Kuala Lumpur, Juni 2025 – Kiprah pemuda Indonesia kembali bersinar di panggung internasional. Melalui program International Volunteer Youth ID 2025, puluhan pemuda terpilih berangkat ke tiga negara—Malaysia, Singapura, dan Thailand—untuk menjalankan misi sosial: memperjuangkan akses pendidikan yang setara bagi anak-anak pekerja migran Indonesia.
Program ini digagas oleh Yayasan Semangat Muda Indonesia (SMI), dan tahun ini mengangkat tema besar: “Kesetaraan Fasilitas Pendidikan bagi Seluruh Anak Pekerja Migran di Luar Negeri.”
Misi Utama: Pendidikan untuk Semua
Selama program berlangsung, para relawan muda menjalankan berbagai kegiatan, mulai dari:
- Teaching Project, yaitu kegiatan belajar-mengajar langsung kepada anak-anak migran Indonesia di pusat-pusat pendidikan komunitas.
- Forum Sosial dan Diskusi Terbuka bersama pihak kedutaan, aktivis pendidikan, dan pegiat hak anak.
- Kunjungan akademik ke universitas ternama seperti Prince of Songkla University (Thailand) dan International Islamic University Malaysia (IIUM).
Tujuan utama dari rangkaian ini adalah untuk memperkuat advokasi akan pentingnya pendidikan yang merata bagi seluruh WNI di luar negeri, khususnya anak-anak yang terdampak migrasi orang tua mereka.
Dukungan dari Pemerintah & Diplomasi Sosial
Salah satu forum diskusi strategis diselenggarakan di KBRI Kuala Lumpur, dengan kehadiran Berhan Akla Muqtadir, Sekretaris Penerangan Sosial dan Budaya. Ia menyampaikan apresiasinya terhadap semangat para relawan:
“Program seperti ini adalah bentuk nyata dari diplomasi sosial. Pemuda Indonesia kini menjadi duta kebaikan dan perubahan,” ujarnya.
Pihak sekolah Indonesia di Malaysia pun turut mendukung. Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Friny Napasti, menyatakan bahwa kolaborasi lintas pemuda dan institusi pendidikan menjadi kunci dalam memajukan literasi anak migran.
Dampak & Harapan
Ketua panitia program, Muhammad Randi Setiadi, menegaskan bahwa ini bukan sekadar kegiatan sukarela, tetapi gerakan jangka panjang:
“Kami ingin menciptakan dampak sosial yang konkret. Kami percaya, pendidikan anak-anak migran Indonesia harus menjadi tanggung jawab bersama.”
Ketua Yayasan SMI, Siti Nur Azizah, menambahkan bahwa kegiatan ini juga dirancang untuk memperkuat kepemimpinan pemuda, membuka jejaring global, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap isu-isu kemanusiaan lintas negara.
