
Jakarta, Mata4.com — Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terus meningkat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi obesitas pada orang dewasa Indonesia telah mencapai angka yang mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir. Selain dampak langsung pada kesehatan fisik, seperti peningkatan risiko diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan metabolik lainnya, obesitas juga menimbulkan konsekuensi serius di ranah psikologis.
Para ahli kesehatan mental dan sosial memperingatkan bahwa stigma sosial yang melekat pada individu dengan obesitas dapat menimbulkan luka psikologis yang sangat dalam dan berpotensi memicu gangguan mental seperti depresi. Stigma ini sering kali berupa perlakuan diskriminatif, pelecehan verbal, serta stereotip negatif yang menyudutkan mereka sebagai sosok yang malas, tidak disiplin, atau kurang berkeinginan untuk berubahStigma Obesitas: Beban Psikologis yang Terabaikan
Menurut Psikolog Klinis Dr. Maya Saraswati, stigma obesitas bukan hanya sekadar perlakuan sosial yang menyakitkan secara emosional, melainkan juga dapat memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan mental secara menyeluruh.
“Orang dengan obesitas kerap mengalami tekanan sosial yang berat, mulai dari ejekan, perlakuan tidak adil di lingkungan kerja, hingga diskriminasi di fasilitas umum. Tekanan ini jika dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan perasaan malu, rendah diri, isolasi sosial, dan bahkan depresi,” ujar Dr. Maya saat ditemui di Jakarta.
Stigma obesitas dapat menghambat individu untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial maupun kegiatan yang dapat membantu mereka meningkatkan kesehatan, seperti olahraga atau konsultasi medis. Kondisi ini memperparah lingkaran setan obesitas dan masalah mental.
Data dan Studi Ilmiah Mendukung
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa individu yang mengalami stigma obesitas memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan lebih rentan terhadap gangguan kecemasan serta depresi dibandingkan mereka yang tidak mengalami diskriminasi semacam itu. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Obesity Reviews menunjukkan bahwa stigma obesitas berkontribusi pada penurunan kualitas hidup dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental.
Sebuah survei nasional di Indonesia pada tahun 2023 menemukan bahwa sekitar 60% orang dewasa dengan obesitas melaporkan pernah mengalami diskriminasi atau perlakuan negatif yang terkait dengan berat badan mereka, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, maupun fasilitas kesehatan.
Stigma dari Berbagai Sisi: Masyarakat, Keluarga, dan Tenaga Medis
Tidak hanya masyarakat umum, stigma obesitas juga dapat muncul dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan tenaga medis. Padahal, dukungan keluarga dan tenaga kesehatan sangat krusial dalam upaya penanganan obesitas.
Dr. Maya menegaskan, “Ketika stigma justru datang dari tenaga kesehatan yang seharusnya menjadi pendukung utama, hal ini dapat memperburuk keadaan pasien. Pasien merasa enggan berkonsultasi atau mengikuti pengobatan karena takut dihakimi.”
Menurut data dari Ikatan Dokter Indonesia, belum semua tenaga medis mendapatkan pelatihan tentang bagaimana menangani pasien obesitas secara empatik dan holistik, yang turut berkontribusi pada kurangnya dukungan psikologis yang memadai.
Kompleksitas Penyebab Obesitas
Obesitas merupakan hasil interaksi kompleks berbagai faktor, tidak hanya pola makan atau kurang aktivitas fisik, tetapi juga faktor genetik, hormonal, psikologis, hingga sosial ekonomi. Oleh sebab itu, menyalahkan individu semata tanpa memahami konteks ini merupakan bentuk diskriminasi yang tidak adil.
Dr. Maya mengingatkan, “Memahami kompleksitas obesitas penting agar masyarakat dapat menghindari stigma yang merugikan dan lebih fokus pada solusi yang komprehensif dan berkelanjutan.”
Upaya Mengurangi Stigma: Edukasi dan Kampanye Kesadaran
Menghilangkan stigma obesitas membutuhkan kerja sama berbagai pihak. Pemerintah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat sipil, dan media massa memiliki peran penting dalam edukasi dan kampanye kesadaran.
Kampanye yang mengedepankan empati, inklusivitas, dan pemahaman tentang obesitas sebagai kondisi kesehatan akan membantu mengubah persepsi negatif di masyarakat. Program-program seperti pelatihan bagi tenaga medis untuk memberikan layanan yang ramah obesitas juga penting dilakukan.
Penanganan Holistik dan Dukungan Psikologis
Penanganan obesitas yang efektif harus mencakup pendekatan holistik, yang tidak hanya fokus pada aspek fisik melalui diet dan olahraga, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental. Terapi perilaku kognitif dan konseling psikologis dapat membantu individu mengatasi tekanan psikososial dan meningkatkan motivasi.
Dukungan sosial dari keluarga dan komunitas juga menjadi kunci keberhasilan dalam proses ini. Lingkungan yang mendukung akan memudahkan individu dengan obesitas menjalani perubahan gaya hidup yang sehat.
Peran Pemerintah dan Kebijakan Publik
Selain upaya edukasi, pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang mendukung pencegahan dan penanganan obesitas secara menyeluruh. Ini termasuk penyediaan fasilitas umum yang ramah obesitas, akses mudah ke layanan kesehatan yang berkualitas, serta regulasi yang mengatur iklan dan ketersediaan makanan sehat.
Kesimpulan
Stigma obesitas adalah persoalan serius yang melibatkan aspek sosial, psikologis, dan kesehatan. Dampaknya tidak hanya menyakitkan secara emosional, tetapi juga dapat memicu gangguan mental seperti depresi, yang berujung pada penurunan kualitas hidup.
Menghapus stigma obesitas memerlukan sinergi seluruh elemen masyarakat, termasuk pendidikan, dukungan medis, dan kebijakan yang inklusif. Dengan demikian, individu dengan obesitas dapat merasa diterima, termotivasi, dan didukung untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan bermakna.