
Jakarta, Mata4.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa harga energi yang saat ini dibayar masyarakat, mulai dari BBM jenis Pertalite, solar, hingga gas LPG 3 kilogram, masih jauh di bawah harga keekonomiannya. Perbedaan harga tersebut ditutup melalui subsidi energi yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Tanpa subsidi, harga energi yang kita konsumsi sehari-hari akan jauh lebih mahal. Subsidi inilah yang membuat biaya hidup masyarakat terasa lebih ringan,” kata Purbaya dalam keterangannya, akhir September 2025.
Berdasarkan data yang dipaparkan, harga keekonomian Pertalite seharusnya mencapai Rp11.700 per liter. Namun berkat subsidi APBN sebesar Rp1.700 per liter, masyarakat hanya membayar Rp10.000 per liter di SPBU.

Sementara itu, harga solar lebih tinggi lagi. Harga keekonomiannya berada di angka Rp11.950 per liter. Pemerintah menanggung subsidi sebesar Rp5.150 per liter atau 43 persen dari harga asli, sehingga masyarakat cukup membayar Rp6.800 per liter.
Kondisi serupa juga berlaku untuk LPG 3 kg. Harga aslinya tercatat Rp42.750 per tabung, namun karena subsidi besar dari APBN, harga eceran resmi yang dibayar masyarakat hanya Rp12.750 per tabung.
Baca Juga:
ketua dprd panggil direksi bbwm soal pemutusan pegawai
Purbaya menegaskan, subsidi energi memang menjadi salah satu instrumen penting dalam menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi. Namun, di sisi lain, beban fiskal negara juga semakin berat apabila harga minyak dunia dan kurs dolar terus meningkat.
“Keseimbangan antara keberlanjutan fiskal dan perlindungan masyarakat berpenghasilan rendah harus dijaga. Subsidi energi diarahkan agar lebih tepat sasaran,” jelasnya.
Dengan demikian, publik diingatkan bahwa harga energi murah yang dinikmati saat ini tidak mencerminkan harga pasar sebenarnya, melainkan hasil intervensi negara lewat subsidi.