Jakarta, 16 Juli 2025 — Memasuki tahun ajaran baru 2025/2026, ribuan sekolah di seluruh Indonesia kembali menggelar kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi siswa baru di jenjang SD, SMP, SMA, hingga SMK. Namun, pelaksanaan MPLS tahun ini terasa berbeda. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan konsep “MPLS Ramah” sebagai bentuk pembaruan total terhadap kegiatan pengenalan sekolah yang selama ini masih menyisakan praktik-praktik kekerasan, perpeloncoan, dan tekanan psikologis terhadap peserta didik baru.
Dengan semangat Merdeka Belajar, pelaksanaan MPLS 2025 kini difokuskan pada pembentukan karakter, penguatan nilai-nilai kebangsaan, literasi dasar, dan penanaman budaya sekolah yang positif sejak hari pertama siswa masuk sekolah.
Durasi Diperpanjang untuk Adaptasi Lebih Baik
Salah satu perubahan mencolok dalam pelaksanaan MPLS 2025 adalah perpanjangan durasi kegiatan. Bila sebelumnya MPLS dilaksanakan hanya selama tiga hari, kini banyak sekolah mengalokasikan waktu hingga lima hari penuh, dari Senin hingga Jumat.
Langkah ini diambil untuk memberi ruang adaptasi yang lebih luas bagi siswa baru agar tidak hanya mengenal lingkungan fisik sekolah, tetapi juga mengenali nilai-nilai, tata tertib, visi-misi, budaya belajar, serta mengenali guru dan teman-teman barunya secara lebih mendalam.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek, Dr. Ratna Sari, menyatakan bahwa MPLS adalah momen penting dalam transisi anak menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
“MPLS bukan lagi kegiatan formalitas. Ini adalah masa transisi emosional dan sosial bagi anak-anak. Perlu dilakukan secara bertahap, menyenangkan, dan bermakna,” ujarnya.
Isi Kegiatan Lebih Edukatif dan Humanis
Kemendikbudristek menegaskan bahwa semua kegiatan MPLS harus bebas dari kekerasan, perundungan, pelecehan, dan aktivitas tidak mendidik. Sekolah diwajibkan menyusun rangkaian kegiatan yang edukatif, inklusif, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Materi MPLS 2025 mencakup:
- Pengenalan visi, misi, dan tata tertib sekolah
- Edukasi kesehatan fisik dan mental
- Pengenalan budaya sekolah dan program ekstrakurikuler
- Wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila
- Literasi digital dan etika bermedia sosial
- Pencegahan perundungan dan kekerasan seksual
- Penguatan karakter dan semangat belajar
Beberapa sekolah bahkan menggandeng narasumber profesional seperti psikolog anak, aktivis literasi, petugas kesehatan, dan alumni inspiratif untuk memberikan materi dengan pendekatan yang lebih komunikatif dan aplikatif.
Tes Literasi dan Numerasi Dasar Diperkenalkan
Inovasi lain yang diterapkan dalam MPLS tahun ini adalah penerapan asesmen awal kemampuan literasi dan numerasi. Tes ini bukan bersifat kompetitif atau penilaian akademik, tetapi sebagai diagnostik awal untuk mengetahui kemampuan dasar siswa secara individual.
Guru-guru akan memanfaatkan hasil tes ini untuk menyusun strategi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Kepala SMPN 7 Surabaya, Drs. Hadi Prasetyo, menyambut baik kebijakan ini.
“Asesmen literasi awal sangat membantu kami sebagai guru. Kami jadi tahu bagaimana menyesuaikan metode mengajar dengan profil siswa,” ujar Hadi.
Orang Tua Diajak Terlibat Aktif Sejak Hari Pertama
Dalam semangat kolaborasi antara sekolah dan rumah, pelaksanaan MPLS 2025 juga melibatkan orang tua/wali murid dalam hari pertama pelaksanaan kegiatan. Mereka diajak hadir untuk mengenal pihak sekolah, memahami program pembinaan, serta membangun komunikasi yang sehat antara keluarga dan guru.
Sekolah-sekolah unggulan di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta bahkan menyelenggarakan sesi khusus untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan, isu-isu remaja masa kini, dan cara mendampingi anak belajar secara positif di era digital.
Mencegah Perundungan dan Kekerasan Sejak Dini
Kemendikbudristek bersama Satgas Anti-Kekerasan Pendidikan berkomitmen memperkuat pengawasan pelaksanaan MPLS 2025. Sekolah yang masih melakukan praktik perpeloncoan, kekerasan fisik, atau pelecehan verbal akan diberi sanksi tegas sesuai peraturan yang berlaku.
Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, sebelumnya menegaskan bahwa sekolah harus menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak.
“Kita ingin menciptakan ruang aman untuk semua anak Indonesia. MPLS harus menjadi langkah awal yang memperkuat kepercayaan diri dan rasa memiliki terhadap sekolah,” tegasnya dalam siaran pers pekan lalu.
Menuju MPLS yang Bermakna dan Berkelanjutan
Dengan berbagai terobosan baru, pelaksanaan MPLS Ramah 2025 diharapkan dapat membangun ekosistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi akademik, tetapi juga mendukung tumbuh kembang anak secara utuh—baik secara emosional, sosial, maupun spiritual.
Langkah-langkah ini juga selaras dengan Profil Pelajar Pancasila, yang menekankan pentingnya kemandirian, gotong royong, dan akhlak mulia sebagai fondasi pendidikan di Indonesia.
MPLS kini bukan lagi ajang formalitas atau pelampiasan senioritas, tapi awal dari perjalanan pendidikan yang bermakna. Dengan pendekatan yang lebih ramah, partisipatif, dan menyenangkan, MPLS 2025 membuka pintu menuju pendidikan yang lebih manusiawi, berkualitas, dan inklusif bagi semua.
