Bekasi, Mata4.com – Jepang mencatat sejarah baru! Ketua Partai Demokrat Liberal (LDP), Sanae Takaichi, resmi dikukuhkan sebagai Perdana Menteri (PM) perempuan pertama Jepang pada Selasa (21/10/2025).
Pengangkatan Takaichi oleh parlemen bukan sekadar pergantian tampuk kekuasaan, tetapi juga momentum monumental bagi representasi perempuan di dunia politik Negeri Sakura. Takaichi meraih 237 suara di majelis rendah, mengungguli pesaingnya dari Partai Demokrat Konstitusional, Yoshihiko Noda, yang hanya mendapatkan 149 suara.
Meskipun secara de facto telah memimpin pemerintahan baru, Takaichi masih menunggu ritual pelantikan resmi oleh Kaisar Naruhito sebelum sepenuhnya menggantikan PM sebelumnya, Shigeru Ishiba, yang mengundurkan diri pada September lalu.
Konservatif Berjiwa Rocker
Takaichi bukan nama baru dalam politik Jepang. Mantan Menteri Dalam Negeri ini dikenal luas sebagai sekutu dekat dan anak didik almarhum mantan PM Shinzo Abe. Di bawah kepemimpinan Abe, ia memegang sejumlah jabatan strategis, antara lain:

- Menteri Negara untuk Urusan Okinawa
- Menteri Sains dan Teknologi
- Menteri Inovasi
- Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi
Takaichi dikenal sebagai politikus ultra-konservatif, taat pada nilai-nilai tradisional Jepang, dan kerap dijuluki ‘Iron Lady’ karena ketegasan dan gaya blak-blakannya di parlemen.
Namun, di balik citra politikus konservatif, Takaichi memiliki sisi nyentrik. Ia gemar bermain drum dan merupakan penggemar berat musik heavy metal, termasuk band seperti Iron Maiden, Black Sabbath, dan Deep Purple. Selain musik, ia juga dikenal sebagai penggemar fanatik tim bisbol Hanshin Tigers.
Tantangan Kepemimpinan Baru
Kini, dengan kombinasi pengalaman politik yang luas, konservatisme yang kuat, dan passion unik, dunia menantikan bagaimana gaya kepemimpinan PM perempuan pertama Jepang ini akan memengaruhi:
- Kebijakan domestik Jepang, terutama soal ekonomi dan inovasi
- Hubungan geopolitik Asia, termasuk isu ketegangan regional
- Peran perempuan dalam politik dan pemerintahan
Sanae Takaichi bukan sekadar simbol perubahan gender, tetapi juga sosok yang menghadirkan kombinasi unik antara tradisi politik dan gaya hidup modern, mencerminkan wajah baru Jepang di mata dunia.
