Bekasi, Mata4.com – Revitalisasi Pasar Bantargebang yang dimulai sejak tahun 2019 hingga kini belum menunjukkan progres signifikan. Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Nomor 225/X/PKS-JAP/2019 tertanggal 8 Oktober 2019, pembangunan pasar seharusnya berjalan sesuai tahapan, namun hingga berita ini diterbitkan progresnya baru mencapai sekitar 65 persen.
Kabid Pasar Disdagperin Kota Bekasi, Juhasan, mengungkapkan bahwa minimnya respons dari pihak pengembang menjadi salah satu kendala utama lambatnya pembangunan.
“Kendalanya belum ada respon dari pengembang. Bahkan masih memiliki tunggakan PAD sebesar Rp300 juta, dan insya Allah Senin depan akan dibayar,” ujarnya usai kegiatan K3 di Pasar Bantargebang, Rabu (19/11).
Juhasan menjelaskan, proyek revitalisasi sempat mengalami penundaan dan peninjauan ulang akibat adanya perubahan dan kendala pada PKS tersebut. Hal itu juga mendorong dilakukannya rapat lanjutan pada tahun 2022 untuk membahas kelanjutan proyek.
Pasar Bantargebang sendiri merupakan satu dari empat pasar yang masuk program revitalisasi, namun tidak seluruh bangunannya dibongkar karena sebagian masih dinilai layak oleh Pemerintah Kota Bekasi.
Selain itu, Juhasan menyebutkan bahwa proses penataan pedagang terus dilakukan bersama pihak unit pasar. Saat ini terdapat 250 pedagang aktif, sementara total kios dan los mencapai sekitar 700 unit.
Dari sisi pendapatan, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari seluruh pasar di Kota Bekasi baru mencapai Rp8,4 miliar dari total target Rp16 miliar. Tercatat masih ada tunggakan PAD senilai Rp12 miliar dari tujuh pasar, yaitu Jatiasih, Kranji, Kranggan, Bekasi Junction, Bantargebang, Family, dan Pondokgede.
Untuk meningkatkan ketertiban dan fungsi pasar, Juhasan juga menegaskan rencana pemindahan seluruh pedagang yang berjualan di luar area pasar.
“Pedagang yang masih berada di luar jalan akan diarahkan masuk ke dalam pasar semua,” tegasnya.
