
Jakarta, 22 Juli 2025 — Inovasi teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) semakin memperkuat peran dunia medis dalam menangani kasus darurat, salah satunya stroke. Berbagai rumah sakit dan institusi riset di Indonesia dan dunia kini mulai mengadopsi sistem deteksi stroke berbasis AI yang mampu mengidentifikasi gejala secara dini dan memberikan respons lebih cepat dalam penanganannya.
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Deteksi dan penanganan yang terlambat dapat memperbesar risiko kematian atau kecacatan permanen.
AI Percepat Diagnosis dalam Hitungan Menit
Teknologi kecerdasan buatan mampu menganalisis hasil CT-Scan atau MRI secara instan, hanya dalam hitungan menit. Dengan algoritma yang telah dilatih dari jutaan data medis, sistem AI dapat mengenali pola-pola pendarahan otak, penyumbatan pembuluh darah, hingga lokasi serangan stroke dengan presisi tinggi.
Salah satu sistem yang telah diimplementasikan secara internasional adalah Viz.ai, yang telah mendapat persetujuan dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat). Di Indonesia, beberapa rumah sakit rujukan mulai menjajaki kerja sama dengan pengembang teknologi serupa untuk mempercepat waktu diagnosis di IGD.
“Menit-menit pertama setelah seseorang terkena stroke sangat krusial. Dengan AI, kami dapat mengambil keputusan lebih cepat dan meningkatkan peluang hidup pasien,” ujar dr. Indra Wahyudi, Sp.S, neurolog dari RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo, kepada wartawan, Senin (21/7).
Penggunaan di Indonesia Masih Terbatas
Meski telah terbukti efektif, penerapan teknologi AI dalam penanganan stroke di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama dari sisi infrastruktur dan biaya implementasi. Beberapa rumah sakit besar di kota-kota metropolitan telah memulai uji coba sistem ini, namun fasilitas kesehatan di daerah belum sepenuhnya dapat mengakses teknologi tersebut.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyatakan dukungan terhadap penerapan teknologi medis berbasis AI, namun menekankan pentingnya pelatihan tenaga medis dan evaluasi berkala terhadap akurasi sistem.
“Kami mendorong inovasi digital dalam sektor kesehatan, namun tetap memastikan bahwa teknologi yang digunakan telah terverifikasi dan tidak menggantikan fungsi dokter secara penuh,” kata dr. Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Kemenkes RI.
Kolaborasi Riset dan Inovasi Medis
Sejumlah universitas di Indonesia, seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung, juga tengah mengembangkan prototipe sistem AI untuk deteksi stroke dan penyakit neurologis lainnya. Kolaborasi antara akademisi, praktisi medis, dan pengembang teknologi diharapkan dapat memperluas akses dan mempercepat adopsi teknologi tersebut secara nasional.
Selain mendeteksi stroke, teknologi AI juga dikembangkan untuk memantau risiko penyakit jantung, diabetes, hingga gangguan mental, menjadikan AI sebagai bagian integral dari sistem layanan kesehatan masa depan.