
Shanxi, China, 26 Juli 2025 – Di balik kerasnya kehidupan para pekerja tambang di pedalaman China, muncul sebuah kisah penuh semangat dan inspirasi. Seorang pria muda bernama Zhao Liang berhasil meraih gelar Doktor Teknik Pertambangan, setelah melalui perjalanan panjang yang bermula dari masa kecil yang dihabiskannya di area tambang, menemani sang ayah bekerja keras demi menyambung hidup keluarga.
Tumbuh di Tengah Debu dan Batu Bara
Zhao lahir di sebuah desa kecil di Provinsi Shanxi, salah satu wilayah di China yang dikenal sebagai pusat industri tambang batu bara. Ayahnya, seorang buruh tambang dengan upah rendah, bekerja hampir setiap hari di dalam perut bumi demi menghidupi keluarga. Zhao kecil kerap ikut menemani ayahnya ke lokasi tambang, bukan untuk bekerja, tetapi karena tidak ada pilihan lain. Sang ibu sudah meninggal dunia saat ia berusia lima tahun, dan ayahnya tidak punya cukup uang untuk menitipkannya ke tempat penitipan anak atau kerabat lain.
“Saya tumbuh bersama suara mesin bor, bau tanah basah, dan teriakan para pekerja tambang,” kenang Zhao dalam sebuah wawancara dengan media lokal. “Ayah tidak pernah meminta saya membantu, tapi saya melihat dan menyerap semua hal yang terjadi di sana.”
Sejak kecil, Zhao sering bertanya-tanya: mengapa banyak pekerja tambang seperti ayahnya tidak memiliki perlindungan yang layak? Mengapa banyak dari mereka jatuh sakit karena debu batu bara atau mengalami kecelakaan kerja? Pertanyaan-pertanyaan itu yang kemudian tumbuh menjadi semangat untuk belajar dan menemukan solusi.
Perjalanan Panjang Menuju Pendidikan Tinggi
Walaupun hidup dalam kondisi serba kekurangan, Zhao tidak pernah menyerah dengan pendidikannya. Ia termasuk siswa berprestasi di sekolah dasar dan menengah, meski harus belajar di malam hari dengan lampu minyak dan membantu ayahnya di siang hari. Dukungan moral dari sang ayah menjadi bahan bakar utama semangatnya.
“Satu-satunya harta yang ayah wariskan kepada saya adalah semangat pantang menyerah,” ujar Zhao.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, Zhao diterima di China University of Mining and Technology, salah satu universitas teknik terkemuka di negara tersebut. Ia memilih jurusan Teknik Pertambangan, bidang yang sangat dekat dengan kehidupannya sejak kecil.
Selama kuliah, Zhao dikenal sebagai mahasiswa yang rajin dan penuh dedikasi. Ia tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga aktif dalam berbagai penelitian lapangan. Bahkan, beberapa kali ia terlibat dalam proyek pengembangan teknologi keselamatan tambang bersama dosen pembimbingnya.
Gelar Doktor dan Dedikasi untuk Keselamatan Kerja
Puncak dari perjuangannya datang ketika ia berhasil menyelesaikan program doktoral. Dalam disertasinya, Zhao mengembangkan sistem pemantauan keselamatan berbasis sensor pintar dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi potensi bahaya seperti gas beracun, runtuhan batu, dan suhu ekstrem di tambang bawah tanah secara real-time.
Disertasi tersebut mendapat apresiasi tinggi dari para penguji dan komunitas akademik. Bahkan, beberapa perusahaan pertambangan besar di China mulai melirik hasil penelitiannya untuk diterapkan dalam sistem operasional mereka.
“Penelitian saya tidak hanya soal teknologi, tetapi tentang rasa kemanusiaan. Saya ingin para pekerja seperti ayah saya bisa pulang dengan selamat setiap hari,” ungkap Zhao dengan mata berkaca-kaca.
Menginspirasi Generasi Muda
Kisah Zhao Liang kini viral di media sosial dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama anak-anak muda dari keluarga tidak mampu. Ia membuktikan bahwa latar belakang bukanlah penghalang untuk meraih impian, asalkan ada tekad, kerja keras, dan niat tulus untuk memberi manfaat bagi sesama.
Kini, selain menjadi peneliti dan dosen di almamaternya, Zhao juga aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan meningkatkan kesadaran keselamatan kerja di industri tambang. Ia sering diundang ke sekolah-sekolah untuk berbicara tentang pentingnya pendidikan, semangat juang, dan kontribusi untuk masyarakat.
“Ayah saya tidak pernah memakai jas laboratorium atau berdiri di ruang kelas seperti saya sekarang. Tapi setiap capaian saya adalah buah dari keringat dan pengorbanannya,” tutup Zhao dengan penuh haru.