
Jakarta, Mata4.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa ancaman tsunami di wilayah Indonesia dapat berlangsung hingga dua jam setelah gempa besar terjadi. Peringatan ini disampaikan sebagai bentuk edukasi publik agar masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir, tidak terburu-buru kembali ke rumah setelah gelombang pertama lewat. Tsunami bisa datang dalam beberapa gelombang dan ancaman berlangsung lama, bahkan ketika visual air laut terlihat tenang.
Kenapa Tsunami Bisa Berlangsung Selama Dua Jam?
Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, perlu waktu hingga dua jam untuk memastikan bahwa kondisi laut benar-benar aman setelah gempa besar yang berpotensi tsunami. Selama periode itu, BMKG secara aktif memantau permukaan laut melalui jaringan tide gauge (alat pemantau muka air laut) dan seismograf yang tersebar di ratusan titik rawan tsunami di seluruh Indonesia.
Peringatan tsunami akan tetap aktif selama 2 jam atau hingga data menunjukkan bahwa tidak ada lagi potensi kenaikan muka air laut yang signifikan. Ini disebut sebagai “window of alert”, waktu emas ketika masyarakat diminta tetap berada di tempat aman, walaupun gelombang pertama telah berlalu.
Karakteristik Tsunami di Indonesia: Cepat, Mendadak, dan Mematikan
Indonesia adalah salah satu negara paling rawan tsunami di dunia karena posisinya di cincin api Pasifik (Ring of Fire). Terdapat beberapa zona subduksi aktif di sekitar Nusantara, seperti Zona Subduksi Sunda, Maluku, Banda, dan Sulawesi, yang dapat memicu gempa besar dan tsunami sewaktu-waktu.
Beberapa fakta penting:
- Tsunami bisa datang dalam waktu kurang dari 5 menit setelah gempa, terutama jika sumber gempa berada dekat dengan pantai.
- Gelombang tsunami tidak hanya satu, tetapi bisa datang dalam beberapa gelombang dengan jeda 10 hingga 60 menit.
- Gelombang ke-2 atau ke-3 justru sering kali lebih besar dan lebih merusak dibanding yang pertama.
Contohnya, dalam Tsunami Palu (2018), air laut tiba hanya sekitar 20 menit setelah gempa, menyebabkan ribuan korban jiwa karena tidak ada cukup waktu evakuasi. Bahkan lebih tragis lagi, tsunami Selat Sunda yang terjadi akibat longsor vulkanik pada 2018 datang tanpa gempa dan tidak ada peringatan dini sama sekali, menewaskan ratusan orang dalam hitungan menit.
Wilayah Paling Rawan di Indonesia
Wilayah pesisir Indonesia sangat luas, dan lebih dari 3,7 juta jiwa tinggal di daerah berisiko tsunami tinggi. Beberapa zona paling rentan antara lain:
- Pantai Selatan Jawa (Banten, Yogyakarta, Jabar, Jatim)
- Sumatra Barat dan Bengkulu
- Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur
- Sulawesi Barat dan Tengah
- Kawasan sekitar Gunung Anak Krakatau (Selat Sunda)
Daerah-daerah ini berada di dekat zona subduksi aktif, sehingga gempa berkekuatan tinggi dapat terjadi sewaktu-waktu.

www.service-ac.id
Pentingnya Kesadaran Mandiri: Jangan Tunggu Sirine
Satu hal yang paling penting dipahami masyarakat adalah bahwa evakuasi harus dilakukan segera setelah merasakan gempa kuat, terutama jika berdurasi panjang dan disertai goyangan horizontal yang signifikan. Waktu terbaik untuk menyelamatkan diri adalah dalam 0–30 menit pertama setelah gempa besar.
Tidak perlu menunggu sirene atau peringatan BMKG. Karena dalam banyak kasus, waktu yang tersedia untuk evakuasi sangat singkat. BMKG dan BNPB sudah beberapa kali menyampaikan bahwa inisiatif individu dan keluarga adalah kunci keselamatan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Sebelum Terjadi Tsunami:
- Kenali jalur evakuasi tsunami di daerah tempat tinggal.
- Siapkan tas darurat berisi air, makanan ringan, obat-obatan, dan senter.
- Pastikan anggota keluarga tahu rencana evakuasi.
Saat Terjadi Gempa:
- Jika tinggal di dekat pantai dan merasakan gempa kuat > 20 detik, segera lari ke tempat tinggi.
- Jangan tunggu sirene, peringatan resmi, atau visual tsunami.
- Gunakan sepeda motor atau lari kaki jika jalanan padat.
- Jangan gunakan mobil jika akan menimbulkan kemacetan.
Setelah Gelombang Pertama:
- Tetap di tempat aman minimal selama dua jam atau sampai BMKG menyatakan peringatan tsunami dicabut.
- Waspadai gelombang kedua atau ketiga yang bisa lebih kuat.
Upaya Teknologi dan Sistem Peringatan Dini
BMKG bekerja sama dengan institusi dalam dan luar negeri telah mengembangkan sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), salah satu sistem peringatan tsunami terbaik di Asia Tenggara. Sistem ini mengandalkan:
- 170 sensor gempa bawah laut
- 300+ tide gauge
- Pemantauan satelit
- Aplikasi peringatan cepat ke ponsel (BMKG App, InfoBMKG)
- Kerja sama dengan BPBD, TNI, dan relawan masyarakat
Namun, sebagus apa pun sistem teknologi, tidak akan efektif tanpa kesiapsiagaan masyarakat. Keterbatasan sinyal, waktu notifikasi, dan kerusakan infrastruktur bisa memperlambat sistem — oleh karena itu, kesadaran pribadi tetap yang utama.
Kesimpulan: Tetap Waspada, Jangan Remehkan Alam
Tsunami bisa datang kapan saja dan bisa berlangsung lebih dari satu jam, bahkan dua jam, setelah gempa. Karena itu, penting bagi setiap warga yang tinggal atau beraktivitas di wilayah pesisir untuk tidak menunggu, tidak lengah, dan tidak kembali ke rumah hingga kondisi benar-benar aman.
Bencana alam tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya bisa diminimalkan jika masyarakat paham dan tanggap dalam menghadapi situasi darurat.