
Jakarta, Mata4.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Selasa pagi, 30 September 2025. Berdasarkan data perdagangan pasar spot pada pukul 09.00 WIB, rupiah berada di posisi Rp15.720 per dolar AS, turun dari penutupan sebelumnya di level Rp15.680. Melemahnya nilai tukar ini memperpanjang tren tekanan terhadap rupiah dalam beberapa pekan terakhir.
Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian global, terutama terkait arah kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), serta berbagai dinamika ekonomi domestik yang turut memberikan tekanan terhadap stabilitas nilai tukar.
Ketidakpastian Global Bayangi Aset Berisiko
Sejak awal kuartal ketiga 2025, pasar keuangan global bergerak cukup volatil. Data inflasi di AS yang masih berada di atas target The Fed memicu ekspektasi bahwa kebijakan suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama dari yang sebelumnya diperkirakan. Hal ini memicu penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
“Pelaku pasar saat ini berada dalam mode ‘wait and see’ terhadap arah kebijakan suku bunga AS. Ketika ekspektasi pasar mengarah ke suku bunga tetap tinggi, maka arus modal cenderung keluar dari negara berkembang menuju aset dolar AS,” ungkap Fajar Prasetyo, ekonom dari Institute for Emerging Markets Studies (IEMS), Selasa pagi.
Penguatan dolar AS juga didukung oleh permintaan yang tinggi terhadap aset safe haven di tengah tensi geopolitik yang masih tinggi, khususnya konflik berkepanjangan di Timur Tengah serta ketegangan baru antara blok Barat dan Asia Timur yang belum mereda.
Tekanan Domestik Masih Terbatas, Tapi Perlu Diwaspadai
Sementara dari dalam negeri, Indonesia mencatat sejumlah indikator ekonomi yang masih cukup positif, seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5,1 persen dan neraca perdagangan yang tetap surplus. Namun demikian, pelaku pasar mencermati tanda-tanda perlambatan konsumsi domestik, terutama akibat naiknya harga energi dan bahan pokok dalam dua bulan terakhir.
“Fundamental ekonomi Indonesia cukup solid. Namun tekanan dari sisi harga komoditas energi global yang naik bisa memicu inflasi tambahan dan mengurangi daya beli masyarakat. Ini bisa memengaruhi persepsi pasar terhadap stabilitas ekonomi ke depan,” ujar Destri Damayanti, Deputi Gubernur Bank Indonesia dalam keterangan pers.
Bank Indonesia menegaskan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar melalui berbagai instrumen, termasuk intervensi valas dan operasi pasar terbuka. Hingga akhir Agustus 2025, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$135 miliar, cukup untuk menutupi kebutuhan impor dan pembayaran utang jangka pendek.
Prediksi Pergerakan Nilai Tukar dan Langkah Antisipasi
Sejumlah analis memprediksi bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi mengalami tekanan hingga akhir kuartal IV 2025 jika ketidakpastian global tidak mereda. Rentang nilai tukar diproyeksikan akan bergerak antara Rp15.700–Rp15.900 per dolar AS, tergantung pada pernyataan resmi dari The Fed dalam pertemuan berikutnya, serta data ekonomi domestik seperti inflasi dan realisasi anggaran pemerintah.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia terus menekankan pentingnya menjaga persepsi positif investor terhadap ekonomi nasional, dengan memastikan stabilitas fiskal, mempercepat realisasi belanja infrastruktur, serta menjaga kelancaran distribusi bahan pokok untuk mengendalikan inflasi.
“Kami terus memantau perkembangan ekonomi global dan regional, serta memperkuat koordinasi dengan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sektor keuangan nasional,” ujar Mastari Wibowo, Kepala Pusat Kebijakan Fiskal Kemenkeu.
Imbauan kepada Pelaku Usaha dan Masyarakat
Dalam situasi nilai tukar yang fluktuatif, pelaku usaha diimbau untuk memperkuat strategi lindung nilai (hedging), khususnya bagi perusahaan yang memiliki kewajiban dalam mata uang asing. Masyarakat juga diingatkan untuk tidak terprovokasi oleh spekulasi yang tidak bertanggung jawab, serta lebih bijak dalam menyikapi dinamika ekonomi saat ini.
Redaksi mengingatkan bahwa nilai tukar adalah instrumen yang sangat dinamis dan dipengaruhi banyak faktor, baik domestik maupun internasional. Meskipun pelemahan terjadi, stabilitas makroekonomi Indonesia secara umum masih berada dalam kondisi yang relatif terkendali.
Penutup
Nilai tukar rupiah yang dibuka melemah pada 30 September 2025 menandakan bahwa tantangan ekonomi global belum mereda sepenuhnya. Namun, langkah responsif dari otoritas moneter dan fiskal serta fondasi ekonomi yang masih kuat memberikan harapan bahwa tekanan ini dapat dikelola dengan baik.
Masyarakat dan pelaku pasar diharapkan tetap tenang dan rasional dalam menyikapi kondisi ini, sembari menanti perkembangan kebijakan moneter global dan strategi domestik yang lebih konkret dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.