Sukabumi, Mata4.com — Kondisi memprihatinkan dialami Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunungbatu, yang terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Sekolah yang berdiri sejak era 1980-an ini mengalami kerusakan parah pada bangunan fisik, dan menurut penuturan warga dan pihak sekolah, kerusakan tersebut sudah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
Atap ruang kelas bocor, dinding retak, jendela rusak, lantai mengelupas, hingga kondisi kamar mandi yang tak layak pakai — itulah pemandangan sehari-hari di sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar aman dan nyaman bagi para siswa.
Kerusakan Tak Kunjung Diperbaiki
Meski sudah diajukan proposal dan laporan kerusakan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, warga menyebut belum pernah ada realisasi nyata dari pemerintah daerah untuk memperbaiki fasilitas sekolah tersebut. Beberapa kali tinjauan dilakukan, namun belum juga ada kejelasan mengenai anggaran maupun waktu pelaksanaan renovasi.
“Sekolah ini rusak sudah sejak saya kecil. Sekarang anak saya pun masih belajar di bangunan yang sama, tanpa perubahan berarti,” ungkap Asep Ridwan, warga dan juga mantan murid SDN Gunungbatu.
Pihak sekolah menyampaikan, mereka telah beberapa kali menyusun laporan kondisi bangunan dan kebutuhan rehabilitasi kepada pihak dinas. Namun hingga tahun ajaran 2025/2026 berjalan, tidak ada respons tertulis ataupun bantuan fisik yang turun.
Warga Bergerak Mandiri: Gotong Royong Jadi Solusi
Melihat lambannya penanganan, warga sekitar bersama orang tua siswa berinisiatif melakukan perbaikan secara swadaya. Pada awal Oktober 2025, puluhan orang berkumpul di halaman sekolah untuk mulai memperbaiki bagian-bagian bangunan yang paling mengkhawatirkan.
Material bangunan seperti genting, semen, kayu, dan cat dikumpulkan melalui sumbangan warga, sementara tenaga perbaikan dikerjakan secara bergiliran oleh masyarakat dan orang tua siswa.
“Kami tidak punya pilihan selain gotong royong. Ini demi keselamatan anak-anak. Jangan sampai menunggu ada yang tertimpa plafon baru ada tindakan,” ujar Dede Suhendar, tokoh masyarakat setempat.
Beberapa ruang kelas yang sebelumnya sudah tidak digunakan karena kondisinya berbahaya, kini perlahan diperbaiki agar bisa dimanfaatkan kembali. Fokus utama perbaikan adalah atap, lantai, dan ventilasi agar ruang kelas layak digunakan saat musim hujan tiba.
Proses Belajar Sering Terganggu
Menurut para guru, kondisi bangunan sekolah telah beberapa kali mengganggu proses belajar-mengajar. Ketika hujan turun, sejumlah kelas tergenang air karena atap bocor. Di musim kemarau, debu dari dinding dan plafon yang rapuh sering menimbulkan masalah kesehatan bagi siswa.
“Kadang kami harus memindahkan anak-anak ke aula kecil karena ruang kelas terlalu basah atau tidak aman. Ini bukan lagi nyaman atau tidak, tapi menyangkut keselamatan,” kata salah satu guru yang enggan disebutkan namanya.
Selain itu, keterbatasan ruang akibat kerusakan membuat beberapa kelas harus digabung atau belajar secara bergiliran.
Tuntutan kepada Pemerintah Daerah
Warga dan pihak sekolah berharap agar pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, segera memberikan perhatian serius terhadap kondisi SDN Gunungbatu. Mereka menilai, infrastruktur pendidikan semestinya menjadi prioritas, terutama bagi sekolah-sekolah yang berada di wilayah non-perkotaan.
“Kami membayar pajak, kami ikut pemilu, kami bagian dari republik ini. Tapi kenapa sekolah anak-anak kami diabaikan begitu lama?” ujar Siti Nurhayati, salah satu wali murid.
Warga juga menekankan bahwa gotong royong bukan solusi jangka panjang. Pemerintah tetap memiliki kewajiban konstitusional untuk menjamin tersedianya sarana pendidikan yang layak dan aman, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Belum Ada Respons Pemerintah
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Kabupaten Sukabumi terkait kondisi SDN Gunungbatu. Redaksi telah mencoba menghubungi Dinas Pendidikan, namun belum memperoleh jawaban atas konfirmasi yang dikirimkan.

