Banjarnegara, Mata4.com — Ratusan petani di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, tengah dirundung kekhawatiran mendalam. Pasalnya, tanggul irigasi utama di Desa Siwuluh jebol pada Rabu malam (23/10), menyebabkan aliran air ke sawah-sawah terputus total. Akibatnya, sekitar 1.500 hektar lahan pertanian di kawasan itu terancam kekeringan jika perbaikan tidak segera dilakukan.
Peristiwa tersebut terjadi usai hujan deras mengguyur wilayah pegunungan Banjarnegara sejak sore hari. Debit air di saluran irigasi meningkat drastis, menimbulkan tekanan kuat pada tanggul yang sudah menua. Sekitar pukul 20.00 WIB, bagian tengah tanggul sepanjang hampir 15 meter roboh, dan air dari saluran utama meluap ke area sekitar.
“Awalnya cuma retak kecil, tapi makin lama retakannya melebar. Kami sudah coba memperkuat dengan karung pasir, tapi tekanan airnya terlalu besar. Akhirnya jebol juga,” kata Sutarman (54), seorang petani setempat yang ikut membantu penanganan darurat di lokasi.
Warga dan Petani Panik
Jebolnya tanggul membuat sejumlah warga panik, terutama mereka yang tinggal tidak jauh dari aliran air. Beberapa rumah di sekitar lokasi sempat tergenang air setinggi 30–50 sentimeter. Warga bahu-membahu mengevakuasi peralatan bertani dan hasil panen yang belum dijual ke tempat aman.
“Kami takut tanggul yang lain ikut roboh karena airnya deras sekali. Anak-anak langsung kami ungsikan ke rumah saudara,” ujar Rina, warga Desa Siwuluh.
Di sisi lain, para petani yang tengah memasuki masa tanam padi mengaku cemas karena irigasi yang terputus membuat tanaman mereka kekurangan pasokan air. Jika kondisi ini berlanjut selama lebih dari seminggu, ancaman gagal panen bisa terjadi dan merugikan ratusan keluarga.
“Sudah tiga hari ini air ke sawah berhenti total. Kalau tidak segera diperbaiki, tanaman padi bisa mati semua. Ini musim tanam pertama tahun ini, kami tidak sanggup kalau gagal panen lagi,” tutur Sutarman.
Pemerintah Turunkan Tim Darurat
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Banjarnegara, Agus Santoso, membenarkan kejadian tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim teknis sejak malam kejadian. Tim tersebut bertugas melakukan pemetaan kerusakan sekaligus menyiapkan perbaikan darurat agar aliran air bisa segera pulih.
“Langkah awal yang kami ambil adalah menutup sementara aliran air utama untuk menghindari kerusakan yang lebih luas. Kami juga menyiapkan alat berat untuk memperkuat struktur tanggul sebelum musim hujan berikutnya datang,” ujar Agus, Kamis (23/10).
Menurut Agus, kondisi tanggul memang sudah cukup tua dan beberapa bagian mengalami erosi akibat arus air yang kuat selama bertahun-tahun. Pemerintah daerah kini tengah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak untuk melakukan perbaikan permanen yang lebih menyeluruh.
“Perbaikan tanggul ini akan menjadi prioritas kami. Selain itu, kami juga akan melakukan evaluasi terhadap seluruh jaringan irigasi di Banjarnegara agar kejadian serupa tidak terulang,” tambahnya.
Warga dan Pemerintah Bergotong Royong
Pasca-kerusakan, warga bersama perangkat desa dan relawan BPBD Banjarnegara langsung bergerak melakukan upaya darurat. Mereka menutup bagian tanggul yang jebol dengan karung pasir dan tanah, meski masih bersifat sementara.
Kepala Desa Siwuluh, Jumadi, mengatakan pihaknya sudah mengajukan permintaan bantuan alat berat dan bahan bangunan seperti batu, semen, serta bronjong kepada pemerintah daerah.
“Kerusakan tanggul ini cukup besar dan dalam, jadi tidak mungkin kami tangani hanya dengan tenaga manual. Kami berharap bantuan bisa segera turun agar sawah warga tidak benar-benar kering,” ujarnya.
BPBD Kabupaten Banjarnegara juga telah menyalurkan bantuan logistik darurat, termasuk air bersih, makanan siap saji, dan perlengkapan evakuasi untuk warga terdampak genangan di sekitar lokasi tanggul.
Dampak Ekonomi dan Kekhawatiran Petani
Jebolnya tanggul ini tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga mengancam perekonomian masyarakat di sekitar Siwuluh. Sebagian besar warga di Kecamatan Bawang menggantungkan hidup dari pertanian padi dan hortikultura. Jika lahan pertanian gagal panen, kerugian ekonomi bisa mencapai miliaran rupiah.
“Dalam satu musim tanam, hasil padi di sini bisa mencapai 5 ton per hektar. Kalau 1.500 hektar tidak bisa dipanen, kerugian bisa lebih dari Rp30 miliar,” kata Hendra Kusuma, perwakilan kelompok tani setempat.
Selain itu, kekeringan di lahan sawah juga dikhawatirkan berdampak pada ketersediaan air bersih bagi warga desa sekitar. Beberapa sumur sudah mulai mengering karena aliran air dari irigasi yang biasanya menjadi sumber resapan ikut terputus.
Rencana Rehabilitasi Jangka Panjang
Menanggapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara berencana mengusulkan proyek rehabilitasi tanggul dan saluran irigasi ke pemerintah provinsi melalui program Pemulihan Infrastruktur Pertanian (PIP). Langkah ini diharapkan dapat memperkuat sistem pengairan di kawasan rawan longsor dan banjir seperti Banjarnegara bagian utara.
“Kami tidak ingin hanya menambal kerusakan. Kami ingin perbaikan permanen agar petani merasa tenang di musim tanam berikutnya,” ujar Agus Santoso menegaskan.
Sementara itu, Dinas Pertanian juga menyiapkan bantuan pompa air portabel dan pipa darurat agar sawah petani tetap mendapatkan pasokan air sementara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerusakan tanaman yang sudah tumbuh.
Pengawasan Infrastruktur Jadi Kunci
Kejadian di Siwuluh menjadi pengingat penting bagi pemerintah daerah mengenai pentingnya pengawasan dan perawatan rutin terhadap infrastruktur irigasi. Banyak jaringan irigasi di Banjarnegara yang dibangun sejak puluhan tahun lalu dan kini mulai mengalami kerusakan struktural.
“Perawatan rutin seringkali terabaikan karena keterbatasan anggaran. Padahal, sistem irigasi adalah urat nadi bagi kehidupan petani,” ujar Dr. Rina Puspitasari, pakar tata air dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).
Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga teknis seperti BBWS sangat penting agar sistem pengairan bisa lebih tangguh menghadapi perubahan iklim dan curah hujan ekstrem.
Penutup: Harapan Petani Siwuluh
Kini, harapan para petani di Desa Siwuluh tertuju pada kecepatan pemerintah memperbaiki tanggul tersebut. Mereka berharap perbaikan dapat selesai sebelum tanaman padi mereka benar-benar kekeringan.
“Kami hanya ingin bisa menanam dan panen seperti biasa. Semoga perbaikan cepat selesai dan air kembali mengalir,” ujar Sutarman penuh harap.
Hingga Kamis malam, proses penimbunan dan penutupan tanggul sementara masih berlangsung. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menargetkan dalam tiga hari ke depan, aliran air ke sawah bisa kembali berfungsi secara terbatas.

