
Jakarta, Mata4.com — Di tengah tantangan pendidikan yang masih berat di Afghanistan, terutama di daerah-daerah terdampak konflik dan kemiskinan, sebuah kisah memilukan datang dari seorang siswa sekolah rakyat yang harus mengalami putus sekolah selama dua tahun terakhir. Anak tersebut sejak kecil kehilangan kedua orangtuanya dan harus menjalani kehidupan tanpa pendampingan keluarga inti, menghadapi berbagai kesulitan ekonomi dan sosial yang berujung pada terhentinya pendidikan.
Kehidupan yang Berat dan Perjuangan Anak
Siswa ini tinggal di sebuah desa kecil di Afghanistan yang infrastrukturnya masih sangat minim. Kehilangan orangtua sejak dini membuat ia harus bertahan hidup bersama sanak keluarga lain yang juga memiliki keterbatasan ekonomi. “Dia anak yang cerdas dan rajin, tapi situasi keluarganya sangat sulit,” ujar seorang guru sekolah rakyat tersebut. “Dia harus bekerja membantu keluarganya sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran secara rutin.”
Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan anak seusianya yang mendapatkan dukungan penuh dari orangtua. Tidak adanya bimbingan dan perlindungan keluarga menyebabkan ia harus menghadapi tekanan psikologis yang cukup berat, termasuk rasa kesepian dan ketidakpastian masa depan.
Dampak Putus Sekolah terhadap Perkembangan Anak
Putus sekolah selama dua tahun bukan hanya membuat anak ini tertinggal secara akademis, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan emosional dan sosialnya. Guru dan psikolog pendidikan menekankan bahwa putus sekolah berkepanjangan bisa menyebabkan anak kehilangan rasa percaya diri dan motivasi belajar.
“Anak-anak yang terputus sekolah dalam waktu lama biasanya kesulitan untuk kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Mereka juga berisiko mengalami gangguan psikologis seperti stres dan kecemasan,” kata psikolog pendidikan yang bekerja di wilayah tersebut.
Dari segi akademis, materi pelajaran yang tertinggal selama dua tahun menjadi tantangan besar bagi anak untuk mengejar ketertinggalan tersebut, apalagi tanpa adanya sistem pembelajaran yang memadai dan dukungan khusus.
Kondisi Pendidikan di Afghanistan: Sebuah Gambaran Luas
Kisah siswa ini merupakan cerminan dari kondisi pendidikan di Afghanistan yang menghadapi berbagai kendala serius. Konflik yang berkepanjangan, kemiskinan, dan ketidakstabilan politik menyebabkan banyak anak-anak kehilangan akses ke pendidikan yang layak.
Menurut data UNICEF dan lembaga pendidikan internasional, sekitar 3 juta anak di Afghanistan tidak mendapatkan pendidikan formal. Faktor-faktor utama yang menyebabkan putus sekolah adalah kemiskinan, konflik, kekerasan, dan kehilangan anggota keluarga inti seperti orangtua.
Upaya Pemerintah dan Lembaga Internasional
Pemerintah Afghanistan bersama organisasi internasional dan LSM kemanusiaan berupaya mengatasi persoalan ini dengan berbagai program pendidikan inklusif, beasiswa, serta dukungan psikososial bagi anak-anak yang terdampak.
Beberapa program yang telah berjalan antara lain pembukaan sekolah darurat di daerah konflik, pelatihan guru, dan penyediaan bantuan materiil seperti buku dan perlengkapan sekolah. Namun, tantangan geografis, keamanan, dan dana masih menjadi kendala utama.
Peran Sekolah dan Komunitas Lokal
Sekolah rakyat tempat siswa ini belajar berusaha memberikan dukungan terbaik meskipun dengan keterbatasan fasilitas dan tenaga pengajar. “Kami mencoba memberikan perhatian khusus dengan metode pembelajaran fleksibel dan pendekatan personal agar siswa yang tertinggal bisa kembali belajar,” jelas salah satu guru.
Komunitas lokal juga diharapkan dapat berperan aktif dalam mendukung anak-anak yang menghadapi masalah sosial dan ekonomi agar tidak putus sekolah. Kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan.
Harapan dan Solusi Jangka Panjang
Masa depan anak-anak seperti siswa ini sangat bergantung pada dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga lembaga internasional. Bantuan finansial, pendampingan psikologis, serta program pelatihan keterampilan menjadi solusi penting untuk membantu mereka kembali melanjutkan pendidikan.
“Kita harus memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang,” tegas aktivis pendidikan yang telah lama bekerja di wilayah tersebut. “Pendidikan adalah hak asasi yang harus dijaga dan diperjuangkan.”
Penutup
Kisah siswa sekolah rakyat Afghanistan yang putus sekolah selama dua tahun akibat kehilangan orangtua ini menjadi pengingat pentingnya perhatian kita terhadap anak-anak yang rentan. Masyarakat internasional diharapkan dapat meningkatkan dukungan bagi program pendidikan dan perlindungan anak di daerah-daerah yang terdampak konflik dan kemiskinan.