India — Sebuah video dokumenter yang memperlihatkan proses pembuatan sandal karet secara tradisional di India tengah menarik perhatian publik. Tak disangka, sandal-sandal karet sederhana yang sering digunakan masyarakat Indonesia untuk aktivitas sehari-hari ternyata berasal dari proses produksi yang masih mengandalkan tenaga manusia dan peralatan manual.
Dalam video yang viral di media sosial tersebut, tampak sejumlah pekerja lokal di India dengan cekatan mencetak, memotong, dan merakit sandal karet menggunakan alat sederhana. Tanpa mesin industri canggih, proses ini tetap berjalan efektif berkat keterampilan dan ketelitian para pekerjanya.
Proses Manual, Hasil Maksimal
Pembuatan sandal dimulai dari pencetakan lembaran karet, yang kemudian dipotong sesuai bentuk sol. Selanjutnya, bagian atas sandal seperti tali atau pengait dipasang secara manual. Setelah melewati proses pengecekan, sandal-sandal tersebut dikemas dan siap didistribusikan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Meski tampak sederhana, pekerjaan ini menuntut ketelitian tinggi dan kerja keras. Sebagian besar pekerja melakukannya dalam kondisi yang minim teknologi, namun tetap menghasilkan produk yang layak pakai, tahan lama, dan ekonomis.
Dari Pabrik Tradisional ke Rak Toko di Indonesia
Sandal karet buatan India ini diekspor dalam jumlah besar ke berbagai negara Asia dan Afrika. Di Indonesia sendiri, sandal ini umum dijumpai di pasar tradisional hingga toko swalayan, sering digunakan untuk kegiatan santai, ke warung, atau sebagai alas kaki harian di rumah.
Konsumen Indonesia mengenalnya sebagai sandal yang murah, ringan, dan nyaman dipakai. Namun hanya sedikit yang mengetahui bahwa di baliknya ada cerita tentang tenaga kerja di India yang bergantung pada industri kerajinan seperti ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Menghargai Produk Sehari-hari
Viralnya video ini membuka mata banyak orang tentang pentingnya menghargai produk-produk sederhana yang sering dianggap sepele. Proses produksi manual yang dilakukan oleh pekerja di India bukan hanya menciptakan alas kaki, tetapi juga menjadi bagian dari mata rantai ekonomi masyarakat kelas bawah di sana.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa di balik kenyamanan yang kita nikmati setiap hari, ada kerja keras orang-orang yang tak terlihat, namun berperan besar dalam kehidupan kita.
