
Sidoarjo, Mata4.com — Duka menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Dua orang santri ditemukan meninggal dunia setelah tertimpa bangunan tempat wudu yang runtuh pada Jumat sore (3/10/2025). Kedua korban berhasil ditemukan setelah Tim SAR gabungan melakukan pencarian selama beberapa jam di tengah puing-puing bangunan yang ambruk.
Peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 15.30 WIB, saat sejumlah santri sedang bersiap menunaikan ibadah salat asar. Menurut keterangan saksi mata, suara gemuruh terdengar tiba-tiba dari arah bangunan tempat wudu yang berada di sisi utara kompleks pesantren. Dalam hitungan detik, struktur bangunan yang sebagian besar terdiri dari beton dan bata merah itu roboh dan menimpa beberapa santri yang berada di bawahnya.
Evakuasi Dipercepat, Tim SAR Kerahkan Alat Berat
Setelah menerima laporan kejadian, Tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD Kabupaten Sidoarjo, Basarnas, TNI, Polri, dan sejumlah relawan kemanusiaan langsung diterjunkan ke lokasi. Proses pencarian sempat terkendala material bangunan yang cukup berat dan rapuh, sehingga tim harus berhati-hati dalam melakukan evakuasi.
“Begitu mendapat laporan, tim langsung meluncur dan melakukan penanganan darurat. Proses pencarian dilakukan manual dan dengan bantuan alat berat ringan agar tidak menimbulkan risiko tambahan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sidoarjo, Sutrisno, kepada wartawan.
Setelah hampir tiga jam pencarian intensif, dua korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada pukul 18.00 WIB. Jenazah kemudian dievakuasi dan dibawa ke RSUD Sidoarjo untuk dilakukan identifikasi serta pemeriksaan medis.
Beberapa santri lainnya yang berada di sekitar lokasi mengalami luka ringan dan sempat mengalami shock. Mereka langsung mendapat penanganan medis dari tim kesehatan yang siaga di lokasi.
Identitas Korban dan Penanganan oleh Ponpes
Kedua korban diketahui berjenis kelamin laki-laki dan masih berusia remaja. Menurut informasi dari pengurus pondok pesantren, mereka adalah santri aktif yang tinggal di asrama pondok dan tengah menempuh pendidikan setingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs).
“Kami sangat berduka atas musibah ini. Kami kehilangan dua anak yang baik, rajin, dan sangat aktif dalam kegiatan keagamaan,” ujar salah satu pengurus ponpes dalam keterangan pers.
Pihak ponpes menyatakan akan menanggung seluruh biaya pemulasaraan jenazah, serta memberikan pendampingan bagi keluarga korban. Doa bersama dan tahlil juga digelar oleh pihak pesantren sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada para korban.
Penyelidikan: Bangunan Diduga Lapuk dan Retak
Kapolsek Buduran, AKP Wahyu Pratama, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memasang garis polisi di sekitar bangunan yang runtuh. Dugaan sementara, bangunan yang ambruk merupakan bagian lama dari kompleks pesantren yang belum sempat direnovasi.
“Kami sedang menyelidiki apakah kerusakan struktur menjadi penyebab utama atau ada faktor lain yang memicu runtuhnya bangunan,” ujar AKP Wahyu.
Ia juga menyebutkan bahwa tim forensik akan dilibatkan untuk menganalisis struktur bangunan, termasuk kondisi pondasi dan dinding sebelum runtuh. Sementara itu, bangunan lainnya di kompleks ponpes akan diperiksa secara menyeluruh untuk menghindari potensi insiden serupa.
Pemkab Sidoarjo Turun Tangan, Evaluasi Infrastruktur Pesantren
Menanggapi kejadian tersebut, Bupati Sidoarjo, H. Ahmad Zaini, bersama jajaran Forkopimda langsung mengunjungi lokasi kejadian pada Sabtu pagi. Dalam keterangannya, ia menyampaikan rasa duka yang mendalam dan menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk membantu penanganan dampak musibah ini.
“Kami akan menurunkan tim teknis untuk mengevaluasi seluruh bangunan di ponpes ini. Tidak hanya di sini, tapi juga pesantren-pesantren lain di wilayah Sidoarjo. Ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya keselamatan bangunan,” ujar Bupati.
Pemerintah daerah juga menyatakan akan memberikan santunan kepada keluarga korban serta bantuan psikologis untuk santri yang mengalami trauma.
Selain itu, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo diminta untuk segera melakukan audit bangunan pendidikan, terutama yang usianya lebih dari 10 tahun dan belum memiliki sertifikat laik fungsi bangunan.
Respons Publik dan Solidaritas
Kabar duka ini menyebar cepat melalui media sosial dan grup pesan daring warga. Sejumlah tokoh masyarakat, organisasi Islam, dan alumni pesantren menyampaikan belasungkawa serta memberikan bantuan moral dan material. Relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan juga turut membantu dalam proses pembersihan puing dan mendirikan tenda darurat untuk aktivitas sementara santri.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sidoarjo dalam pernyataan tertulisnya meminta semua pesantren untuk lebih proaktif melakukan pengecekan keamanan bangunan. MUI juga mendorong adanya kolaborasi antara pemerintah daerah dan pondok pesantren dalam urusan keselamatan dan kelayakan fasilitas pendidikan.
“Kita tidak bisa menganggap ini sebagai musibah biasa. Harus ada perbaikan sistem dan perhatian lebih pada infrastruktur pesantren,” tulis MUI dalam keterangannya.
Penutup: Evaluasi dan Langkah Pencegahan
Tragedi di Ponpes Al Khoziny menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan fisik dalam dunia pendidikan, khususnya pesantren yang sering kali menghadapi keterbatasan anggaran dan kurangnya perhatian teknis terhadap kondisi bangunan.
Pihak berwenang menyatakan akan terus mendalami insiden ini dan memastikan tidak ada korban tambahan. Pemeriksaan terhadap struktur bangunan lain di lingkungan ponpes juga akan dilanjutkan dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, aktivitas belajar-mengajar di pondok pesantren untuk sementara dihentikan selama masa duka dan pemulihan.