harga pangan — terutama telur, daging ayam, dan buah — sudah mulai terlihat di sejumlah daerah. Presiden khawatir, lonjakan permintaan telur menjelang Nataru bisa memicu tekanan harga yang berdampak di masyarakat luas.
Strategi Substitusi Lauk MBG
- Pengurangan telur ayam — Presiden mengusulkan agar konsumsi telur ayam dalam menu MBG dikurangi sementara.
- Penggantian dengan telur puyuh atau daging sapi — Sebagai alternatif protein hewani, disarankan memasukkan telur puyuh atau daging sapi ke dalam lauk MBG.
- Fleksibilitas menu — Instruksi ini mencerminkan dorongan agar menu MBG lebih adaptif terhadap kondisi pasar dan ketersediaan bahan pangan menjelang momen kritis seperti Nataru.
Upaya Kemandirian Pangan Jangka Panjang
Selain substitusi jangka pendek, BGN mempercepat kerja sama lintas lembaga untuk memperkuat kemandirian bahan baku MBG:
- TNI Angkatan Darat — Ditetapkan akan mengerahkan Kodim untuk menanam sayur dan beternak ayam, guna mendukung pasokan lokal.
- Kementerian Koperasi — Menyiapkan pembiayaan awal hingga Rp 300 miliar untuk koperasi petani dan peternak (sayur, buah, unggas) agar memasok MBG.
- Pemanfaatan lahan lokal — Kolaborasi dengan pemerintah daerah melalui Kementerian Dalam Negeri untuk memanfaatkan lahan kosong di tingkat RT/RW sebagai area produksi pangan.
Langkah-langkah ini diperkuat dengan dasar regulasi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2025 tentang perizinan berusaha berbasis risiko.

Analisis Implikasi Kebijakan
- Stabilisasi harga pangan: Substitusi protein dalam program MBG dapat membantu meredam tekanan permintaan telur ayam di pasar pada masa puncak, sehingga menjaga keterjangkauan harga bagi masyarakat.
- Tantangan logistik dan gizi: Pergeseran menu dari telur ayam ke alternatif lain seperti puyuh atau sapi harus mempertimbangkan aspek gizi anak-anak penerima MBG, serta kesiapan rantai pasok distribusi.
- Kemandirian pangan: Kebijakan jangka panjang menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat produksi lokal.
- Risiko dan pengawasan: Implementasi substitusi harus diawasi agar perubahan menu tidak menurunkan kualitas gizi dan tetap efisien secara anggaran.
Usulan Presiden Prabowo mengganti lauk MBG — dari telur ayam ke telur puyuh atau daging sapi — adalah langkah antisipatif yang strategis dalam menghadapi potensi kelangkaan pangan dan lonjakan harga menjelang Natal dan Tahun Baru. Meski bersifat sementara, kebijakan ini juga dipadukan dengan upaya jangka panjang melalui kolaborasi lintas lembaga untuk memperkuat kemandirian pasokan bahan pangan. Keberhasilan kebijakan ini akan sangat bergantung pada pelaksanaan di lapangan dan pemantauan yang ketat agar tidak mengorbankan kualitas gizi dan keberlanjutan program.
