
Jakarta, Mata4.com — Dunia medis Indonesia kembali mencatat langkah penting dalam pengembangan layanan kesehatan berkualitas dan berstandar global. Sejumlah dokter spesialis ortopedi dari berbagai wilayah Indonesia berpartisipasi dalam workshop Bed Endoscopic Spine Surgery (BESS) yang diselenggarakan selama dua hari, 14–15 Agustus 2025, di Jakarta. Kegiatan ini menghadirkan langsung para ahli bedah tulang belakang dari Korea Selatan, negara yang diakui sebagai pelopor teknik BESS dan pusat inovasi bedah tulang belakang dunia.
Workshop ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan bagian dari upaya strategis jangka panjang untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan teknik bedah tulang belakang minimal invasif yang terbukti lebih aman, efektif, dan memberikan hasil pemulihan yang lebih cepat bagi pasien.
BESS: Masa Depan Operasi Tulang Belakang
BESS, atau Biportal Endoscopic Spine Surgery, merupakan salah satu teknik revolusioner dalam dunia ortopedi. Tidak seperti operasi tulang belakang konvensional yang melibatkan sayatan besar dan waktu pemulihan yang lama, BESS menggunakan dua lubang kecil (biportal) untuk memasukkan endoskop (kamera) dan instrumen bedah.
Dengan bantuan kamera berdefinisi tinggi dan instrumen presisi, dokter dapat melakukan tindakan seperti dekompresi saraf, pengangkatan hernia diskus, hingga pengobatan stenosis spinal dengan risiko kerusakan jaringan minimal. Teknik ini sangat bermanfaat bagi pasien yang mengidap Hernia Nukleus Pulposus (HNP), nyeri punggung kronis, maupun gangguan tulang belakang lainnya yang sering dialami masyarakat usia produktif dan lansia.
“Teknologi ini merupakan lompatan besar dalam dunia bedah tulang belakang. Tidak hanya mempercepat pemulihan pasien, tapi juga mengurangi komplikasi pascaoperasi secara signifikan,” ujar Dr. Kim Jae-Hoon, ahli bedah tulang belakang dari Seoul Spine Institute, yang menjadi pembicara utama sekaligus instruktur dalam pelatihan ini.
Pelatihan Komprehensif dan Hands-On Experience
Workshop BESS ini mencakup sesi teori, diskusi kasus, demonstrasi langsung dari para pakar Korea, serta praktik langsung (hands-on) yang dilakukan menggunakan model anatomi dan cadaver (jenazah khusus pelatihan medis).
Pelatihan semacam ini memberikan pengalaman nyata bagi para dokter Indonesia dalam menguasai teknik dan prosedur dengan tingkat akurasi yang tinggi. Kegiatan tersebut juga menjadi sarana pertukaran pengetahuan dan diskusi ilmiah antarnegara, khususnya antara Indonesia dan Korea Selatan.
“Ini bukan hanya sekadar belajar teknik operasi baru, tapi membangun standar baru dalam layanan bedah ortopedi di Indonesia,” jelas dr. Maria Lestari, Sp.OT (K-Spine), Ketua Panitia Workshop BESS 2025.
Dokter Maria menambahkan bahwa banyak dokter ortopedi di Indonesia yang selama ini terbatas aksesnya terhadap pelatihan teknik bedah modern, khususnya yang melibatkan teknologi tinggi seperti endoskopi spinal. Dengan adanya pelatihan seperti ini, peluang untuk menyebarluaskan praktik terbaik ke berbagai rumah sakit, termasuk di daerah, semakin terbuka lebar.
Antusiasme Peserta Tinggi, Siap Terapkan di Lapangan
Sebanyak 60 dokter spesialis ortopedi dan residen senior dari berbagai rumah sakit di Indonesia mengikuti pelatihan ini. Mereka datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, hingga Palembang. Banyak di antara mereka menyebut workshop ini sebagai pengalaman langka yang sangat berharga.
Dr. Rizky Fadillah, Sp.OT, peserta dari RSUP M. Djamil Padang, mengungkapkan bahwa pelatihan ini membuka cakrawala baru tentang bagaimana tindakan bedah bisa dilakukan dengan pendekatan yang lebih manusiawi.
“Kami jadi tahu bahwa operasi besar tidak harus selalu berarti luka besar. Dengan teknik ini, pasien bisa pulang lebih cepat dan biaya perawatan juga bisa ditekan dalam jangka panjang,” kata Dr. Rizky.

www.service-ac.id
Kerja Sama Internasional dalam Bidang Medis
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Asosiasi Dokter Ortopedi Indonesia, beberapa rumah sakit rujukan nasional, serta dukungan dari Korean Society of Spine Surgery (KSSS) dan Korean Endoscopic Spine Society. Selain pelatihan teknis, kerja sama ini juga membuka peluang untuk pertukaran mahasiswa kedokteran, fellowship dokter Indonesia di Korea, serta penelitian bersama antara institusi kesehatan kedua negara.
Dalam sambutannya, Atase Kesehatan Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia, menyampaikan bahwa kerja sama ini akan terus diperkuat untuk mendukung kemajuan teknologi medis dan layanan kesehatan di kawasan Asia Tenggara.
“Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan layanan kesehatan. Dengan kolaborasi seperti ini, kami ingin membantu mencetak lebih banyak tenaga medis terampil dan memajukan kualitas rumah sakit di Indonesia,” ucapnya.
Dampak Jangka Panjang bagi Pasien dan Sistem Kesehatan
Meningkatnya keahlian para dokter dalam teknik seperti BESS akan berdampak langsung pada pelayanan pasien. Saat ini, banyak rumah sakit yang masih mengandalkan teknik konvensional yang cenderung lebih mahal, invasif, dan memerlukan waktu pemulihan lama. Dengan penguasaan BESS, pasien dapat menjalani operasi tulang belakang tanpa perlu opname berhari-hari, bahkan sebagian bisa pulang di hari yang sama.
Selain itu, adopsi teknik ini juga berkontribusi dalam menurunkan beban biaya BPJS dan sistem kesehatan nasional karena mengurangi komplikasi pascaoperasi dan lama rawat inap.
Kesimpulan
Workshop Bed Endoscopic Spine Surgery (BESS) ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan dunia ortopedi Indonesia. Dengan menghadirkan pakar-pakar dari Korea Selatan dan pelatihan komprehensif, acara ini tidak hanya meningkatkan kompetensi dokter, tetapi juga memperkuat kerja sama internasional dalam bidang medis.
Ke depan, diharapkan lebih banyak dokter di seluruh Indonesia yang terampil dalam teknik ini, sehingga pasien di berbagai daerah dapat merasakan manfaat dari operasi yang lebih cepat, aman, dan minim trauma.
Indonesia terus melangkah menuju sistem kesehatan yang lebih modern, dan BESS menjadi salah satu simbol komitmen itu.